Salah Pesan

Tadi malam aku diajak bosku makan malam bersama Erik Hartmann, Strategic Partner Development Manager, Google Inc. Kami menjemput Erik di arena Pesta Buku Jakarta, Istora Senayan. Setelah itu kami menuju sebuah restoran di hotel Sultan.

Erik yang berkantor di Singapura bertanggungjawab untuk membina hubungan dengan penerbit di kawasan Asia dalam program Google Book Search. Teknisnya, Google akan men-scan buku-buku dari penerbit (jika belum ada versi pdf-nya) dan menguploadnya ke internet.

Dari sana, pengunjung Google dapat melakukan SEARCH terhadap buku yang diinginkan. Google akan menampilkan 20% dari isi buku. Mengapa cuma 20%? Karena Google tetap menjaga hak cipta penerbit. Selain itu, pasar buku cetak diharapkan tetap terjaga kelangsungannya.

Yang menggembirakan, menurut Erik, Indonesia termasuk pencari ke Google yang paling berkembang di dunia. “Lalu, mengapa Google berkantor di Singapura, bukan Jakarta?”, tanya saya ke Erik.

Menurutnya, Google pusat pada awalnya memberikan beberapa pilihan kota sebagai markas mereka, yaitu Hongkong, Singapura, Bangkok dan Kuala Lumpur. Lho, Jakarta kok nggak masuk sebagai nominasi?

Hongkong, meskipun pernah menjadi wilayah Inggris, dicoret karena kesan Cinanya lebih kental. Berurusan dengan Cina kesannya sedikit rumit. Google berusaha menghindari masalah seperti ini.

Bangkok dicoret karena warganya tidak banyak yang bisa berbahasa Inggris. “Lagipula di sana banyak tempat MASSAGE,” sambung saya. Erik mengiyakan. Nanti dikhawatirkan karyawan Google lebih banyak yang pijat daripada bekerja.

Calon yang tersisa tinggal Kuala Lumpur dan Singapura. Google meminta kedua kota ini memberikan fasilitas keringanan pajak. Akhirnya, Singapura memberikan fasilitas pajak yang lebih menarik daripada Kuala Lumpur.

Selain kemudahan pajak, Singapura merupakan kantor pusat bisnis berbagai industri di Asia seperti MTV, CNBC. Bahkan SIA merupakan maskapai terbaik di dunia. Warga Singapura sebagian besar juga fasih berbahasa Inggris. Jadi semuanya mendukung.

What about Jakarta? Pasarnya yang besar memang menjadi incaran bagi pebisnis asing. Tetapi stabilitas politik yang masih sering gonjang-ganjing serta birokrasinya yang cenderung korup, mungkin membuat Google berpikir dua kali untuk berkantor di sini. “Entah kalau nanti-nanti”, kata Erik.

Sambil ngobrol, kami memesan makanan. Melihat menunya saya jadi keder. Steak aja harganya Rp 259.000. Belum ditambah tax lagi. Meskipun dibayar kantor, kok rasanya nggak tega makan steak semahal itu. Akhirnya saya pesan lobster. Di situ tertulis harga lobster Rp 56.000. Wah, ini tampaknya paling murah nih. Langsung dengan pedenya saya pesan menu ini.

Untuk sup, saya ikut aja dengan pilihan bos saya. Ternyata setelah datang, rasa supnya aneh. Katanya sih sup labu campur keju. Enek banget. akhirnya kuahnya tidak habis. Hanya kuning telur sebutir seperti pada Indomie rebus yang habis kumakan.

Pas makanan utama datang, aku terkejut karena lobsternya gede banget. Dua ekor lagi. Ehmm….Aku sedikit panik, karena yang lain cuma pesen steak.

Dengan sedikit bingung kulahap dua lobster tadi. Kualitas dagingnya memang segar sangat. Ditambah krim di atasnya, bukan tambah enak, malah enek. Memang lidah orang kita nggak cocok dengan makanan orang Eropa. Kita lebih suka rempah dan bumbu, sementara orang Eropa lebih memperhatikan kualitas bahan.

Dengan “terpaksa” aku dapat menghabiskan dua lobster tadi. Aku jadi curiga, harganya pasti bukan 56.000. Pasti aku salah lihat atau terjadi salah cetak. Jangan-jangan kurang nol, sehingga harganya mungkin Rp 560.000. Mudah-mudahan yang hilang angka 2, jadi Rp 256.000, sehingga tidak lebih mahal dari harga steak yang dimakan teman-teman.

Tobat aku makan di restoran seperti ini. Tempatnya doang yang enak. Rasanya hambar….Coba kalau makan di Sederhana atau Bandar Jakarta, Rp 250.000 bisa untuk berapa orang tuh…Terus, kita pasti akan berkeringat saking nikmat dan pedasnya…Huwewlahhh..

