Pasca Tsunami, Pangandaran Kembali Menggeliat

Akhirnya, kesampaian juga aku menginjak pantai Pangandaran. Pada libur panjang 20-21 Maret 2008 bersama keluarga istri kami menginap di sana.

Holiday in Pangandaran

Selama ini, jika diajak ke Pangandaran aku ogah-ogahan karena membayangkan jauhnya jarak yang harus ditempuh. Tetapi kemarin, aku membuktikan kalau kelelahan di perjalanan terbalas dengan indahnya pantai Pangandaran.

Air lautnya yang berwarna biru, meski terkadang bercampur dengan sampah, menyegarkan mata yang memandang.

Ombaknya yang lumayan tinggi, sangat cocok untuk berselancar. Kalau aku sendiri, cukuplah berselancar sambil tengkurap. Saat ombak datang, segera aku melompat di depannya sehingga ombak mendorongku sampai ke pantai.

Kalau untuk berselancar sebagaimana yang kita lihat di tivi, wah perlu belajar lagi. Ampun deh…Aku cuma bisa ngiri melihat anak kecil yang sudah bisa berselancar sambil berdiri.

Hotel-hotel di Pangandaran pada liburan kali ini sudah fully booked jauh-jauh hari. Rate hotelnya juga gila-gilaan. Kami menginap di hotel Sandaan yang fasilitasnya banyak yang sudah dodol dowel.

Sepanjang garis pantai tidak terlihat lagi lapak para pedagang. Sejak tsunami 2 tahun yang lalu, daerah sepanjang pantai ini menjadi daerah bebas dari pedagang. Sebagai gantinya, pedagang pindah ke seberang jalan.

Yang cukup unik di sini, yang tidak ditemukan di pantai lain adalah banyaknya tempat penyewaan sepeda, baik yang tunggal maupun yang tandem. Motor pantai yang beroda empat juga turut disewakan.

Karena itu, tidak aneh jika di sepanjang jalan, terlihat wisatawan yang berboncengan dengan keluarganya. Dari pagi sampai sekitar pukul 21.00 malam, ada saja wisatawan yang wara-wiri di jalan.

Suasana inilah yang sulit ditemukan di Anyer atau Carita. Di sana, garis pantai sangatlah panjangnya sehingga tidak ada suatu tempat yang menjadi pusat keramaian. Di sana pantai sudah dikapling di belakang hotel.

Wisata Kuliner

Ke pantai tanpa makan seafood serasa belum afdhol. Di Pangandaran, terutama di sepanjang pantai timur, banyak ditemukan restoran seafood. Tapi kita harus hati-hati dalam memilih restoran.

Pada hari pertama kami tertipu. Sekilo udang galah yang kami pesan banyak yang sudah tidak segar lagi. Sudah begitu, masakannya terkesan asal-asalan. Antara saos tiram, saos mentega dan saos padang, rasanya ternyata sami mawon. Oh, ya, restoran ini terletak tepat di depan mercu suar.

Esoknya kami memilih sebuah restoran yang agak jauh dari pantai. Namanya Rasa Sayang. Penjualnya orang Tionghoa. Wah pasti enak nih.

Benar saja. Di sini ternyata bahannya lebih segar dan masakannya jauh lebih enak. Menu spesialnya udang goreng telor. Udang chilli sauce-nya juga enak sekali.

Belum lagi kepiting saus tiramnya yang harum. Ditambah cumi goreng tepung yang sangat gurih. Tapi belum mantap kalau belum disempurnakan oleh pete bakar. Halah…

Harga makanan di resoran seafood Pangandaran relatif murah. Udang dogol sekitar Rp 70.000 sekilo dalam kondisi sudah matang. Ikan bawal Rp 50.000 (matang). Cumi sekitar Rp 45.000. sekilo. Kalau pete bakar Rp 4.000 satu papan. Gubrakkk…

Oleh-Oleh

Oleh-oleh yang paling banyak ditawarkan adalah ikan jambal roti. Para pedagang sibuk mendatangi kamar-kamar hotel dan menawarkan dagangannya. Harga ikan asin jambal roti sekitar Rp 49.000 sekilo.

Menyesal juga aku tidak membeli ikan ini. Rupanya ikan asin jambal roti ini paling enak dibuat sambal lado, ditambah irisan cabe hijau. Untuk menetralkan rasa asin, sambalnya harus dibuat lebih manis.

Penjual kaos khas Pangandaran juga tersebar di sepanjang pantai. Tak lupa juga pengrajin tato temporer. Katanya sih kuat 3 minggu.

Setelah tsunami, tampaknya Pangandaran sudah mulai bangkit lagi. Wisatawan juga tidak takut lagi ke laut. Meskipun begitu, wisatawan harus hati-hati karena arus balik ombak di Pangandaran sangat berbahaya.

Pada liburan kemarin, menurut koran yang kubaca setelah tiba di Bandung keesokan harinya, ada sekitar 7 orang wisatawan yang terbawa ombak. Untunglah mereka berhasil diselamatkan oleh petugas penyelamat.

Kalaulah jaraknya tidak terlalu jauh, pasti aku akan sering ke Pangandaran. Mana belum ke Grand Canyon lagee…. (Hery Azwan, 24/3/2008)

4 tanggapan untuk “Pasca Tsunami, Pangandaran Kembali Menggeliat

  1. Lagi …
    Ini judulnya si Trainer kepingin (banget) liburan ke Pangandaran …

    Liburan kemarin full dirumah … sampe’ kalap dan mati gaya itu …
    Jalan paling jauh kemaren ya ke Cinere Mall doang … (kesian ya ?)

    hehehe

    heryazwan to nh18…
    ucapan yang paling tepat memang
    “anak macan minum susu
    kacian deh lu…”
    he he he…

  2. Lam kenal.
    Kapan yach bisa main ke Pangandaran..? Ajak-ajak dunk.” Klo mo main ke pantai Lippo Carita. Kontek yach. Siapa tau saya bisa nyariin tempatnya yang enak. Soal harga kita bisa nego.” Low pengen lebih tau tentang Lippo Carita Rattes atau Mutiara Carita Rattes, anda bisa kunjungi situs saya.””

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s