West Lake Restaurant

Tadi malam secara tak sengaja saya menyetel tv Australia dan tercengang dengan tayangan dokumenter mengenai sebuah restoran yang konon terbesar di dunia. Restoran ini terletak di provinsi Hunan, jadi bukan di Beijing, Shanghai atau Hongkong. Jadi, kira-kira kalau di Indonesia, restoran ini ada di Makassar, bukan Jakarta, Surabaya, atau Medan yang nota bene kota terbesar.

Restoran ini dapat menampung 5.000 pengunjung. Kebayangkan betapa besarnya. Yang lebih mencengangkan saya adalah  menu pada saat  lomba memasak antar koki. Sebagai koki mereka dituntut memasak dengan cepat sehingga pengunjung tidak perlu menunggu lama.

Mau tahu apa menunya. Ikan. Ya ikan. Ada yang aneh? Para koki mesti bisa memasak seekor ikan hidup,  membersihkannya, memberinya bumbu dan menyajikannya dalam waktu kurang dari dua menit. Itu mah biasa. Apanya sih yang aneh? Bener nih mau tau?

Setelah pluit tanda mulai dibunyikan, para koki langsung mengambil ikan hidup dan membersihkan sisik dari kedua sisi. Setiap sisi diiris dua kali agar minyak goreng dapat meresap ke dalam daging. Kemudian, isi perut dikeluarkan.

Tanpa menunggu waktu lama, ikan dicelupkan ke dalam minyak panas dengan kepala tetap dipegangi dengan kain lap pelindung. Ikan pun matang, kecuali kepalanya. Di atasnya disiram saus cabai. Sementara kepala ikan masih megap-megap sekarat mencari udara. Bagi koki yang kepala ikannya sudah tidak bergerak lagi, dinyatakan kalah. Saya kurang mengerti filosofi di balik kepala yang masih hidup ini. Kenapa kok nggak sekalian digoreng? Entahlah, mungkin ada pembaca yang tahu.

Perlombaan kedua lebih seru lagi. Kali ini menunya ular.

Begitu tanda start berbunyi, ular hidup dipotong oleh para koki. Potongan pertama diarahkan ke posisi di bawah kepala (setara dengan leher pada hewan lain). Isi perut dikeluarkan dari ujung ke ujung. Kulit juga dilepas dengan sekali tarik.

Setelah itu ular dipotong pendek dan diletakkan di atas piring. Tanpa dimasak lebih dulu, langsung disiram saus di atasnya beserta campuran bumbu lain. Sisa-sisa nyawa ular ternyata masih ada, sehingga ada potongan daging ular yang bergerak-gerak merayap ke pinggir piring. Sensasi apa lagi ini?

Yang tidak sempat saya lihat adalah tayangan penyembelihan bebek. Tidak dengan memotong leher, tetapi dengan menusuk dada bebek dan mengambil jantungnya. Informasi ini saya peroleh di sini.

Demikianlah, apa yang menurut bangsa lain biasa, bagi kita luar biasa. Dalam hal makanan, budaya setempat sangat mempengaruhi keputusan individu untuk menyantap makanan mana yang sesuai dengan selera. Kalau saya sih nggak bermimpi bisa makan di restoran tersebut. Ih seram….Bagaimana dengan Anda?

15 tanggapan untuk “West Lake Restaurant

  1. Hah gila lombanya …
    Sama sekali Tidak punya peri ke-ikan-an …
    Ikan hidup … langsung digoreng … terus yang ikannya mati malah kalah ?
    Waw …

    Ular juga gityu …
    Walaupun aku paling benci ular … namun rasanya kok ndak terima juga kalau ular diperlakukan “sadis” seperti itu …

    Bener kata abang … apa yang menurut bangsa lain biasa, bagi kita luar biasa. … ini bener indeed …

    Bagaimana dengan saya ??? noup … Thanks … aku ndak mau kesana … Celem …

  2. Aku setuju sama Eko,, secara.. biar mereka binatang tapi kan punya hak azazi dong.. begitu juga apa ada yang jajan disana ya..? untungnya bukan dikota besar, jadi mungkin yg jajan nggak banyak2 amat. eh, tapi siapa tau ya malah banyak yg datang karena penasaran?? orang2 dari WWF nggak ada yang protes tuh?

  3. abang

    kalo bisa liat ini deh hehehe, video yang aku ambil sendiri
    http://jp.youtube.com/watch?v=9Y1F3Akn0aY
    saya pertama melihatnya juga ngga tega….

    Ikannya tidak digoreng…. makan mentah alias sashimi.
    Jadi kalo makan dagingnya sambil merem emang enak sekali dagingnya.
    seket gitu hihihi.
    jadi filosofi dibalik kepala hidup adalah: kesegaran daging ikan yang begitu prima (menurut orang Jepang heheheh)

    Meskipun demikian saya tidak mau melihat prosesnya, atau coba makan yang ular itu. I hate snake! biarpun katanya bisa buat obat kuat. hehehe.

