
Film India sebenarnya bukan genre baru dalam masyarakat Indonesia. Waktu saya kecil, hampir semua bioskop di kota Medan memutar film India, terutama di bioskop periferal. Bahkan saya punya teman yang sekeluarganya sangat fasih saat menceritakan film India. Jika saya sedang main ke rumahnya, maka semua orang di rumah tersebut akan saling berebut memberi komentar tentang film India yang sama-sama telah mereka tonton. Salah satu film yang ngetop saat itu berjudul Disco Dancer. Lagunya begini: I am a disco dancer….taratarat…
Setelah Kuch Kuch Huta Hey, kayaknya sudah lama nggak ada film Bollywood yang fenomenal. Sampai akhirnya datang My Name is Khan yang menggebrak dunia perfilman.
Sinopsis
Rizvan Khan ingin menemui presiden Amerika untuk memenuhi janjinya kepada istrinya, Mandira. Pesan yang ingin dia sampaikan berbunyi: My Name is Khan and I am not a terrorist. Dalam perjalanan ini dia diinterogasi secara berlebihan di bandara hanya karena namanya berakhiran Khan, sebuah nama yang identik dengan Islam.
Saat itu Amerika sedang paranoid akibat peristiwa pemboman WTC 11/9, 2001. Paranoid ini juga yang menyebabkan anak tiri Khan dari istrinya, Sameer, terbunuh akibat dikeroyok 4 orang temannya di lapangan bola. Pengeroyokan ini dipicu oleh sentimen rasial pasca terbununuhnya ayah teman baik Sameer yang jadi wartawan di Afghanistan. Perjalanan Khan menemui presiden Amerika inilah yang mewarnai film secara keseluruhan, dipadu dengan flashback masa kecil Khan di India.
Setelah ibunya meninggal, Khan yang autis pergi ke Amrik dengan sponsor adiknya Zakir Khan yang sukses berbisnis kosmetik berbahan herbal untuk salon. Dari salon ini jugalah, Khan yang bertugas menjadi salesman bertemu dengan Mandira, janda beranak satu beragama Hindu.
Bollywood
Film yang berbahasa Hindi dan sedikit Inggris ini memang khas Film Bollywood. Durasinya lebih panjang dari rata-rata film Hollywood, hampir 3 jam. Jadi, sebelum nonton harus siap-siap pipis duluan. Jangan lupa beli popcorn dan minuman.
Detil-detil adegan digambarkan secara perlahan sehingga penonton benar-benar paham alurnya. Sebagaimana film India lainnya, penonton juga disuguhi lagu dengan aransemen yang ciamik. Untunglah tari-tarian tidak ditampilkan sehingga film ini tidak jatuh ke film musikal.
Begitupun, adajuga beberapa adegan yang lebay dalam film ini. Misalnya saja, saat kebanjiran menimpa desa Wilhelmina, dalam waktu singkat Khan sudah tiba di sana dengan menumpang bus. Begitu juga, saat Khan sedang memperbaiki gereja yang rusak, datang para simpatisan, setelah menonton siaran langsung dari tv. Mereka berbondong-bondong nyemplung di air banjir yang dalamnya hampir sedada.
Peran Seorang Ibu
Menonton Khan mengingatkan kita pada Tom Hank di Forest Gump. Jika Gump adalah anak dengan IQ yang kurang, maka Khan mengidap autis, sindrom suara bising dan warna kuning, tapi dia pintar elektronik dan bisa mereparasi apa saja.
Peran ibu dengan anak istimewa ini sangat penting. Ibu Forest Gump terpaksa menyogok kepala sekolah demi agar anaknya bisa masuk sekolah normal. Ibu Khan juga menitipkan Khan kepada seorang pintar setelah Khan mendapatkan masalah bullying di sekolah umum. Dengan kepintarannya berbahasa Inggris, Khan mampu menarik perhatian sang guru privat, meskipun awalnya sang guru menolak.
Akting Shahrukh Khan sebagai Rizvan Khan sangat pas. Dia bisa begitu meyakinkan berperan sebagai seorang autis. Akting Kajol sebagai Mandira cukuplah. Kecantikan khas India modern tercermin dari caranya berbicara dan berbusana.
Merayakan Perbedaan
Yang sangat menggugah dalam film ini adalah pesan humanismenya. Memegang ajaran dari ibunya, Khan selalu ingat bahwa manusia hanya ada 2, yaitu mereka yang berbuat baik dan mereka yang berbuat buruk. Lain tidak.
Dengan latar belakang kerusuhan Muslim-Hindu di India yang akut, ibunya mendoktrin Khan bahwa bukan agama yang membedakan manusia, tapi perbuatannya. Dengan pemahaman ini, Khan nyaman saja tatkala menghadiri proses pemakaman temannya yang beragama Kristen. Khan tidak ragu membacakan Surat Al Fatihan di tengah jamaah yang berduka.
Khan juga menyumbang cukup besar untuk kegiatan penggalangan dana yang disponsori oleh gereja. Sebaliknya, meskipun seagama, Khan tidak membelanya jika mereka berbuat jahat. Khan bahkan melaporkan kepada polisi Dr Rahman yang mencoba memprovokasi jamaah di sebuah mesjid untuk melancarkan jihad.
Secara individu, Khan tetap melaksanakan kewajiban sebagai muslim di manapun dia berada. Bahkan di satu rest area bus jarak jauh, Khan salat di halaman restoran yang akhirnya menjadi tontonan penumpang bus lain.
