Masuk TV: Siapa Takut?

Bagi sebagian orang, dapat tampil di televisi merupakan sebuah impian. Berbagai cara dilakukan agar mimpi ini bisa terwujud.

Bagi yang serius, bisa mencobanya lewat jalan ikut reality show yang lagi menjamur seperti Indonesian Idol, AFI, Mama Mia, API, Stardut atau ikut audisi kuis seperti Deal or No Deal, dan sinetron . Bagi yang tidak terlalu serius, cukup berdesakan di belakang penyiar tv yang sedang menghadap ke kamera yang sedang ‘on’ di lapangan.

Lambaikan tangan berulangkali, goyangkan kepala, ekspresikan wajah lebih manis. Beres! Nanti sore wajah Anda akan tampil di sebuah acara berita.

Cita-Cita Masa Kecil

Bagiku, tampil di tv merupakan cita-cita sejak kecil. Rasanya tak terbayangkan saat orang bisa melihat wajah kita nongol di tv. Saat di SD aku sangat senang menonton acara Cepat-Tepat atau Cerdas-Tangkas.

“Kapan ya aku bisa ikut acara ini? Rasanya aku bisa menjawab semua soal yang ditanyakan pembawa acara. Bagaimana caranya supaya aku bisa ikut.” Berbagai pertanyaan berseliweran di benakku.

Saat itu, aku tinggal di perkebunan. Nama desanya Gohor Lama, kira-kira 10 km dari Stabat (ibu kota Langkat) dan 60 km dari Medan (ibu kota Sumut). Kami tinggal di kompleks pabrik kelapa sawit karena ayahku bertugas sebagai krani di sana.

Secara jarak, peluang sekolahku untuk terpilih menjadi peserta Cepat Tepat rasanya kecil sekali. Meskipun begitu, aku selalu menyalakan gelora api mimpiku. “Suatu saat aku pasti bisa masuk tv,” gumamku dalam hati.

Setelah kelas empat SD, aku pindah ke Medan dan tinggal bersama kakek dan nenek tiriku. Ayahku ingin aku bisa merasakan aura kota besar yang standar pendidikannya dianggapnya lebih maju daripada di perkebunan. Awalnya aku merasa berat berpisah dari orangtua, tapi akhirnya aku mulai betah.

Di Medan, keinginanku untuk masuk tv semakin kuat, tetapi tetap saja sekolahku tidak pernah diundang ikut audisi. Di kelas 5 aku mulai ikut lomba membaca Al Qur’an dan bisa juara hingga tingkat kecamatan Medan Johor.

Selanjutnya, untuk tingkat Kotamadya (sekarang kota) pertandingan akan diadakan di auditorium RRI. Wah, aku senang juga suaraku bisa masuk radio, tetapi tetap saja orang tidak bisa melihat wajahku.

Waktu SMP kelas 1 sekolahku SMP Negeri 20 Mariendal terpilih mengikuti acara Cepat Tepat di TVRI Medan. Aku berkata dalam hati,”Inilah kesempatanku.”

Ketika saatnya tiba, akhirnya aku harus menelan kekecewaan karena yang terpilih adalah murid kelas 3 dan kelas 2. Murid kelas 1 rupanya dianggap belum cukup umur. Impian masuk tv tertunda lagi.

Dream Comes True

Masa SMA kuhabiskan di sebuah pondok di Ponorogo. Saat aku di pondok, tidak banyak stasiun tv yang melakukan liputan. Biasanya crew tv datang bersama tokoh politik nasional yang berkunjung. Jadi kalau tidak ada tamu penting, ya tidak ada crew tv.

Tiga tahun kemudian, 1990, aku kuliah di Jakarta, tepatnya di Ciputat. Aku sangat excited dengan kebebasan setelah tiga tahun di pondok tidak boleh mendengarkan radio dan menonton tv. Radio kesukaanku saat itu Prambors, dengan acara Porsi Kamu. Acara yang dibawakan Ida dan Krisna ini biasanya ditayangkan di pagi hari untuk mengerjai pendengar yang ulang tahun.

Aku mulai senang mendengarkan lagu “Barat”. Padahal sebelumnya aku hanya menyukai lagu Indonesia semisal ciptaan Rinto Harahap, Obbie Mesakh, A Riyanto dan Pance Pondaag. Jakarta rupanya membuka wawasanku sehingga aku mulai hapal lagu-lagu top 40.

Awal tahun 90-an TVRI, kalau tidak khilap, mulai menayangkan Gita Remaja, sebuah kuis tebakan lagu yang dibawakan Tantowi Yahya. Aku sangat menyukai acara ini dan berharap suatu waktu aku bisa menjadi pesertanya.