    Abang belum pernah liat orang makan kepompong hidup ya? hiiiii ngeri deh (aku OGAH!) Saya memang pemakan segala tapi masih mikir kalo yang menjijikan begitu. (meskipun pernah makan jangkrik goreng heheheh)
    (baca di multiply aku deh bang yang tentang CICIP.)

    Kapan abang mau ajak aku ke west lake restaurant itu bang? Saya yang makan, abang yang bayar …OK? hehehe

    EM

  4. Sis-ku ini memang pemakan segala, deh…
    mau gitu, makan uler yang masih gerak2 di tepi piring? Aku mah ogggaaaahhhh…. enakan juga ayam goreng!!!

    *Abang, baru pertama kali ini aku sangat sangat bersyukur karena Abang nggak hobi upload photo! hehehe….*

  5. @lala

    gimana sih kamu…kan aku udah tulis ngga mau coba makan tuh ular. Tapi… kalo dikasih tiket pp Jakarta-Tokyo mungkin aku akan coba tuh. hahaha

    Kalo buaya? hayuh aku mau coba
    Kangguru? aku nyari malah di Melbourne
    Kelinci? katanya enak
    Tikus? hueekkkk ogah!!!
    Kecoak? Go to hell
    Monyet? ngga deh biar katanya otak monyet enak.. kasian
    Kodok? udah biasa kakinya asal jangan kodok utuh rebus kayak di cina.
    Ikan Paus …enak dagingnya kayak sapi (dan mahal bo)
    siput (escargot) udah coba tuh
    apa lagi la? Kuda? anjing?
    di sini ada tuh sashimi daging Kuda, pertama coba— merem — masuk juga sih tapi ngga nyari.
    anjing — masakan menado banyak tuh. aku mau coba makan anjing juga karena si Gen mau nyoba, kalo misal waktu itu dia ngga mau, ya aku pasti ngga makan.

    udah ah ntar imej aku jadi anjlok hahahha (padahal udah hihihi)

    EM

    Ha ha ha…
    Ternyata Ime-chan pemakan segala ya, alias multivora,
    he he h….
    Kalau kelinci aku pernah makan karena memang halal.
    Dagingnya cukup lembut seperti ayam, meski seratnya lebih mirip kambing.
    Btw, sashimi kuda itu apa nggak enek?
    Biasanya sashimi kan dari ikan-ikanan atau seafood?
    Wah, ini udah bizarre food deh…

  6. @ Sis:

    Huakakakak..
    aku sih percaya aja dirimu akan berani terima tantangan kalau dibayarin tiket PP Jakarta-Tokyo! 😀

    Sis, temenku yang tinggal di Papua sana, suka makan daging kangguru, dan pernah bawa ke kantor lalu dibagiin ke temen-temen sekantor. Banyak yang berebut nyobain.. kecuali aku, pastinya! hehehe.. Kata mereka sih, enak banget… empyuuukkk…. Aku sih nggak berani.. Apa mungkin ini karena aku yang ketakutan nggak jelas ya?

    Herannya, sama ayam kok nggendengi banget! Hahaha.. bener-bener jatuh cinta sama ayam, sampai-sampai aku curiga, kandungan ayam di dalam tubuhku ini sekitar 90% lebih! wkakaka…

    Soal sashimi.. dulu pernah dipaksa sama si Bos pas makan malam sama tamu… di depan bos, bilang, “Enak, Pak…” tapi setelah itu, pamit ke kamar mandi dan sukses muntah! hihihi…

    Kelinci? pernah.. sekali doang… terus sampai sekarang menyesal… abis kelinci itu lucu banget deh.. binatang kesukaanku setelah anjing buluan yang nggak bisa gedhe itu… 😀

    *aduh, panjang bener ya komentarnya… hehe*

    Eh, sis, kalau di JOgja nanti, milih resto-nya jangan yang aneh2, ya.. plis, plis……. ntar kamu bawa kita-kita ke tempat sate kuda di Sleman, lagi! Jangan yaaaa…. 😀

    Hahaha…
    Jangan sampai dibawa ke sate jaran ya La.
    Tapi jaran halal kok, cuma nggak tega aja makannya, abis dia kan macho. Apalagi coba hubungannya.
    Btw, kelinci enak lho. Dagingnya lembut seperti ayam, tapi seratnya seperti kambing.
    Kalau masih halal mah, sikat aja La…

  7. Hah baru liat sashimi di utubnya EM.
    Gajadi deh mba makan sashimi…. Kasian ikannya…
    Ada ngga sashimi yang ikannya itu udah mati?

  8. Aneh tapi nyata cara masaknya, pendapat saya kurang perikemanusiaan aja jadi mereka punya peri kebinatangan.

Tinggalkan komentar