Bertransaksi dengan Allah

BERTRANSAKSI DENGAN ALLAH | Sebut saja namanya Cempaka, seorang pebisnis UKM yang memiliki 4 outlet bakery atawa toko roti di sekitar Tambun, Bekasi. Bakery ini sudah berdiri 7 tahun. Produknya berkisar dari puding, cake ulang tahun dan penganan lainnya.Karyawannya sudah berbilang, lebih dari 25 orang. Tampilannya sangat sederhana untuk seorang pebisnis yang omsetnya lebih dari 1 milyar setahun. 
Yang unik, Cempaka tidak menyadari apakah bisnisnya untung atau rugi. Yang penting setiap hari ada uang masuk yang cukup untuk membeli bahan baku dan menutupi biaya operasional. Dia tidak tahu apa makna profit. Setiap ada uang lebih selalu dibelikan properti, sehingga tak aneh kalau dia telah memiliki 4 outlet (bukan dengan menyewa lho).

Aku mengira dia menjual produknya dengan harga murah sehingga bisa laris manis. Ternyata aku kecele. Diam2 dia telah menerapkan strategi diferensiasi. Produknya relatif lebih mahal daripada pesaing, tapi rasanya boleh diadu. Bahkan, jika pelanggan tidak puas dengan rasanya, misalnya terlalu manis atau terlalu asin, produk boleh diganti. Benar2 menerapkan total customer satisfaction.

Semua karyawannya sudah diikutkan BPJS dan digaji sesuai UMR. Bahkan bagi mereka disediakan mess, sehingga karyawan bisa irit biaya kos. Beberapa karyawannya lulusan S1, padahal Cempaka hanya lulusan sebuah SMK di Bogor.

Yang hebatnya, karyawan yang sudah bekerja 5 tahun diberangkatkan umroh. Sebuah program employee engagement yang bagi perusahaan besar sekalipun masih sulit dilakukan.

Lalu apa rahasianya sehingga bisnisnya bisa maju?

Dalam berbisnis dia selalu melibatkan Tuhan. Sedari awal niatnya berbisnis adalah untuk keridoan Allah semata dan untuk membantu mengentaskan orang lain (karyawan).

Saat butuh uang untuk umroh karyawan, misalnya, dia tak ragu berdoa, meminta langsung kepada Allah. Dan dilalah, ada saja orang yang memborong dagangannya sehingga uang biaya umroh mencukupi. Tidak tanggung2 lho, ada 12 orang (termasuk keluarga) yang pergi umroh. Saat karyawan butuh uang ekstra untuk operasi, dia juga tak segan menalanginya. Eh, tak berapa lama omset tak terduga datang untuk menutupi biaya tadi.

Bahkan dia juga motivasi karyawannya untuk membuka bisnis sendiri. Dia memberi mereka modal untuk memulai bisnis. Padahal biasanya, pebisnis akan menjaga agar karyawannya tetap jadi karyawan selamanya.

O ya, setiap Rabu (kalau gak salah) toko rotinya tutup. Pada hari ini karyawan wajib ikut pengajian yang diadakan oleh perusahaan. Kurang jelas apakah karyawan dapat libur secara gantian di luar hari ini. Saya belum sempat menanyakannya.

Bagi pelaku bisnis modern yang biasa melakukan budgeting dan hitung2an, gaya bisnis Cempaka ini terkesan kurang rasional. Namun bagi pelaku ilmu makrifah, apa yang dilakukan Cempaka merupakan gaya bisnis berbalut spiritual tinggi, karena sudah mencapai ilmu ikhlas. Tak mudah menjalankan bisnis seperti ini karena harus benar2 yakin.

Nah, kebetulan Cempaka kemarin hadir untuk mengikuti workshop bisnis bersama komunitas bisnis perempuan berskala nasional. Cempaka tertarik untuk memodernkan pengelolaan bisnisnya. Minimal dia tahu berapa keuntungan bisnisnya, bisa membaca laporan keuangan, dan bisa menjalankan bisnisnya secara sistemik.

Tak terbayang apa yang terjadi saat Cempaka khatam dari workshop tersebut. Apakah dia semakin piawai berbisnis, atau malah ilmu manajemen modern ini melunturkan ilmu makrifahnya? Doa kita semoga bisnis Cempaka semakin maju sehingga bisa menyerap lapangan kerja lebih banyak lagi. Apalagi katanya, beberapa karyawan pabrik di sekitarnya banyak yang terkena efisiensi. Mau tahu nama toko rotinya? Mau tahu aja apa mau tahu banget?

Satu tanggapan untuk “Bertransaksi dengan Allah

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s