Minggu 27 Januari 2008 pukul 13.10 Pak Harto diberitakan meninggal. Langsung saja kuraih remote control, mencari stasiun tv yang paling lengkap menyajikannya. Hampir semua televisi melakukan breaking news pada saat itu juga. Hanya RCTI yang kelihatan gelagapan karena saat itu sedang menayangkan acara Idola Cilik Seleb yang ditayangkan secara live. Akibatnya, breaking news RCTI ketinggalan.
Hampir semua stasiun televisi sudah menyiapkan dokumentasi tentang perjalanan karir dan biografi singkat Pak Harto. Bahkan ada statisun tv yang membuat film tentang Soeharto kecil, yang diperankan oleh orang lain, tentunya.
Siang itu aku berencana ke Gramedia Matraman mencari buku baru. Di Gramedia pengunjung ternyata cukup ramai. Tempat parkir cukup padat, bahkan sampai memenuhi setengah jalan. Tampaknya pengunjung tidak terpengaruh oleh berita meninggalnya Pak Harto.
Hanya terlihat segelintir orang yang menonton sebuah tayangan Metro TV di Dunkin Donut. Itupun tidak terlalu serius. Boleh jadi mereka sudah tahu berita meninggalnya, tetapi tidak terlalu peduli dengan prosesi selanjutnya.
Liputan Radio
Sepanjang jalan menuju Gramedia, penyiar I Radio mengumumkan pembatalan acara yang sedianya akan dilaksanakan hari Senin. Tampaknya banyak acara penting dalam seminggu ke depan yang dibatalkan sehubungan peristiwa ini.
Suasana liputan langsung di Elshinta kudengarkan dengan seksama. Penyiar di studio menjadi moderator bagi reporter yang disebar di lobi RSPP, UGD dan Astana Giribangun. Mengesankan sekali melihat kelihaian penyiar di studio memandu reporternya.
Ada kejadian yang menggelikan saat mobil ambulan meninggalkan RSPP. Karena sudah ketinggalan, wartawan yang di jalan Sudirman melaporkan kalau mobil ambulan mempunyai dua alternatif, yakni ke Cendana dan ke RSPAD. Entah dari mana reporter ini mendengar kabar tersebut. Ngapain pula ke RSPAD. Masa dari rumah sakit kok ke rumah sakit lagi?
Liputan Televisi
Saat siaran langsung semua stasiun tv mencoba memberikan gambar terbaiknya. Akan tetapi, tidak semua kru lapangan siap. Beberapa reporter yang tidak pernah tampil live tampak kedodoran, membaca dengan terbata-bata sambil ditonton oleh masyarakat sekitar. Ini terjadi dengan reporter Trans TV yang melaporkan dari Astana Giribangun. Langsung saja kupindah ke channel lain.
Yang terlihat profesional dalam reportase langsung, menurutku hanya SCTV. Di saat stasiun lain menurunkan reporter bau kencur, SCTV menerjunkan presenter handalnya seperti Anggi dan Bayu Sutiono. Metro awalnya juga menerjunkan reporter baru yang kelihatan panik, tetapi kemudian berhasil memperbaikinya dengan menerjunkan Virgie Baker.
Suasana di dalam rumah jalan Cendana hanya bisa dilaporkan oleh TVRI yang menuliskan EXCLUSIVE di layar. Tampak tadi malam BG Lee datang dan disambut Mbak Tutut. Tapi rupanya dia tidak lama-lama. Setelah bersalaman langsung dia pamitan.
Liputan Media Cetak
Pada Kompas hari ini satu halama muka penuh membahas “Warisan Soeharto” yang ditulis langsung oleh big bosnya Jakob Oetama. Di Pos Kota, Harmoko mengisi rubrik “Kopi Pagi” dengan isi seputar meninggalnya Pak Harto. Belum jelas apakah Harmoko ikut melayat ke Cendana.
Satu lagi koran yang kubeli, Seputar Indonesia. Sebenarnya mau kubeli semua koran karena aku yakin suatu hari nanti koran hari ini akan menjadi sejarah. Tapi niat ini kuurungkan. Kan sudah ada internet? Ngapain repot-repot menyimpan koran dan mengklipingnya. Tinggal search aja di Google. Sresetttt… Beres deh.
