Perayaan lebaran merupakan peristiwa tahunan yang melibatkan begitu banyak aspek, baik ritual maupun kultural. Di bawah ini beberapa catatan yang sempat saya perhatikan.
Keseragaman
Lebaran tahun ini kaum muslimin dapat merayakannya pada hari yang sama. Semua ormas yang merupakan mainstream seperti NU, Muhammadiyah dan Persis bersepakat dengan pemerintah yang merayakan lebaran pada tanggal 1 Oktober 2008. Sebuah pencapaian yang perlu dipelihara pada tahun mendatang.
Meskipun demikian, ada saja aliran yang berbeda dengan arus utama ini. Ada aliran yang merayakannya sebelum, bahkan sesudah tanggal yang ditetapkan pemerintah. Hizbut Tahrir Indonesia yang mengedepankan konsep khilafah berlebaran sehari sebelum pemerintah dengan pertimbangan negara-negara Timur Tengah sudah melihat hilal pada tanggal 29 September (29 Ramadan). Menurut mereka, hilal ini berlaku juga untuk seluruh dunia, tidak saja di negara setempat yang melihatnya.
Yang lebih ekstrem, ada tarikat yang merayakan lebaran 3 hari sebelum tanggal pemerintah dengan pertimbangan karena mereka juga berpuasa tiga hari lebih awal. Yang uniknya, keyakinan ini diterima pimpinan mereka hanya karena dalam mimpinya dia memperoleh perintah tersebut.
Arus Mudik dan Arus Silaturahmi
Arus mudik relatif merata sehingga puncak arus mudik tidak terlalu berfokus pada satu hari. Hal ini terjadi karena hari libur menjelang Idul Fitri relatif panjang dari tahun lalu, yakni 4 hari (Sabtu, Minggu, Senin, Selasa). Dengan banyaknya pilihan hari, pemudik bisa memilih hari yang sesuai dengan kebutuhan mereka dan tidak perlu memaksakan diri mudik di hari yang sama.
Akan tetapi, kelancaran arus mudik tidak dirasakan saat bersilaturahmi. Saya merasakan sendiri kemacetan di hari H dan H+1 saaat bersilaturrahmi ke rumah kerabat di seputar Bandung. Pada hari H kami yang akan betolak dari Bandung ke Rancaekek, terjebak di tol Cileunyi. Jarak 5 km menjelang gerbang tol Cileunyi ditempuh dalam waktu 2 jam.
Di pinggir jalan tol, bahkan kita dapat menyaksikan pengendara yang memarkir mobilnya dan menyantap bekal yang mereka bawa karena sudah tidak tahan dengan kemacetan. Mereka menggelar tikar di bawah pohon yang lumayan teduh. Bahkan ada juga yang sempat-sempatnya bermain gitar. Kemacetan panjang ini sekaligus peluang bagi pedagang asongan yang menjual air mineral.
Pada hari kedua, kami kembali menikmati kemacetan di jalur yang sama. Hanya saja, kali ini kami menuju Sumedang. Jarak Bandung-Sumedang yang dalam kondisi normal bisa ditempuh dalam satu jam, ternyata harus kami tempuh dalam 4 jam. Untunglah acara silaturahmi keluarga besar istriku belum bubar.
Pesta Miras
Salah satu berita yang sangat mengenaskan adalah pesta miras yang memakan korban jiwa di sebuah daerah di Jawa (Indramayu? CMIIW). Di saat umat sedang merayakan kemenangan atas hawa nafsu, kok bisa-bisanya ada pesta miras. Mereka mencampur alkohol dengan ramuan tertentu yang akhirnya menjadi pencabut nyawa yang sangat efektif. Mau gaya kok malah mati. Harga yang sangat mahal untuk sebuah kebodohan.
Wisata kuliner
Lebaran selalu menjadi ajang untuk wisata kuliner, terutama untuk menu yang tidak pernah tayang di hari biasa. Di rumah mertuaku, biasanya ada menu standar ketupat dengan campuran opor ayam yang dikombinasikan dengan wortel dan buncis. Selain itu ada ulen goreng yang bisa dicocol dengan tumisan yang merupakan campuran daging sebesar dadu, kentang, wortel, dsb. Ulen goreng tumis ini merupakan khas Haur Pugur (Rancaekek).
Kalau di kampung Banten yang ada di Medan, ulen tidak digoreng, melainkan langsung dicocol dengan tape ketan. O ya, ulen di Medan disebut dengan gemblong.
