Waktu salah seorang santrinya azan, Yusuf Mansur memotretnya dengan Communicator teranyar dari mihrab (tempat imam duduk). Ini menunjukkan betapa sayangnya Yusuf dengan santrinya. Bahkan sebelum sholat zuhur berjamaah dimulai, Yusuf masih sempat mengingatkan santrinya agar sholat seolah-olah kita sedang dilihat Allah.
“You know Ihsan?” tanya Yusuf kepada para santrinya.
“Act as if you see Allah. If you can’t see Allah, Allah will see you.” Yusuf memang senang menyisipkan ungkapan bahasa Inggris. Hal ini untuk membiasakan santrinya dalam berbahasa Inggris.
Tidak hanya itu, Yusuf juga sempat mengingatkan santrinya yang sarungnya terlihat kedodoran agar segera memperbaikinya. “Nanti kalau lagi rukuk sarungnya lepas gimana?”, tanya Yusuf kepada santri tersebut. “Buka dulu sarungnya, ikat lagi yang kenceng,” Yusuf memberi arahan detil kepada santri tersebut sebelum sholat dimulai.
Kurang jelas apakah santri tadi malu karena dilihatin semua jamaah atau malah senang karena diperhatikan kyainya. Yang pasti, semua instruksi tadi diucapkan Yusuf dengan santun dan penuh kasih sayang, bukan bentakan yang menakutkan.
Santri angkatan pertama ini pasti memperoleh keistimewaan yang tidak akan didapatkan santri sesudah mereka. Jika santri sudah berjumlah 2.000 orang misalnya, pasti interaksi Sang Ustadz dengan santrinya akan dibatasi oleh sekat-sekat birokrasi. Nanti, para santri yang datang belakangan akan berinteraksi langsung dengan kakak kelas atau paling banter dengan bagian pengasuhan santri. Mudah-mudahan sih keakraban ini tidak berkurang.
Setelah sholat Ashar, Yusuf berceramah sedikit sambil mengumumkan kalau malam itu mereka akan kedatangan tamu istimewa, yaitu Hanung Bramantyo, sutradara Ayat-ayat Cinta. Berkat jaringan Yusuf yang luas, dengan mudahnya beliau dapat menghadirkan Hanung untuk mengajarkan ilmu pembuatan film kepada para santri. Sebuah kesempatan yang langka dan mahal.
Nantinya, Yusuf ingin setiap santri akan bergiliran membuat fragmen yang bisa diupload ke website mereka sehingga dapat ditonton oleh orangtua mereka. Selain itu, seminggu sekali para santri akan mendengarkan ceramah singkat dalam bahasa Inggris dan Arab setelah sholat Duha. Setiap santri harus mencatat dan menyimak dengan baik karena pada malam harinya salah seorang santri akan dipilih secara acak untuk menyampaikan ringkasan dari ceramah tersebut.
Santri lain akan bertugas untuk merekam dengan kamera video dan mengabadikannya dengan kamera foto. Setelah itu ada santri lain yang bertugas mengedit dan menguploadnya ke website. Benar-benar santri masa depan yang akrab dengan perkembangan teknologi.
Sebagai informasi, pada saat pendaftaran setiap santri membayar uang pendaftaran sebesar Rp 20 juta. Sebagai gantinya, setiap santri akan memperoleh satu laptop. Hot spot juga dapat ditemukan di kompleks pesantren ini meskipun jamnya masih dibatasi. Adapun uang sekolah sekitar Rp 1.8 juta termasuk makan dan tetek bengek lainnya.
Dari besaran nilainya, tampaknya sekolah ini memang ditargetkan untuk kelas menengah ke atas. Dengan mengusung kurikulum kombinasi ala Cambridge dan Depdiknas ditambah kombinasi tahfiz Alquran, tampaknya konsep sekolah ini cukup prospektif juga.
Keakraban Yusuf ditampilkan apa adanya. Tidak ada jaim-jaiman. Bahkan, saat press conference selesai, Yusuf mengajak tim manajemen dan penerbit bermain futsal bersama. Yusuf langsung mengambil posisi di bawah gawang. Dengan gaya cool dia bergelantungan di atas tiang gawang. Postur Yusuf yang relatif kecil tidak menghalanginya menjadi “orang besar”.
Mmm….. sekolahnya mahal juga, ya? tapi kalau hasilnya memuaskan sih… ayuk mari aja ya Bang………
Btw,
Anak-anaknya Om boleh tuh dipindahin ke sana.. Gimana Om? 🙂
hem….20 juta? mahal juga ya..bisa S1 tuh….
tapi mungkin disesuaikan dengan fasilitas di sana ya om…
Hebattt… mudah2an bisa menghasilkan generasi yang hebat pula dari sekolahnya ustadz Yusuf ini
20 juta biaya pendaftarannya, mas azwan? waduh, mahal juga, yak? tapi, ya, gpp, karena imbang dengan apa yang nanti akan diperoleh para santri.
Wah Cipondoh …
Jauh banget tuh … aku belum tega ngelepas jagoan-jagoanku kesana …
(ini alasan yang dibuat-buat …)
Yang sebenarnya adalah … aduh kok mahal sangat !!!
(mana kuat akuh …)
Hai Bang …