Udah seminggu nggak posting nih…Mau posting lagi malah bingung. Topik apa yang kira-kira cukup bernilai untuk di-share kepada pembaca ya?

Mau nulis tentang sepak bola Indonesia, ehm…kayaknya berita sedih melulu deh. Udah ketuanya kagak ada yang berani mengganti, eh prestasinya juga selalu mengecewakan.

Hari Sabtu kemarin, udah senang tuh waktu Indonesia unggul lebih dulu 1-0 lewat gol bunuh diri pemain belakang Thailand. Setelah itu, kita dibombardir selama hampir sepanjang pertandingan sehingga kiper Markus Horison harus berjibaku menahan tendangan pemain Thailand. Akhirnya, kita kalah 2-1. Pupuslah harapan menuju final. Thailand akan bertemu dengan Vietnam untuk memperebutkan posisi terhormat.

Rasanya kok susah banget ya mencari 11 pemain dari 220 juta penduduk Indonesia. Apa yang salah dengan manajemen sepakbola kita? Jika dilihat dari kesejahteraan, gaji pemain bola saat ini sudah sangat sejahtera. Bayangkan, hanya main bola sekali seminggu, maksimal dua kali, ada pemain yang bisa berpenghasilan 60 juta perbulan (setara dengan gaji seorang menteri).

Lalu apanya yang salah. Faktor gizi kah? Rasanya dengan gaji sebesar itu tidak ada alasan gizi lagi. Jika dibandingkan dengan pemain Singapura, apalagi yang telah dinaturalisasi, memang pemain kita relatif pendek. Lalu kemana penduduk Indonesia yang tinggi-tinggi itu? Apakah jadi model semua? Kita patut malu dengan Vietnam, yang pemainnya tidak terlalu tinggi, masih relatif miskin lagi, tetapi mampu menampilkan permainan yang lumayan rapi.

Masalah pelatih lokal atau impor, pentingkah? Beberapa waktu yang lalu kita selalu menggunakan pelatih asing (Henk Wullem, Peter Wheite, Ivan Kolev), namun hasilnya belum menggembirakan. Karena frustrasi dengan pelatih asing, udah dibayar mahal-mahal kok nggak berhasil, akhirnya kita memakai pelatih lokal. Maka dipilihlah Benny Dollo yang cukup bersinar di kompetisi lokal.

Setelah menyaksikan pertandingan level Asia Tenggara, kemudian dimanjakan dengan pertandingan antar klub (MU vs Quito) terlihat semakin jelaslah perbedaan yang sangat jauh. Saat MU sudah kehilangan satu pemain karena diganjar kartu merah, tidak terlihat ketimpangan. Mereka tetap percaya diri.

Gocekan yang indah dan penuh percaya diri diperagakan oleh Ronaldo, Rooney. Pemain Quito juga tidak minder. Beberapa kali mereka melakukan tendangan ke gawang yang mujur bisa diselamatkan oleh Van Der Saar. Akhirnya, dengan sepuluh pemain, MU berhasil menjadi juara antar klub dengan skor 1-0.

Akhir pekan ini memang lebih enak di rumah saja, karena cuaca mendung terus. Bahkan di hari Sabtu sedikit hujan. Ya udah, begitu saja postingan hari ini. Lagi mati gaya nih…Btw, mau liburan ke mana pada Natal dan Tahun Baru?

Saya rencananya mau ke Pangandaran bersama keluarga istri. Kami berangkat sekitar tanggal 26 Desember dan pulang tanggal 29. Ada blogger di sekitar Pangandaran? Mau kopdar? Halah…

• Diary