Sejak kecil, Baginda Rasul telah dijuluki sebagai Al Amin yang artinya orang yang terpercaya. Beliau tidak pernah berdusta, menerima suap atau korupsi. Julukan itu diberikan masyarakat Arab saat itu yang nota bene masih jahiliyah. Kalau sekarang, barangkali julukan itu akan diberikan oleh media.
Al Amin berasal dari akar kata yang sama dengan iman dan aman. Al Amin juga bisa berarti sekretaris. Sekretaris Jenderal disebut ‘Al Amin Al ‘Aam’. Sekretaris berasal dari kata SECRET yang artinya rahasia. Diharapkan seorang sekretaris dapat menjaga rahasia, sehingga jika berhasil diemban dengan baik, jadilah dia orang yang dipercaya.
Jadi, jika ada orangtua yang memberi nama anaknya dengan Al Amin, boleh jadi orangtuanya berharap anaknya akan meniru akhlak Sang Rasul. Anak yang diberi nama ini pasti mengemban beban berat untuk menjaga kepercayan ini.
Sedari kecil, saya sudah tertarik dengan kegiatan keagamaan, dari mulai ikut pengajian wirid yasin bersama orangtua setiap malam Jumat, sampai ikut lomba berbau keagamaan seperti MTQ, dan lomba azan.
Setiap menghadiri acara maulid atau isra’ mi’raj saya selalu kagum dengan mubaligh yang bisa berceramah dengan menarik, termasuk melontarkan cerita lucu, hampir dua jam. Sempat terbersit di benak saya untuk menjadi mubaligh.
Tetapi saya sempat ragu juga. Nama saya kan tidak pantas menjadi seorang mubaligh, karena tidak ada unsur Abdul atau Muhammad, minimal berbau Arab. Apalagi dulu belum ada nama ustadz seperti Jeffry, Gym, Dedeh.
Kalau dulu, nama ustadz selalu berbau Arab. Saya suka membayangkan kalau saya jadi mubaligh dan diperkenalkan oleh MC,”Hadirin sekalian, sekarang tibalah saatnya ceramah maulid Nabi Muhammad yang akan disampaikan oleh Ustadz Hery Azwan”.
Ah rasanya kok gak enak di telinga. Barangkali karena mindset yang membatasi ini (limiting belief), sampai saat ini saya tidak menjadi ustadz atau mubaligh kondang (ah alasan…).
Karena itu, saya suka sedih jika melihat orang dengan nama yang bagus-bagus pemberian orangtuanya ternyata perbuatannya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Dapat terbayang betapa kecewanya orangtua yang memberi nama yang bagus-bagus tadi.
Boleh jadi, nama hanya sebatas doa atau harapan. Tak ada jaminan nama yang bagus berkelakuan bagus. Sebaliknya, nama yang buruk juga tidak berarti berkelakuan buruk. Manusianyalah yang menentukan baik tidaknya perbuatan, bukan karena namanya.
Meskipun demikian, alangkah indahnya jika nama bagus, kelakuan juga bagus. Sempurna…. Ah, jadi ingat Gita Gutawa. Gita artinya lagu. Sesuai benar dengan profesinya.
Jadi ingat kata-kata klasih Shakesphere .. “Apalah arti sebuah nama” .. hmm, untuk kasus ini mungkin bisa ada artinya bisa juga sebaliknya. Memang berat kalo menanggung nama yang berat π
π Membayayangkan kalau pemimpin kita memiliki karakter seperti Rasulullah SAW,
alangkah indahnya… rasanya tidak ada antre mitan, tdk ada yg mati kelaparan.
Ikut Nimbrung om..
ternyata kalimat Shakesphere tidak mempan di Indonesia..he..he..he..
Dulu saya adalah orang yang sangat rasional dalam memandang masalah..logika lebih diutamakan dibanding hal2 yang bersifat tahayul atau cerita pengantar tidur lainnya
Waktu saya SMP, saya mempunyai tetangga baru dan kebetulan juga baru mempunyai momongan. Si kecil diberi nama Onto Suwiryo (nama balita Pangeran Diponegoro). Sakit flu, batuk dan kulit (bentol2 atau bercak2) sering sekali mengunjungi si kecil.
Kata tetangga, si kecil sering sakit karena nama yang diberikan terlalu berat (namanya = 2 karung beras ya). Atas saran “orang pintar” (E=mc2..he..he..) akhirnya si kecil di ganti namanya menjadi Surya.
Setelah berganti nama, aneh dan ajaibnya..si kecil jarang sakit2an..Saya berasumsi bahwa itu mungkin hanya sugesti yang membuat ortunya menjadi lebih bersih dan menjaga kesehatan putranya
Seiiring berjalannya waktu (lagi kaleee), saya dianugerahi seorang putra. Kami sepakat untuk memberi nama “Nabil Atiqi….” dan kami sering memanggilnya Ade Nabil. Ade Nabil beberapa kali harus masuk rumah sakit karena mencret2 dan muntah2, kata dokter karena ususnya masih muda dan sangat sensitif.
Istri saya kebetulan dibesarkan di lingkungan yang sering bersentuhan dengan hal2 yang irasional, dia penasaran kenapa si kecil koq sering sakit2an..akhirnya istri saya memutuskan untuk bertanya ke “orang pintar” (Prof.Dr. Ir……….SH, SE,……,…….)
mengikuti saran orang pintar tersebut dan tidak mau panjang lebar berdebat dengan istriku, akhirnya si kecil di ganti nama panggilannya menjadi ABI….
Setelah berganti nama panggilan, aneh (yang kedua) dan ajaib (yang kedua juga)..penyakit yang sering berkunjung ke putra saya sudah jarang sekali.
Tapi saya tetap yakin..keanehan dan keajaiban ini tetap milik Allah SWT
Keberatan nama kali…tapi sekarang kayaknya bakalan tertimpa kasus yang lebih berat..
Nama yang paling keren tentu saja…
Slamet Isa Wiseman…dibaca Slamet Is A Wise Man.
Beeratnya memikul sebuah nama… Karena katanya nama itu kan doa dari ayah bundanya π¦
Kalo anak ku namanya “farhan rais satria” semoga jadi pemimpin yang selalu gembira dan kesatria. Nama adalah doa ortu,semoga di ridhoi oleh ALLAH swt.
namaku hanggadamai
sesuai dengan namaku aku orangnya damai mulu
ngomong-ngomong khotib jumat ini bagian siapa ya?
bukannya ustadz hery azwan ya?
Hmmm …
terima kasih abang …
mudah-mudahan kita bisa belajar dari segala apa yang terjadi disekitar kita …
YA ALLAH beri kami petunjuk dan kekuatan …
Salam saya Bang …
di masa awal2 berada di pesantren, aku sempat minder dg namaku sendiri. gak “islamy” gitu kata teman2. nyaris aku ikut2an teman2 yg mau ganti nama, tapi syukurnya gak jadi…
sekarang aku baru sadar, bahwa ternyata, yg islamy itu gak melulu harus berbahasa arab. yg penting nama itu memiliki “makna” positif, agar menjadi sugesti (baca: doa) oleh orangtuanya.
jadi, kalau namaku kalau ditambahkan kyai, pantes gak bro…? hehehe…