Menyambung obrolan tadi, Erik bilang Google dan Yahoo sedang membuat common platform sehingga Messenger kedua perusahaan ini dapat berinteraksi. Hal ini sama dengan operator sms di awal-awal berdiri dulu yang belum bisa lintas operator. Tapi sekarang sudah bisa. Nah, begitulah yang akan terjadi dengan Google dan Yahoo. Pengguna gmail dan yahoo.com dapat saling berkirim pesan singkat. (Asyik……Bos Nh18 yang pakai gmail bisa berinteraksi nih dengan kita-kita yang pake yahoo.com).

14 tanggapan untuk “Salah Pesan

  1. hhmmm …
    1. Mengenai makanan … mestinya Abang ajak si tamu ke Rumah Makan padang bang … murah meriah … kenyang … hehehe

    2. Yahoo dan Google interchange … hmmm boleh juga nih … akan mempermudah interaksi ya …
    good good …! 🙂

    Benar, Bos. Harusnya kami ajak ke warung padang. Secara dia juga sudah biasa makan pedas dan doyan sambel.
    Tapi, bosku ngajaknya ke situ. Ya, sutralah….

  2. hmmm
    **ikut2an om NH**
    1. google g mw d jkt, karna takut om, daripada kantornya rusak gr2 kerusuhan, tau juga g mw rugi secara di jakarta itu macetnya luar biasa kan bisa bikin orang telat….
    2. Keknya enak banget makanan yg segitu mahalnya, diriku gak pernah makan kek begituan, paling mahal makan pecel ayam yg harganya 7000… Jadi klo di bandar jakarta 250ribu tuk beberapa orang, jangan lupa ngajak diriku ya om 😆

    iya, jangan2 gara2 di Jakarta ada fpi ya????
    enakan juga pecel ayam atau pecel lele, murah meriah nikmaatttt…

  3. hmmmm
    ***ikutan hangga***
    1. jangan takut macet dong. kan bisa online meeting. (kalo gitu bisa saja dari headquarternya ya hihihi
    2. itu biasanya harga per100 gr bang…. yang parah kalau seasonal price, ngga ketahuan deh.
    nambah:
    3. saya punya gmail dan yahoo tuh… iconnya yahoo tetap yang paling top markotop

    1. kayaknya kalau di Singapore, mau kemana2 dekat, secara Singapura menjadi hub bagi hampir semua maskapai penerbangan di Asia.
    2. Itu dagingnya wagyu nggak ya?
    3. are you sure?

  4. patut disyukuri, orang lain ngantri BLT 300.000,- untuk hidup 3 bulan.

    iya mas…patut disyukuri….banyak orang yang sehari2 belum tentu bisa makan…

  5. Jadi pengen kerja di penerbitan kayak Abang… Bisa jalan-jalan, ketemu orang-orang baru, dan sekaligus melakukan something that we’d love to do… Iri Bang… 🙂 Soal makanan, saya paling ogah kalo makannya ribet. Dan biasanya, kalo ditraktir makan boss dan tamunya, saya sih ngikut ajah….

    Jadi, seharusnya saya bersyukur ya La…Alhamdulillah…..Ya Allah….

  6. Tepat sekali Google milih Singapura daripada Jakarta. Orang saya aja di Jakarta ga betah. Udah mah panas, macet, polusi lagi. Kalau boleh saya milih, saya pengennya tinggal di kampung halaman saja, Cianjur: sejuk, anti-polusi, anti-macet dan bisa maen2 sama keponakan yg suka geer sama saya. Kok jadi curhat. *Pulang kampung ah*

    Leureus pisan Aa. Kalau bisa milih kita mending kerja di Cianjur aja. Semua dilakukan dari rumah atau SOHO. Sok atuh, direalisasikan…

  7. kekekeke 😆 apalagi saya yang katrok dan ndesa, mas, azwan, hehehehe 😀 sangat tdik friendly dengn restaurant orang2 elite kayak begitu, haks, jadi malu nih. biasa makan di warteg sih soalnya, hehehe 😆

    enakan juga di warteg, pak. tapi sekali2 perlu tau juga ya pak. apalagi kalau ada yang ngajak. hayoh aja…

  8. Hayu atuh bang Hery, kita ke Cianjur bareng…. Saya nebeng…. 😀

    ntar kalau saya lagi ke cianjur, saya kontak2 ya…

  9. Singapura memang saat ini ideal u bisnis, apalagi masalah pajak.
    Indonesia? besarin pajak agar besar bahan u korupsi..hahaha….
    Lobster…apa itu bang? kaya’ karedok atau mie kocok? hehehe…

    lobster itu sejenis tutug oncom. hi hi hi……

  10. Wah nikmat nian tuh lobster, cuma ya gitu masaknya kadang nggak cocok … mbah malah pernah “ketemu” yang setengah mateng … ampun nggak mau lagi

    Padahal gampang ya rebus saja terus cocol sama sambel cobek … waduh lapar nih

    Yang kemarin kayaknya juga setengah mateng, Mbah…

  11. Asyiiikkk… ditunggu telponnya kalau ke Cianjur *mupeng nebeng*

    Wah lobster plus tutug oncom, kayaknya bakal Mak Nyoss tuh…. Hihihihi…16x

    Siip deh…kalau lagi ke Cianjur pasti di-calling2…

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s