Bara yang satu ini bukanlah nama orang terkenal seperti Bara Hasibuan sang diplomat ataupun Bara Patirajawane sang jago masak. Bara di sini terinspirasi dari tulisan Bos NH18 tentang Trainer Bisulan. Menjelang pilpres seperti saat ini, godaan menulis tema politik sangat kuat. Saya berusaha agar tidak mengarah ke sana karena sudah banyak blog serius yang membahasnya.
Apa persamaan bara dengan bisul? Menurut pemahaman orang Medan (Melayu) bara adalah bisul yang besar dan bandel. Seberapa besar? Bisa selebar bola kasti, hanya saja tidak sebegitu tebal. Bagaimana kisahnya?
Peristiwa ini bermula dari rasa sakit yang muncul di paha kanan saya (saat itu saya masih duduk di kelas 2 MTs, setingkat SMP). Masih untung posisinya berada di luar CD sehingga tidak mengganggu organ penting. Mula-mula yang muncul hanya benjolan yang relatif menebal, meski lebarnya sudah mulai terdeteksi. Orangtua menyarankan agar saya membaluri bawang putih cacah di atasnya agar tidak tumbuh alias bantet. Setelah beberapa kali saya taburi, ternyata bukannya hilang, malah bertambah besar benjolan tersebut.
Upaya untuk mengempeskan benjolan ini belum surut juga. Akhirnya saya dibawa ke tukang urut (seorang tabib beretnis Batak Karo). Di sini sang tabib berupaya mengurut saya dengan ramuan tertentu di pangkal kaki. Lalu bagaimana hasilnya? Tetap tidak berpengaruh. Akhirnya saya pasrah saja benjolan bertambah besar. Hampir seminggu lebih saya menahan sakit yang tiada tara. Jalan susah, apalagi berlari. Untuk mempercepat letusan, diolesilah bisul tadi dengan salep berwarna hitam yang baunya naudzubillah.
Eh, khasiat salep hitam memang tokcer. Pada saatnya meletus juga bara tersebut. Sambil menahan sakit saya berupaya secara mandiri mengeluarkan nanah. Rupanya, tidak semua nanah berhasil saya keluarkan karena tak kuat menahan sakit. Oleh perawat klinik kebun, saya direkomendasikan untuk dirawat di rumah sakit pusat PTPN II Tanjung Morawa. Dalam hati saya bergumam, “Kok bisul saja harus dirawat? Lebay amat seh…”
Dengan berat hati saya mengiyakan tatkala harus dibawa ke rumah sakit. Setibanya di sana saya dibawa ke ruang OK atawa ruang operasi (btw, singkatan OK apaan ya?). Gunting dan kain khas menjadi senjatan andalan untuk mengeluarkan darah kotor dan nanah yang masih tertinggal. Selama kurang lebih 15 menit sang algojo mengobrak-barik bisul tersebut. Yang menyeramkan, saya sama sekali tidak dibius. Akibatnya, saya menggelinjang kesakitan mengerang-erang. Tanpa mempedulikan erangan saya, sang algojo terus menuntaskan tugasnya. Guntingnya terus menari-nari melucuti daging di dalam bisul.
Barangkali, kalau kejadian ini berlangsung saat ini, saya langsung menuliskannya di blog dan mengirimkannya ke milis seperti yang dilakukan Mbak Prita. Bisa-bisa saya langsung terkenal dan diliput semua televisi swasta dan ditelepon oleh calon presiden. Ih lebay pisan euy…
Setelah tidak ada lagi darah kotor yang tersisa, kain kasa dimasukkan ke dalam lubang inti bisul, tempat sang biang bersembunyi. Prosesi terakhir ini juga tak kalah nyerinya. Setelah itu, usailah pembantaian hari itu. Tidak seperti yang saya harapkan, saya belum boleh pulang dulu. Saya diopname selama hampir seminggu.
Saya sih asyik-asyik aja. Selama dirawat ini berat badan saya bertambah. Jadwal makan di rumah sakit sangat teratur. Di samping tiga kali sehari, ada makanan tambahan setiap pukul 10 pagi dan 16 sore. Berhubung penyakitnya hanya bisul, selera makan saya tidak hilang.