Mengaca dari sejarah, tokoh tokoh perdamaian dan humanisme biasanya dibenci oleh kaumnya sendiri. Gandi meninggal karena ditembak oleh seorang Hindu fundamentalis. Anwar Sadat dibunuh oleh pengawalnya sendiri yang muslim dan simpatisan fundamentalis. Karena itu, wajar sekali film ini hanya layak ditonton oleh penonton Dewasa, meskipun tidak ada adegan ranjang di dalamnya. Dewasa di sini berarti dewasa dalam melihat perbedaan, dewasa dalam menyikapi keragaman.
Di tengah kondisi Indonesia yang masih belum lepas dari ancaman terorisme, film ini sangat relevan untuk ditonton baik sebagai tuntunan maupun sebagai tontonan. Mudah-mudahan akar terorisme bisa terkikis habis dari bumi Indonesia.
Film Bollywood setelah “Kuch-kuch Hota hai” memang gak terlalu menarik bang. Tapi film buatan sutradara India, “Slumdog Millionaire”, saya kira jauh lebih bagus daripada Kuch-kuch. Entah untuk “My Name is Khan”.
Tapi Slumdog Millionaire itu film ttg kehidupan India dari kacamata orang Eropa loh.. sutradaranya bukan orang India 😦
Terus terang, aku malas kalau nonton film India. Penyebabnya tiada lain karena kelebayannya itu loh, hehe… 😀
Tapi, begitu membaca status ente di FB dan Twitter, aku langsung tertarik dan mencari referensi soal film ini. Dengan membaca ulasan ini, sepertinya keinginanku untuk menontonnya jadi kuat. Insya Allah nanti kalau sudah diputar di Jogja aku bakal tonton… 🙂
Catet …
sepertinya ini jenis Film India …
yang tanpa tiang dan menari …
Salam saya Bang …
Apa Kabar ?
apakah film ini bisa membuat saya menangis spt forest gump? hmmm untuk bisa tahu musti menonton ya?
(mikir.com)
(Film Gump aja kalau ngga dipaksa gen mana mau aku nonton :D)
nggak nangis uang kembali ???
Obat Kumiiiiisss kalee bang …
Ketauan kalo Ayah sering beli obat kumis… wekekekekekkee
Btw, Bang
Jujur, baca tulisan ini bikin aku kepengen nonton filmnya. Pesan moralnya asyik banget dan sangat pas untuk ditonton di masa-masa sekarang, dimana fanatisme malah membutakan mata dan akal sehat…
Salam super-
Salam hangat dari pulau Bali-
wah,, nice info neeh…
semangat ya…….
Selain MNIK film Bollywood yang patut ditonton dan sedang hyangat2nya dibicarakan di dunia adalah film:
1.KITES dbintangi Hrithik Roshan & Barbara Mori (Aktris telenovela meksiko yang terkenal lewat telenovela RUBI) genre action romance.
2. TEEN PATTI dibintangi Amitabh Bachchan & Ben Kingsley (aktor gaek Hollywood)genre thriller.
3. VEER dibintangi Salman Khan (Collosal love story)
4. Koochi Koochi Hota Hai = adalah film KKHH versi animasi.
5. FIRED adalah film horror ( ala korea banget)Bollywood tapi memakai Bahasa Inggris yang di bintangi Rahul Bose.
Untuk nonton trailernya kunjungi http://www.bollywoodhungama.com atau http://www.youtube.com.
dan masih banyak film bolly yang bagus lainnya, dijamin ngak ada lagi kayak muter-muter pohon dll yang biasa ada di film india jadul.
Saya ingin kenalan dengan anda semua para fans Bollywood, search saya Pravin Irawan di FB.
Semoga informasinya bermanfaat, shukriya Allah hafiz
satu lagi meraih blockbuster dan diputar berbarengan dengan My Name Is Khan di Blitz yaitu 3 IDIOTS pesan moralnya dalem banget..film menceritakan tentang 3 mahasiswa…naynyian tetep ada tapi lebih modern baik itu genre lagu ataupun koreografi
Duhh saya kehilangan temen nonton dan diskusi yang asyik, sejak si sulung keluar rumah
Filmnya bagus ya..?
pengen nih film, ntar nyari di rental ah, sapa tau dah ada, heheh
cuma mau review film si Khan ini,,,
n cuma 1 kata,KEREN!SEDIH!NYENTUH!AWSOME!,,,
weleh kebanyakan y,intinya keren bgt,g slh kl bs masuk bioskop indonesia,,pgn nonton lg euy ^^
layak tonton, nih, mas azwan, sayangnya kota sekecil kendal kurang begitu friendly dg dunia perfilman, hehe …
harus nonton..harus nonton nihhhh
ups, maap bang
kunjungan perdana 🙂
Assalamualaikum
eh, resensi filmnya keren lho, bang.
nampak betul penggemar film india dari dulu kala.
hahahahaaa…
becanda kaliii…
iya, iyaaa… bang hery penikmat jazz yang suka film india. hihihi…
sumpah deh saya jadi tertarik banget nonton film ini.
Wadoooh … saya belum pernah nonton film India. Biasanya sih nonton film Hollywood. Film India bagus ya Bang? Kalau tarian tradisional India memang bagus, saya suka.
*mikir-mikir mau nonton My Name Is Khan*
Thanks for the complete review brother …