Kalau anda bertamu di Medan saat lebaran, biasanya akan dihidangkan rendang daging sebagai lauk utama. Variasi makanan pokoknya bisa nasi, lontong, atau ketupat ketan (bukan ketupat beras seperti pada umumnya di Jawa).
Jika berupa lontong, maka ada sayur gulai sebagai temannya, ditambah dengan tauco, sambal teri kacang atau sambal udang. Karena itu, tidak heran, kalau di hari pertama lebaran di Medan biasanya perutku mules dan buang-buang air karena perut kepanasan. Habis, pedasnya minta ampun dan di tiap rumah saudara kita disuguhi hal yang hampir sama.
Karena itu, setelah menyadari keterbatasan perut ini, biasanya saya menahan diri untuk tidak makan banyak. Untuk menghormati tuan rumah, biasanya saya makan sedikit.
Lucunya, adegan buang-buang air ini tidak pernah saya alami selama berlebaran di rumah mertua. Mungkin karena menunya tidak terlalu pedas kali ye?
Biasanya juga, minuman yang disediakan jika berlebaran di rumah kerabat di Medan adalah sirop. Karena ini juga bisa berpotensi membuat sakit perut, saya selalu minta diganti dengan air putih.
Bayangkan jika satu hari kita bertamu ke 5 rumah dan semunya menyuguhkan sirop dan disuruh makan pula, wah panas tuh perut. Setelah berpuasa sebulan, kok malah dibombardir dengan sirop dan rendang.
Pernah juga terpikir oleh saya untuk memulai puasa Syawal di hari kedua agar terhindar dari makanan dan minuman “berbahaya”, tetapi khawatir menyinggung tuan rumah. Akhirnya puasa sunnah Syawwal saya tunda dulu. Nanti setelah acara silaturahmi baru puasa Syawwal.
Kalau di keluarga istri saya, minuman yang disuguhkan sudah sangat praktis, yakni air mineral dalam gelas plastik. Di saat asisten rumah tangga mudik, minuman kemasan seperti ini merupakan pilihan yang jitu. Sementara di Medan, minuman kemasan seperti ini belum umum. Ada perasaan tidak sopan jika menyuguhkan tamu dengan hanya air putih, meskipun barangkali harga segelas air mineral lebih mahal daripada segelas air yang sudah dicampur sirop markisa.
Film Laskar Pelangi berjaya di jaringan bioskop
Sudah lama film Indonesia tidak menyapa penonton di saat lebaran. Waktu saya masih ABG, film Warkop DKI selalu menjadi santapan setiap lebaran. Dulu, rasanya belum afdol kalau lebaran belum nonton film Warkop. Di hari kedua lebaran biasanya kita ramai-ramai bersilaturahmi ke bioskop (daripada ke kebun binatang? he he..). Meskipun filmnya norak dan banyak mengumbar sekwilda dan bupati, tetapi bagi kami, kelucuan slapstick ala Warkop cukup menghibur.
Seiring dengan bertambahnya usia, tampak jelaslah jika film-film Warkop semakin tidak berbobot. Syukurlah, Laskar Pelangi hadir tahun ini di saat yang tepat. Tidak saja menghibur, film ini juga memberikan secercah inspirasi bagi penontonnya untuk tetap berani mewujudkan cita-cita dalam kondisi seburuk apapun.
Saat saya menonton film ini pada hari Minggu sore di Kelapa Gading tampak kursi tidak terisi penuh. Mungkin hanya sekitar 75% yang terisi. Tapi wajar juga, karena ada dua studio yang memutar film ini. Tampak orangtua yang membawa anak2 mereka. Bahkan ada keluarga besar tiga generasi yang hadir (kakek, ibu, anak). Film yang sangat saya rekomendasikan untuk ditonton oleh keluarga Indonesia.
Sekali lagi, Selamat Idul Fitri 1429 H. Mohon maaf jika ada tulisan yang menyinggung atau menyentil di sana-sini.
wah,sebuah catatan yang lengkpa, mas azwan, yang pasti lebaran selalu memberikan kesan tahun yang nyaris seragam; makanan berlimpah, silaturahmi, jalan2, dan menikmati liburan. btw, selamat idul fitri, mas *terlambat banget nih* mohon dimaafkan semua salah dan kholaf saya selama ini. semoga kita semua bisa kembali kepada fitrah-Nya, amiin.
