Kun Fayakun

Hari Kamis kemarin (24 Juli 2008 ) seharian saya berada di Cipondoh, Tangerang. Tepatnya di pesantren Darul Qur’an yang dipimpin oleh Ustadz Yusuf Mansur. Acaranya, launching buku the Insight of Kun Fayakun yang terdiri dari 7 buku. Wah, produktif banget Sang Ustadz. Buku ini diterbitkan oleh penerbit Salamadani, satu grup dengan perusahaan tempat saya bekerja.

Lokasi pesantren ini memang berada di sekitar pemukiman penduduk. Setelah terminal Kalideres kita belok kiri menyeberang kali, menyusuri jalan Semanan. Nanti jika banyak cabang jalan, tanya aja ke tukang ojek, pasti mereka bisa menjawab. Setelah bertanya dua kali, akhirnya kami tiba di tempat pada pukul 11.00. Takjub juga menyaksikan sebuah gedung berlantai 5 di tengah perkampungan yang jalannya lebih banyak terdiri dari paving blok, bukan aspal.

Di kompleks seluas 2 hektar ini hanya ada satu bangunan tadi, mesjid darurat, lapangan futsal, mini market, lapangan basket dan asrama santri. Meskipun namanya Darul Qur’an atau Rumah Qur’an, tetapi sekolah ini menamakan dirinya sekolah internasional. Tahun ini baru dibuka untuk kelas 1 SMP. Muridnya sudah ada 150 orang.

Tak disangka, di sini aku bersua Akroman, teman lama saat menjadi Bus Chaperone di JIS. Dunia memang kecil. Rupanya Akroman teman sekolah sang Ustadz waktu Aliyah. Akroman yang fasih berbahasa Arab dan Inggris diajak Ustadz bergabung untuk memperkuat tim manajemen sekolah sehingga cita-cita menjadi sekolah internasional benar-benar terwujud. Kepala sekolahnya direkrut dari orang bule, sementara beberapa guru ada yang diimpor dari Pakistan.

Waktu zuhur tiba, kami menuju mesjid. Sebelum zuhur berjamaah, Ustadz bercerita tentang masa kecilnya. Saat itu, beliau mendapat tugas dari kakeknya untuk membersihkan kelas di lantai dua yang berjumlah 18 kelas. Sebagai cucu pemilik sekolah, barangkali ini bukan tugas yang pantas, tetapi Yusuf kecil melakukannya dengan senang hati. Yang paling menyenangkan menurutnya adalah saat menemukan pulpen milik siswa yang ketinggalan di laci. “Demen aja gitu. Tapi ini jangan ditiru”.

Selain membersihkan kelas, Yusuf kecil juga bertugas melayani Kyai dan tamu VIP saat diadakan jamuan makan di pesantren. Yusuf dan sepupunya selalu kebagian makan terakhir. Setelah semua tamu makan, Yusuf mengumpulkan makanan yang tersisa di beberapa nampan menjadi satu. Barulah mereka makan dari nampan tadi.

Menurut Yusuf, inilah barangkali rahasia suksesnya, KEBERKAHAN, bukan kepintaran. Jadi, menurutnya, untuk sukses tidak perlu pintar. Orang pintar bisa kita rekrut untuk bekerja dengan kita. Hal ini sudah dibuktikan Yusuf. Saat ini Yusuf bahkan bisa merekrut orang bule untuk bekerja kepadanya. Dari staf manajemennya juga ada 2 orang alumni Gontor.

Jika dijelaskan secara rasional, barangkali konsep berkah ini memang agak sulit dibuktikan. Tapi, barangkali, dengan diberi tugas yang dianggap masyarakat paling rendah, sang santri dapat menempa diri menjadi orang yang bermental kuat, tidak gengsian, dan berbagai kualitas diri lainnya (dalam manajemen modern mungkin inilah perpaduan antara Adversity Quotient dan Emotional Quotient).

Dulu di pesantren juga sering kita dengar cerita tentang seorang santri yang selama bertahun-tahun tidak pernah belajar ilmu dalam artian kognitif dari kyainya. Tugasnya hanyalah membersihkan kuda milik kyai, memasak dan memijat sang kyai. Akhirnya setelah 6 tahun semua ilmu kyainya berpindah kepadanya, tanpa perlu membaca buku atau mengikuti pelajaran di kelas.

Mungkin dapat disamakan juga dengan murid perguruan Shaolin yang bertahun-tahun hanya diserahi tugas untuk mengambil air dari sumur ke biara. Pekerjaan ini menguji kesabaran sang murid. Bagi murid yang cepat tamat, dia pasti bertanya-tanya,”Kapan belajar jurusnya? Kok nimba air terus?”. Bagi murid yang tidak sabar, dia akan mundur. Bagi yang sabar, mentalnya akan semakin terasah.

Sebenarnya masih banyak lagi yang akan saya ceritakan. Berhubung pukul 09.00 ada meeting saya cukupkan dulu sampai di sini. Nanti saya sambung di postingan berikutnya.

8 tanggapan untuk “Kun Fayakun

  1. Pertamax …
    Hah … abang pernah jadi Bus Chaperone JIS …
    Aduh bang .. saya semakin kagum sama abang …
    Abang betul-betul mulai dari bawah ya Bang …

    Berkah … hhmm sebuah kata simple …
    tetapi dalam maknanya …

    Salam saya Abang …

    Mengenai bus chaperone ini pernah satu ulas di salah satu postingan saya yang lama.
    Kalau berminta bisa diketikkan aja di ‘Search’.