Dokumentasi
Peristiwa liburan Pak Harto di laut dan memancing bersama keluarga sangat sering ditayangkan stasiun tv. Bambang dan Halimah masih tampak mesra. Ibu Tien ternyata ikut memancing juga besama Mamiek dan Titiek. Ikan yang berhasil mereka pancing besar-besar. Tapi tak terlihat Prabowo di sana.
Begitu juga dengan tayangan pengumuman Soeharto memutuskan untuk berhenti sebagai presiden pada bulan Mei 1998. Tampak di belakang beberapa pejabat seperti Yunus Yosfiah, Endriartono Sutarto dan menag saat ini Maftuh Basyuni yang dulu menjadi kepala rumah tangga kepresidenan.
Pada sebuah tayangan juga terlihat Maftuh Basyuni menjadi penerjemah Pak Harto saat menerima seorang pemimpin negara Arab. Rupanya beliau pernah berkarir sebagai penerjemah. Sebuah lompatan karir yang cukup unik, dari penerjemah, kepala rumah tangga kepresidenan kemudian bisa menjadi menteri agama.
Tanggapan Masyarakat
Tadi malam Amien Rais diwawancarai di SCTV oleh Rossi. Setelah wawancara Amien rencananya akan melayat ke Cendana. Aku penasaran juga melihat tayangan saat Amien datang ke Cendana. Bagaimana kira-kira tanggapan anak-anak Pak Harto. Tapi sudah terlalu malam, jadi tidak sempat menyaksikannya.
Kemarin malam aku kebetulan menghadiri tasyakuran rumah baru tetangga sebelah. Di samping mengirimkan doa buat anggota keluarga sohibul baik, sang ustadz juga memimpin jamaah untuk mengirim doa kepada Pak Harto. Kami membacakan Al Fatihah, Yasin, dan tahlil.
Pagi ini di jalan banyak spanduk yang dipasang untuk melepas kepergian Pak Harto. Di antaranya dipasang di underpass Jl Pramuka. Di spanduknya tertulis,”Selamat Jalan Pak Harto, Pahlawanku”. Apakah Pak Harto sudah ditetapkan sebagai pahlawan atau belum, aku tak peduli.
Sebagai sesama manusia aku hanya bisa mengucapkan,”Selamat Jalan, Pak Harto. Semoga arwahmu diterima di sisi Sang Khalik. Semoga amal baikmu bisa menutupi amal burukmu. Kelak kami juga akan menyusulmu”. (Hery Azwan, Jakarta, 28/1/2008).
Saya turut bela sungkawa,Selamat jalan Bapak Soeharto. You are always My inspiration. Moga diterima amal dan ibadahnya oleh Tuhan YME.
farewell to the president
u always have a place within my heart but i don’t know where
wawancara mukhtar pakpahan di trans7 tadi siang cukup menarik. dia mengkritisi pemberitaan media yang berlebihan tentang pak harto. media cendrung pada “pemujaan”, sedikit sekali yang mengungkap sisi gelap beliau. memang banyak yang menangisi kepergiannya, tapi itu adalah para kroni, kolega dan keluarga. apakah rakyat peduli? menurut mukhtar, tidak! sebagai bukti, tidak banyak rakyat yang mengibarkan bendera setengah tiang, paling hanya 5% saja…
bagiku, sebagai sesama manusia, kita patut mendoakan yang terbaik bagi pak harto, siapapun dirinya di masa lalu. yang pasti, hidupnya telah memberi banyak pelajaran buat diriku; “the absolute power corrupt absolutly”
Hery Azwan:
Mudah2an presiden kita berikutnya juga mengambil pelajaran dari beliau. Tapi jeleknya, presiden
berikut jadi takut bertindak. Salah….lagi. Ya udah yang sedang-sedang saja lah.
SOEHARTO MEMANG PAHLAWAN !!!
DIA TAK PERNAH MENJELEKKAN ORG LAIN
NEGARA SANGAT BERWIBAWA KARENA BELIAU
BUKAN KEBABLASAN KAYAK SEKARANG!! DIKIT2 DEMO
RAKYAT MANJA !! JAHAT !! ANARKIS!!
NGGAK PUNYA PANCASILA !!
SOEHARTO MEMANG PAHLAWAN
saya setuju kalo almarhum baerjasa dan pribadi yg sabar
bagai panembahan senopati, dia memimpin
Sangat berkelas