AH si Abang ini …
Kalo bicara kuliner benar-benar bisa membuat aku ngiler gak ketulungan …
hahaha …
Mengenai Aqua dalam gelas …
Hmm … ya … saya pribadipun agak menghindari menyuguhkan tamu dengan air gelas tersebut … kesannya memang agak kurang sopan …
Mengenai Laskar Pelangi …
Ini bener banget …
Aku belum nonton filemnya … aku dengar resensi disana-sini … ini layak untuk ditonton …
Mengenai Lebaran yang beda-beda hari ….
Hmmm … hanya satu statement … Perbedaan itu indah …
Mengenai Pesta Miras …
Ini sama ‘miris’ nya dengan berita tawuran antar kampung, antar fakultas, anak muda nyebur ke danau dan wanita renta yang tewas berebut zakat …
Yang justru terjadi di bulan Suci …
kok bisa begitu ya …
Ah aku tak mengerti
eniwei …
Sekali lagi … Selamat Idul Fitri untuk semua …
Mohon maaf lahir bathin ..
Hai Abang..
Lengkap sekali review-nya. Tulisan khas seorang Abang Hery yang bikin Lala kagum banget karena mirip tulisan di koran.. 🙂
Eniwei,
Aku belum nonton Laskar Pelangi… Belum sempat… Kebanyakan ngider sih.. Tapi itu a must see movie, Bang.. Ntar ah bikin janji sama GangGila…
Soal macet di tol ke arah Bandung… aku lihat tuh laporannya di tv.. ah, jadi salah satu dari banyak mobil yang kena macet gila-gilaan itu ada mobilnya Abang tho… hahaha… pake acara ngegelar tiker juga ga Bang? Atau malah kreatif ikutan jualan air mineral? hihihi.. (maaf lahir batin lagi, Bang..)
Pesta miras itu benar-benar nggak penting!
Bodoh banget..
Argh, nggak bisa komen, Bang…. Speechless!
Over all..
Cerita lebaran Abang seru banget yaaa…
Cerita Lebaran Lala gimana?
Ntar yaa.. baca sendiri… (padahal belum ditulis. hihihi)
ulasannya komplit Bang … Ini komen singkat maklum di jalan …
Jangan lupa pula Lemang-nya bang…gurih nikmat rasanya.
Gemblong ? wah sudah lama aku tidak merasakannya..
hiks…
ngga bisa nikmatin makanan lebaran..
wong aku mau ke KBRI ngga bisa karena Riku sakit, ya terpaksa masak opor dan udang balado sendiri deh.
irihati.com
soal film… saya ngga dulu deh…bukunya aja belon selesai (LP)…aneh kan padahal biasanya saya cepet bacanya.
saya tunggu laporan acara kawinan adik loh bang hehhehe.(pake foto ya)
Ulen dicocol dengan tape ketan ternyata beneran ada yah? Soalnya kemaren babeh saya baru cerita ini dan saya sedikit ga percaya… 😆
Maapin lahir batin yah Bang…
Hallo Azwan… assalamu’alikum…
Met lebaran dan salam buat semua keluarga ya… ini kali keempat aku lebaran di medan, kayaknya lidah dan perutku sudah beradaptasi dengan makanan sini deh. betul banget, hidangan di setiap rumah serba pedas menggigit… tapi sedap…ketupat ketan dicocol rendang atau lontong sayur pake tauco dan sambal udang… minuman yang disuguhkan disetiap rumah sudah umum juga dengan menghidangkan air mineral atau softdrink dalam kemasan..satu lagi yang tak pernah absen di setiap rumah, manisan dari berbagai macam buah dan kolang kaling … tapi aku kangen sama batagor, mie kocok bandung, dan yoghurtnya……hiks..hiks..
senangnya, kalo lebaran bisa mengeluarkan catatan sebanyak ini, lengkap lagi
ralat…aku bukan di BPKP tapi BPK
oke.. kalo hari kerja kita ketemuan di sun aja, cuma lima menit jalan kaki dari kantorku, boleh titip ga? kalo tdk merepotkan tlg bawain bukunya ramaditya ya.., nyari disini belum nemu. tqb4.
sampe ketemu di medan…
catatanku selama lebaran:
gak silaturrahmi, karena gak ada sodara, dan teman2 pun pada mudik,
cuma jalan2 sama anak2 dan wisata kuliner di salah satu warung tradisional dan bernuansa kampung yg asyik banget… kalau bro hery ke jogja, insya Allah ta’ ajak ke sana… 🙂
catatannya lengkap om..
btw sungguh bodoh sekali ya orang2 yg pesta miras tsb..
ingin rasanya diriku memarahi orang2 seperti itu… 😥