Tak dinyana suatu ketika, seorang kakak kelas di kampusku menjadi peserta kuis tersebut dan berhasil menjadi juara. Aku langsung terpicu.

“Masa dia bisa, aku gak bisa. Aku pasti bisa”, demikian tekadku.

“Tapi dengar-dengar dia punya orang dalam. Pantas saja bisa. Kalau aku kan tidak”, suara hati kecil mulai meragukan niatku.

Akhirnya kuputuskan untuk membuat surat lamaran. Aku pergi ke studio foto untuk membuat foto yang lebih pantas. Kutulis surat lamaran di atas mesin tik (dulu komputer masih langka). Kubuat bio data yang kuanggap bisa menarik perhatian.

Suatu hari, di tempat kos kutemukan surat panggilan audisi dari Ani Sumadi Production. Senangnya bukan main hatiku. Aku disuruh datang ke jalan Pekalongan 10. Wah, di mana pula itu?

Aku pergi ke toko buku Gramedia, dan kucari peta Jakarta. Ternyata jalan Pekalongan ada di belakang HI.

Tes pertama hanya menebak 12 lagu yang didendangkan oleh seorang penyanyi pada sebuah tape recorder. Semua lagu bisa kutebak. Kemudian aku disuruh menirukan logat Batak dan Madura, seperti yang kutulis dalam biodata. Setelah tes, aku disuruh menelepon pengumumannya sekitar seminggu setelahnya.

Seminggu kemudian, aku mencoba menghubungi panitia dari telepon umum (dulu HP masih langka). Karena telepon umumnya ada di pinggir jalan raya yang ramai aku tidak bisa mendengar dengan jelas. Aku disuruh datang 3 hari lagi, tetapi kurang jelas apakah aku lulus atau tidak.

Tiga hari kemudian aku datang ke sana. Rupanya aku lulus tes pertama. Pada tes kedua kami langsung diwawancarai oleh Ibu Ani Sumadi, Tantowi Yahya dan tim Halmahera band. Bahagia sekali rasanya bisa bertemu dengan orang terkenal seperti mereka.

Dalam tes kedua ini, semua tebakan lagu kubabat habis. Pertanyaan pengetahuan umum juga kujawab dengan mudah. Aku sangat yakin bakal diterima. Hasil tes diumumkan sekitar 2 hari kemudian.

Dua hari setelah itu, aku menelepon panitia. Alhamdulillah aku berhasil lulus audisi dan berhak menjadi peserta Gita Remaja. Shooting akan dilakukan di TVRI pada bulan Januari 1992. Akhirnya aku masuk tv juga.

Waktu shooting, aku memberi salam kepada penonton,”Hai kawan-kawan yang ada di Medan, aku masuk tiv, nih”. Ih, norak ya? Tantowi terbahak-bahak mendengarnya.

9 tanggapan untuk “Masuk TV: Siapa Takut?

  1. Och.. jadi yang waktu aku tonton.
    yang bilang “Hai Kawan-kawan yang ada di Medan, aku masuk TV” itu kau rupanya bah…

    selamatlah …

    🙂

  2. haha.. cerita ini membangkitkan kembali ingatanku 16 tahun yll. Seperti mimpi, melihat kembali seorang sahabat yang lama tidak ketemu, malah melihatnya di tv, ikutan kuis.

    dari semua episode GR itu, cuma episode yg ada Bro Hery inilah yg paling memorable, karena yg ikutan adalah temanku, dan menang pula…

    btw, hadiahnya dulu buat apaan? 🙂

    Hery Azwan: hadiahnya dulu Rp 800.000 buat apa ya? Buat beli beras kalee….He he he…

  3. sayang ada ujian jadi nggak bisa ikut ke tvri

    wah ente juga ternyata kepingin ikut nonton shooting ya?
    kasian deh nggak kesampaian…
    ente di dubai ato abu dabi sih?

  4. saya nonten her di rumah kontrakan mas saya. kebetulan ada kakak saya syariah juga UIN kuliahnya. wah kita bangga. ternyata temen kita sama-sama dari Medan bisa masuk tv.

    syukurlah Mas kalau bisa membawa aspirasi umat.
    he he…

  5. wahhhhh seru banget bang!!!

    sayang, video rekamannya udah hilang entah ke mana di rumah orangtuaku….
    kalau ada kan bisa dimasukin ke youtube. lumayan sebagai kenang2an…

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s