Last Day in Istanbul (Liburan di Turki #15)

Last Day in Istanbul (Liburan di Turki #15)

Pesawat kami yang membawa pulang ke Jakarta baru berangkat tengah malam nanti. Jadi, kami punya banyak waktu untuk mengeksplor Istanbul. Rencananya kami ingin mencicipi transportasi umum di istanbul, terutama subway.

Sehabis sarapan kami naik shuttle bus milik hotel menuju Taksim Square. Dari sini kami menyambung dengan kereta bawah tanah atau Metro menuju Cavahir, mall terbesar di Istanbul. Cavahir hanya berjarak dua stasiun dari Taksim Square.

Suasana di kereta bawah tanah Istanbul mirip metro di negara Eropa. Keretanya bagus, sistem tiketingnya juga bagus. Jauh dekat tarifnya 4 lira. Kita bisa membeli token via mesin. Setelah memilih rute dan memasukkan uang kertas, maka keluarlah token. Petunjuk tersedia dalam bahasa Inggris dan Turki. Jadi jangan khawatir tidak paham.

Kereta bawah tanah di Istanbul merupakan salah satu sistem kereta bawah tanah tertua di dunia, setelah Paris. Kereta bawah tanah ini terintegrasi dengan trem dan juga bus kota. Kalau kita pengen naik metro dari Ataturk Airport menuju pusat kota juga bisa. Biasanya stasiun metro selalu terhubung dengan mall atau pusat keramaian seperti Taksim dan Cavahir ini.

Saat masuk Cavahir Mall kami juga discan seperti pengunjung lainnya. Mall ini sangat luas dengan tinggi sekitar 6 lantai. Foodcourt dengan brand internasional seperti McD dan KFC ada di sini. Bioskop juga ada, tapi filmnya telah disulihsuara ke dalam bahasa Turki. Ah, jadi malas nontonnya. Apalagi filmnya juga sama dengan yang beredar di Indonedia dan harga tiketnya lebih mahal dari Indonesia.

Ada kejadian menarik saat sholat di mushola mall Cavahir. Kalau di Indonesia habis wudu kita bisa langsung masuk ke mushola.
Kalau di sini kita harus mengeringkan kaki setelah wudu dengan tisu gulung yang telah disediakan. Setelah itu kita memakai sepatu lagi. Kemudian kita membuka sepatu lagi sebelum masuk mesjid. Ribet ya….

Nah Aa Fery rupanya masih terbawa gaya Indonesia. Setelah wudu dia langsung masuk ke mushola. Seorang jamaah mengingatkan dengan bahasa Turki yang tak kami pahami. Akhirnya Aa Fery langsung sholat dan tak menghiraukan jamaah tadi yang hanya bisa merentangkan tangan dan menghela nafas tanda dia menyesalkan peristiwa yang terjadi.

Di mall ini banyak restoran. Ada juga foodcourt, tapi kami tak berselera. Untunglah ada restoran China dengan sistem all you can eat seharga 20 lira. Lumayan ada rasanya walaupun lauk utamanya hanya ayam.

Pulangnya kami naik metro lagi ke arah Taksim. Di sini para ibu menghabiskan waktu dengan belanja sampai gempor. Aku sempat mengunjungi Hardrock Cafe yang terletak di Jl Istiqlal.
Yayang membeli TShirt bertajuk Hardrock Cafe untuk bosnya. Harganya sekitar 60-70 lira per potong.

Istiqlal merupakan jalan yang ramai. Pertokoan ada di kiri kanan jalan. Di tengah jalan ada rel untuk trem kuno. Sementara mobil tidak boleh lewat jalan ini, kecuali untuk menyeberang atau memotong jalan. Pusat kebudayaan Perancis juga ada di jalan ini. Sekitar 500 meter dari ujung jalan ada Turkish Hammam yang sudah berumur 400-an tahun.

Sempat aku bingung juga apa yang dilakukan penduduk asli Turki yang melewati jalan ini. Padahal mereka berjalan ada yang ke utara dan ada yang ke selatan. Apakah di sekitar sini ada perumahan atau apartemen? Aku gak yakin. Kalau turis lalu lalang sih memang sudah biasa karena ini memang pusat belanja.

Beberapa penglaju merapat ke penjual dengan rak kecil. Apakah mereka menjual pulsa? Oh, ternyata ini penjual lotere. Kebayangkan lotere boleh dijual di Turki secara terang benderang, sementara di negara kita dianggap ilegal.

Setelah begitu lama berbelanja dan gempor, kami pun pulang ke hotel dengan taksi. Hampir satu jam kami beristirahat di hotel hingga mobil shuttle membawa kami ke bandara Ataturk.

Ada kejadian menarik di bandara saat kami bertemu seorang ibu asal Purwakarta yang bekerja sebagai asisten domestik di sebuah kota bernama Erbil, 1 jam dari Baghdad. Dia pulang lewat Istanbul karena tidak ada pesawat internasional dari Bagdad yang terbang ke Jakarta.

Terbayang bagaimana ibu ini bekerja di negara yang sedang dilanda konflik tak berujung. Herannya, penduduknya masih mampu menggaji orang asing untuk bekerja sebagai asisten rumah tangga. Benar2 sebuah ironi. Negara kita yang aman damai tapi tidak mampu menyediakan lapangan kerja. Mungkin ada tapi gajinya kurang menarik.

Saat kami check in, gate masih belum ditentukan di boarding pass. Jadi kita duduk gak jelas di sepanjang depan toko duty free. Baru 2 jam kemudian gate kami jelas terpampang di layar monitor. Kami pun tergopoh2 menuju gate yang ternyata terletak cukup jauh dari tempat kami menanti.

Akhirnya, panggilan boarding pun tiba. Kami naik pesawat dan sterusnya tidur lelap. Bangun lagi sudah tiba di Changi. Kami keluar untuk masuk kembali ke gate yang sama. Lucunya, air mineral yang kami bawa dari pesawat tidak lolos ketika masuk gate. Beberapa bawaan tangan jamaah umroh seperti air zamzam juga jadi masalah. Tampaknya standar keamanan di Changi lebih ketat dibanding Ataturk.

Demikianlah, perjalanan di Turki yang penuh dengan nilai sejarah telah menambah pemahaman kami. Sekularisme yang telah berlangsung dari tahun 1923 tampaknya juga tak mudah tergerus. Apalagi, dalam pemili 7 Juli 2015, partai AKP yang berhaluan Islamis kehilangan dukungan dari rakyat, turun 10%, sehingga tidak mampu meraih dukungan mayoritas di kabinet.

Tak heran, di pintu bandara Ataturk kita bisa menyaksikan iklan wanita berbikini dengan frontalnya dan dalam ukuran jumbo. Jangan heran juga jika semua hotel menjual minuman beralkohol. Jangan heran juga jika di semua hotel tidak ada petunjuk arah kiblat. Jangan heran juga jika di pertokoan ada toko sex shop.

Turki memang tidak lagi menjadi representasi negara Islam, tetapi sama seperti negara Eropa lainnya. Fasilitas umum di Turki juga mengikuti fasilitas umum di negara2 Eropa. Apple Store resmi juga sudah ada di Istanbul. Sampai jumpa pada perjalanan yang lain.

Satu tanggapan untuk “Last Day in Istanbul (Liburan di Turki #15)

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s