  2. Berkah…. hmmm saya teringat nama warung yang menjual ayam goreng tendaan di Blok M jaman dulu. Ayam Berkah.

    Selayaknya kita bersyukur atas segala berkah dan menggunakannya semaksimal mungkin. sekecil apapun berkah itu menurut ukuran manusia.

    Selamat ber-meeting Bang.

    Ah, Ime-chan malah ingat ayam berkah.
    Ada lagi makanan yang enak lho, yaitu nasi berkat.
    Biasanya kita dapatkan saat kenduri.

  3. Menarik juga nih pesantren, kalau aku ke Jakarta, anterin ke sana ya Bro…
    Mudah2an pesantren ini tidak menjadi “borju” seperti sekolah berlebel “internasional” lainnya.
    Kalau mau berkah, gak usah mewah, iya kan Tadz…? 🙂

    Siap Bro, aku anterin…
    Menjadi borju?
    Kalau dilihat dari SPP-nya kayaknya borju juga nih sekolah…
    Memang segmentasinya siswa middle-up…

  4. Karena belajar memang tak hanya di sekolah, tapi juga di ‘jalan’…. 🙂

    Btw, Emi-chan selalu keingetan soal makanan ya? Gawat nih, seminggu di Jakarta bisa makin gembul ajah… Oh no! :d

    Ya, kita bisa belajar dari mana saja…
    Apa yang kita lihat, dengar dan rasakan di manapun merupakan pelajaran, jika kita mau…

  5. selama kita hidup
    dan masih bisa menikmati makan
    syukurilah itu
    akan ada suatu saat
    kamu tidak bisa makan, minum bahkan bermimpi.
    dan jika saat itu datang…
    nikmatilah pula….

    (sedih aku ingat seorang nenek di Jepang yang menangis di hadapanku karena dia bilang…”melda aku ngga ada nafsu makan, nafsu minum, nafus jalan2, dan nafsu untuk hidup….aku sudah tidak berguna… bahkan anakku tidak perlu aku…
    aku cuma bisa peluk dia…. dan dia tambah menangis…dia berkata,”sedangkan anakku tidak pernah peluk aku” .
    Dan dia meninggal waktu aku di jkt liburan, tapi aku masih sempat ikut penguburannya. RIP…
    makanya nikmatilah nafsu makan, nafsu yang lain juga. Karena begitu tak ada lagi nafsu itu…habislah semua. Itu filosofi sayah jeng.)

    sorry ya bang hery nyampah di sini

    Wah, terharu juga mendengar keluhan nenek tadi.
    Mudah2an saat kita tua, kita tetap bisa memeluk dan memeluk orang2 yang kita cintai…

  6. Saya sendiri yakin dengan konsep berkah yang diceritakan Hery. orang tua saya di kampung dengan kepolosannya sangat gemar menolong orang kesusahan. bahkan karena suka menolong sering dimanfatin orang licik sehingga sering ditepu. tapi bapak saya ketika dikasih tau tetap tidak bergiming. pernah rambutan dibelakang rumah lagi berbuah dan ranum buahnya. bapak saya ke belakang untuk melihat-lihat rambutan tersebut. eh .. ternyata ada tetangga yang lagi nyuri rambutan tersebut. kalau kita yang tau kejadian tersebut langsung akan teriak maling. tapi bapak saya tidak. dia malah menjauh agar gak katuan si pencuri. takut kalau pencuri itu ngeliat bapak. Biarin saja kata bapak saya. mungkin dia butuh uang.
    hubungannya dengan berkah.. ternyata semua anak-anaknya sering mendapat kemudahan dalam studi dan bekerja. saya meyakini bahwa itu berkah orangtua saya. amin

    Pengalaman yang menarik Bang Miftah…
    Salah satu lagi contoh keberkahan….

  7. wah, ternyata memang bener, mas azwan, jalan menuju sukses itu banyak caranya. butuh perjuangan dan ndak bisa jatuh begitu saja dari langit. ustadz yusuf mansyur sepertinya bener2 berjuang dari bawah, bukan dg cara instan seperti yang diincar banyak orang, hehehehe 😀

    Benar, Pak. Tidak ada jalan instan…

  8. hi lagi her, aku inget2 gak sama akroman, itu ya yg orangnya tinggi kurus. Yg aq inget emang pinter bhs arab. wah hebat sekali dia sekarang ya, alhamdulilah. Gw setuju banget sma konsepnya Yusuf mansyur, kalo semua orang ikut konsep dia indonesia makmur kali yee,coz semua peduli sesama, gw skrg jg dah cb ikutin tuh walau g seberapa. Alhamdulilah, ada 2 anak kakak beradik, yg tiap sabtu dan minggu pagi datang ke rumah. mereka anak yatim, secara rutin gw coba menyantuni, jd anak asuh scr g langsung, gw coba kebutuhan sekolahnya gw bantu,alhamdulilah, bisa terus gw lakoni smp sekarang, semoga bisa lanjut. doain yaaaaa

    Bener, Akroman yang tinggi. Sekarang udah nggak kurus lagi. Udah berisi. Secara udah sentausa gitu lho…

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s