Bencana selalu menimbulkan kerugian, termasuk banjir Jakarta hari Jumat 1 Februari 2008 yang lalu. Meskipun demikian, ada juga yang diuntungkan dari peristiwa ini. Berikut ini beberapa ‘oknum’ yang diduga memperoleh keuntungan dari banjir.
- Tukang gerobak. Saat banjir, jasa penarik gerobak sangat dibutuhkan. Sekali menyeberang tarifnya dapat dikenakan seenak udel. Untuk membawa motor berjarak sekitar 100 meter tarifnya berkisar 20-100 ribu rupiah.
- Tukang dorong mobil mogok. Banyaknya mobil mogok di tengah banjir membuka peluang kerja, terutama bagi pengangguran yang sedang nongkrong. Sekali dorong mobil mogok, mereka bisa memperoleh 20-50 ribu, tergantung jenis mobil. Kalau mobilnya mewah, tarifnya bisa lebih mahal.
- Produsen dan Penjual Lilin atau Emergency Lamp. Saat banjir biasanya listrik dipadamkan oleh PLN untuk menghindari tersengat arus listrik. Sebagai penggantinya , lilin atau emergency lamp sangat diperlukan.
- Penjual dan produsen perahu karet. Saat normal, perahu karet tentu saja tidak laku. Di saat banjir, permintaan perahu karet pasti meningkat.
- Wartawan dan Fotografer. Banjir adalah berita yang cukup menarik. Wartawan tidak perlu pusing-pusing mencari berita. Cukup bermodal nekad dan mau berbasah-basah sedikit, dapatlah berita hangat dan foto yang ditunggu-tunggu pembaca, pemirsa dan pendengar.
- Operator Crane di Pintu Air Manggarai. Di saat banjir, pekerjaan menarik sampah dari sungai Ciliwung meningkat. Uang lembur pun, meski sedikit, ada. Sebaliknya, jika suasana normal, sungai bersih, bisa-bisa operator crane di PHK.
- Produsen dan Toko Bahan Bangunan. Saat banjir, infrastruktur jalan banyak yang rusak. Untuk memperbaikinya tentu diperlukan material. Selain itu, saat hujan deras seperti ini banyak genting yang bocor. Bahan anti air pasti sangat laris. Begitu juga dengan triplek untuk mengganti triplek lama yang tampias kena air.
- Partai oposisi. Banjir merupakan amunisi yang tepat untuk mengkritik kinerja penguasa saat ini, baik pusat maupun daerah. Bilang saja di koran kalau penguasa sekarang tidak becus mengurus banjir. “Coba kalau partai kami yang menang”, demikian kira-kira cuap-cuap partai oposisi.
- Karyawan. Saat banjir ada alasan bagi karyawan untuk tidak masuk kantor. Bilang saja ke bos kalau rumahnya kebanjiran.
- Pengusaha Bengkel. Pasca banjir, banyak kendaraan yang harus diservis akibat banyak “bermain air”. Bengkel pasti kebanjiran order.
- Tempat Pencucian Mobil. Pasca banjir, mobil yang melewati genangan air perlu dicuci sisi bawahnya secara steam, agar tidak berkarat.
- Perusahaan Asuransi. Setelah banjir, kesadaran untuk mengasuransikan aset semakin tinggi. Apalagi daerah yang bebas banjir semakin tidak jelas. Karena itu, semua aset, mulai dari mobil sampai rumah, kudu diasuransikan.
- Tukang Pijat. Setelah banjir, penghuni sibuk beres-beres dan memindahkan barang. Tentu saja kegiatan ini sangat melelahkan. Untuk menghilangkan penat, jasa tukang pijat sangat diperlukan.
- Blogger. Ada banjir, ada bahan untuk membuat tulisan di blog. He he…Ada yang mau menambahkan? (Hery Azwan, Jakarta 5/1/2008)