Usai makan di sebuah rumah makan di jalur Priyangan Timur saya bergegas menuju wastafel yang terletak agak jauh dari posisi kami makan. Setelah selesai membasuh tangan saya kembali ke meja dan mendapati satu unit wastafel di dekat meja saya. Saya terbelalak. Mengapa saya tidak melihat wastafel yang lebih dekat ini? Mengapa saya malah melihat wastafel yang jauh?
Cerita kedua terjadi saat saya mengurus visa Schengen di VFS Global, Kuningan City. Saat menyerahkan dokumen, sang petugas menilai bahwa dokumen kami kurang sesuai untuk diurus di kedutaan Belanda. Alih-alih seharusnya di kedutaan Perancis atau Spanyol. Aku baru menyadari kealpaanku. Segera aku berdiskusi dengan rombongan dan mencari jalan keluar. Akhirnya diputuskan tetap di kedutaan Belanda, tapi lama tinggalnya ditambah. Kami bergegas keluar dari ruangan untuk mencari sejenis business center yang bisa internet dan nge-print. Yang terbayang saat itu Snapy. Aku search di google maps, Snapy ada di Tebet. Memang dekat dari Kuningan City, tapi pasti macet. Setelah berdebat kami akhirnya memutuskan untuk ke Mall Ambassador dengan asumsi kalau di mall yang menjual telepon genggam dan alat elektronik lainnya ini pasti ada komputer yang bisa disewa untuk ngeprint. Lagi pula mall ini bisa dicapai dengan jalan kaki, sehingga nggak repot harus nyetir.
Kami berbagi tugas. Aku mampir di warung yang terkenal dengan root beer nya. Kubuka iPad, langsung kuorder hotel via aplikasi pemesanan hotel terkenal. Sementara istriku Yuli dan adiknya mencari tempat penyewaan printer dan internet. Setelah hotel dipesan, aku menghubungi pihak travel temanku di Amsterdam untuk merevisi itinerary. Untunglah dia sudah bangun, padahal di Amsterdam masih dini hari. Setelah menerima email itinerary aku langsung meneruskan email tersebut untuk diprint Yuli yang sudah menunggu di tempat rental. O ya waktu yang diberikan oleh sang petugas VFS Global hanya satu jam. Menjelang pukul 13.00 kami masuk kembali ke ruangan. Menjelang masuk baru mata kami terbelalak setelah melihat kalau di samping pintu masuk ada fasilitas PC terhubung dengan internet dan printer. Masya Allah…. Kenapa tadi tidak kelihatan ya? Begitulah, karena terburu-buru kami tidak bisa berpikir normal.
Untunglah akhirnya dokumen kami diterima karena telah memenuhi syarat, 10 hari berikutnya visa Schengen yang kami dambakan akhirnya bisa diambil.
Moral cerita, jika ada masalah mendadak, kita harus tenang. Bila perlu tarik nafas, pejamkan mata, bayangkan solusi yang paling sederhana dan ada di sekitar. Jangan berpikir terlalu rumit dan jauh.
ENDOLITA endolita