Jadilah saya enjoy menikmati hari-hari di rumah sakit. Hanya saja, ketika teman sekelas membesuk, alangkah tidak elitnya saat harus menyebutkan penyakit yang saya derita. Untuk membuatnya lebih menakutkan, maka disebutlah BARA, bukan bisul. Entahlah, apakah ada bedanya bisul dan bara menurut istilah medis. Kurang jelas pula apakah bara ini berasal dari bara api, bara darah atau bara nanah.
Hahaha …
Ini tentang bisul lagi nih …
Saya yakin setiap orang pasti pernah bisulan …
(entah ditempat yang terhormat … maupun di tempat yang tidak terhormat …)
Cuma masalahnya hanya sedikit orang yang berani menceritakannya …
dan … Bang Hery, Uda Vizon dan Saya adalah termasuk orang yang sedikit itu … yang punya nyali untuk bercerita tentang penyakit yang “tidak elit” ini …
HUahahaha
Salam saya
hahahaha
untung
untung
aku belum pernah bisulan
baik di tempat terhormat
maupun di tempat tidak terhormat
hihihihihi
OK itu singkatan Operatie Kamer bahasa belanda bang.
EM
Hmmm … betapa dahsyatnya menulis … soal bisul pun menjadi begitu menarik ditangan penulis hebat … salam
Waah …. kayaknya blogsphere sedang panen bisul nih 😀
Kalau di Jawa, bisul yang paling berat namanya ‘wudun’. Wah, konon sakitnya setengah mati (jadi kalau punya dua wudun, berarti setengah mati kali dua, jadi mati … lho??)
Alhamdulillah saya belum pernah (dan nggak pengin) punya wudun. Jerawat mah kadang-kadang, duluuu … waktu masih puber 😀
jyaaahh… kalau bisul besar disebut bara, berarti bisul yg super besar apakah akan disebut “batubara”?, huahahaha…. 😀
untuk menjadi terkenal, konsepnya sudah jelas bro: “khalif tu’rof” (berbedalah, pasti terkenal), atau “bulizzamzama, tu’rof” (kencingi air zamzam, pasti bakal terkenal)… cuma, terkenal dg cara seperti itu, gak ada enaknya… yaaaa, jeung mano contohnya, hehehe…
tapi, bukankah ente sudah pernah melakukan sesuatu yg berbeda dan membuat dirimu terkenal? ayo, dirimu lupa ya? 😉
kalo wempi dulu malah di wajah om bisulannya.
di operasi juga. di bius sampe pingsan om…
Berlomba dengan pak eNHa menulis soal bisul eh bara rupanya … Ayo siapa menyusul ?
wah, untung saja saat itu label rumah sakit internasional belum ada, mas azwan, hehe …. sehingga tak bernasib tragis seperti mbak prita, hehe … kalau bisulan, orang tua saya dulu suka menembelnya pakai daun ubi muda. katanya utk memancing biji mata bisulnya agar cepet keluar, haks.
Salam kenal. Penulisan yang menarik, mencerahkan minda dan pengalaman yang boleh dikongsikan bersama untuk menikmati rasa, indah dan apa jua manfaatnya yang mungkin tidak dirasai oleh orang lain. Salam hormat dari Malaysia.
Hahaha….dirawat di RS seminggu karena bisulen? Wahh berapa biayanya…apalagi jika rumah sakitnya kelas internasional….hehehe…
Tapi kayaknya yang dirawat senang ya, bisa makan banyak, dan karena seleranya tak hilang…
Assalamualaikum pak…bapak saya sekarang juga menderita penyakit yg sama yaitu bara.kalau boleh tau pak…obatnya apa ya pak…apakah penyakit ini sangatlah parah? Bapak saya sudah 3 minggu terkena penyakit ini..kasih solusi pak biar bapak saya bisa cepat sembuh 😢
Obatnya apa umm?
Apa sih kk ,nama salep nya