Perut Buncit

Postingan ini terinspirasi dari postingan Bos NH18. Dalam postingan tersebut dikisahkan kalau pelajaran olah raga hanya mengotori rapot Bos NH18. Hi hi…

Perut Buncit Isinya Kent***
Perut Buncit Isinya Kent***

Kalau aku, dari kecil senang berolahraga, sama senangnya dengan berkesenian. Sewaktu SMP, saat getol-getolnya push up dan sit up setiap hari, aku suka heran ketika di tv menyaksikan ada jendral kok perutnya buncit. “Wah payah nih jendral. ABRI kan paling disiplin. Masa nggak bisa menjaga badan.” gumamku dalam hati. Padahal, saat ini aku yang terkena giliran. Perutku mulai membuncit. Olah raga mulai malas kulakukan.

Hampir semua cabang olah raga sejatinya bisa aku lakukan. Berikut daftarnya:

Bulu Tangkis: cabang ini lebih dulu aku kuasai dibanding sepak bola. Sejak aku belum masuk SD ayah sudah membelikan raket sehingga aku sering bermain, bahkan dengan orang dewasa. Di saat bulan puasa pun, aku tak lelah bermain. Dan anehnya, tidak sehari pun puasaku jebol. Kalau mengingat stamina saat masih kecil memang luar biasa. Bayangkan, di terik matahari sekitar pukul 14.00, kami sanggup bermain bulu tangkis sambil tetap berpuasa.

Sepak Bola: cabang ini aku pelajari kemudian. Setelah masuk SD, cabang ini paling sering dimainkan di sekolah. Waktu SD, di depan sekolah kami ada lapangan besar standar, meskipun rumputnya tidak bagus, sehingga kami dapat leluasa bermain. Dalam cabang ini aku selalu kebagian peran menjadi playmaker, tapi lebih sering mencetak gol. Ya, mirip Christiano Ronaldo. Gocekan dan tendangan pisangku selalu ditakuti musuh.

Atletik: dari cabang ini nomor lompat jauh adalah yang paling aku sukai. Di kompleks sekolah kami bercampur antara SD hingga SMA. Saat SD, aku senang menyaksikan anak SMA yang berlatih lompat jauh. Setelah mereka berlatih, aku dan teman-teman mulai mencoba-coba melompat di arena berpasir. Kami berkompetisi untuk melompat sejauh-jauhnya.

Volley Ball: cabang ini aku pelajari agak telat, yaitu setelah SMP, karena ketika SD tinggiku belum mencukup. Setelah SMP, pelajaran olah raga sekolah yang resmi adalah volley ball, sehingga kemampuanku cukup terasah. Saat ada guru yang tidak hadir, biasanya kami langsung berinisiatif untuk bermain volley ball. Servisku selalu lewat atas, di saat teman lain biasanya lebih senang servis lewat bawah. Biasanya servisku selalu sulit dikembalikan lawan. Tak jarang, aku bisa dapat poin di atas 5 hanya dari servis yang tidak bisa dikembalikan.

Tennis Meja; cabang ini aku pelajari sejak SD kelas 4. Di rumah tetangga kebetulan ada meja tennis sehingga aku bisa bermain hampir setiap hari. Untuk cabang ini bahkan aku pernah ikut lomba antar sekolah. Sayang, aku kalah pada pertandingan kedua dengan sistem gugur. Saat ada acara tujuhbelasan, pertandingan ini paling senang aku ikuti karena tidak terlalu menguras keringat.

Sepak Takraw: cabang ini sangat membudaya di Sumut. Orang Melayu sangat gemar memainkan olah raga ini. Aku mulai memainkan sepak takraw sejak SD kelas 5. Biasanya, kami memainkan sepak takraw di lapangan bulu tangkis sebagai variasi kalau bosan bermain bulu tangkis. Bulan puasa merupakan masa yang pas untuk memainkan olah raga ini karena dulu biasanya di bulan ini anak sekolah libur.

Renang: cabang ini agak terlambat aku pelajari, meski sejak kecil sering mandi di sungai. Secara formal, aku belajar renang sejak SMP kelas 1. Saat itu, renang menjadi olah raga wajib di sekolah. Hanya saja, guru olah raga tidak pernah telaten mengajari kami sehingga perkembanganku di cabang renang kurang menggembirakan. Sampai kini aku hanya bisa gaya dada dan gaya bebas. Itupun tidak memenuhi kaidah. Begitupun, untuk berenang sejauh 100 meter tanpa terminum air, rasanya aku masih mampu. Sampai kini, kayaknya renang selalu menjadi favoritku karena sekaligus rekreasi dan memang bagus untuk kesehatan.

Basket: cabang ini aku paling tidak bisa karena terlambat mengenalnya. Aku mengenal basket setelah kuliah. Di samping tempat kos kebetulan ada lapangan basket. Setiap minggu pagi aku sering mencoba-coba melempar bola ke keranjang, diajari oleh seorang teman. Alhamdulillah banyak juga bola yang masuk. Tapi, untuk bermain, rasanya aku kurang menikmati karena menurutku aturan di basket terlalu ketat. Ini berbeda dengan sepakbola yang bebas dan aturannya relatif longgar.

Tennis Lapangan: cabang ini paling belakangan aku pelajari, barangkali setelah kuliah. Setiap berkunjung ke rumah orangtua di perkebunan, aku suka diajak ke lapangan tennis. Namun, saat itu tidak tertarik mencoba. Aku hanya menonton. Pelan-pelan aku suka menonton pertandingan tennis di tv. Setelah menonton aku mempraktekkannya. Akhirnya aku ikut bermain bersama teman kerja ayahku. Terkadang sama ibu-ibu Dharma Wanita. Halah…Yang penting dapat giliran main. Tapi ini nggak lama karena setelah liburan usai, aku tidak pernah bermain lagi. Sampai sekarang, raket tennisku masih tergantung di dinding kamar. Ada yang mau ngajak bermain tennis? Hayoh…

Yang juga menarik, tidak seperti di sekolah umum yang pelajaran olah raga juga dinilai, selama di Gontor pelajaran seperti olah raga, kesenian dan keterampilan tidak diajarkan secara formal di kelas. Pelajaran ini masuk ke dalam ekskul. Setiap santri boleh mengambil pelajaran ini sesuai dengan minatnya. Jadi, bagi yang tidak suka olah raga, tidak ada acara nilai olah raga mengotori rapot. Bagaimana menurut Anda? Asyik nggak?

21 tanggapan untuk “Perut Buncit

  1. Huahahha …
    Aku ngiler sangat membaca kepiawaian abang menguasai cabang-cabang olah raga tersebut …

    Dari sekian banyak cuma Pimpong (a.k.a Tenis meja saja yang aku relatif tidak dodol …)
    Yang laen … nyerah …

    Pernah sih pake kostum tim kelas (entah Basket atau Volley …) tapi aku ndak pernah main … cuma cadangan saja … dan biar kompak saja … hehehe

    Sepak bola ? main juga waktu klas meeting … (itu karena tim kelasku jumlah cowoknya cuma 18 orang … so mau ndak mau … terpaksa main … sementara ..

  2. weleh kok sama sih
    dari semua olahraga yang paling bisa cuman pingpong
    heheheh
    kayaknya bisa diadakan Pingpong tournament merebutkan piala Asunaro nih hohoho

    EM

  3. kalo bulu tangkis sih bisa, paling cuma tepak sana tepak sini.. ya itung itung ngeluarin keringat.. tapi sayang nggak ada di pelajaran sekolah..

  4. Wah… wah.. hebat sangat nih Abang Kita…

    Raket tennisku juga masih menggantung, Bang. Kalau si Abang mau ngajarin saya Tennis, boleh deh bang… Tapi kalau mau ngadu, ga mau ah, melambung terus.. hihi..8x

    Wah keknya ini blogger cowok pada nulis tentang olahraga, ayo yang lain nulis juga dong… 😀 (kedengeran ga ya?)

  5. doeloe saya juga tak bs olahraga
    mngkn cuma olahraga catur yg bs
    skrng jadi pengamat olahraga mngkn bs diandalkan,
    tp memainkan olahrga tetap tak bs diandalkan
    met malam mas…….!

  6. gilee, berbakat banget nih abang 🙂
    kalo jendral sih emang banyak yang perutnya buncit tapiii yang udah agak2 tua lho…kalo yang masih muda2 seh pasti perutnya rata hueheee

  7. sejak dulu, olahraga termasuk pelajaran yang membuat saya agak alergi, mas azwan, haks. cabang olahraga yang saya suka yang enteng2 saja, hehe … yakni volly, pingpong, dan catur, hiks. yang lain nyerah deh.

  8. Wah, olah raga paling sederhana macam jogging aja saya udah nyerah, Bang ..
    Langsung pucet muka gak kuat ..
    Apa lagi semua yang di list Abang itu..

    Salam kenal dari Jogja 😀

  9. Bang, dulu saat muda saya biasa lari siang-siang
    Sering berenang

    Tapi sekarang
    Olah raga sudah sangat jarang

    Tapi perut kok gak buncit2 nih 🙂

  10. Duhh urusan olah raga semuanya payah…saya lebih suka kesenian…entah kenapa.
    Kalau olahraga di area terbuka dan panas, mudah pusing dan ujung2nya KO.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s