Bus Lelet dan Bus Khusus Perempuan

Warga Jakarta pada hakekatnya senang naik Bus Transjakarta. Murah dan lancar tanpa hambatan. Tapi belakangan ini bus khusus ini sering “ngeselin”. Udah tau jam pulang kantor, eh…kagak nongol-nongol.

Kemarin istri saya cerita kalau bus yang ditunggunya di halte Harmoni sejak pukul 16.15 tak kunjung tiba. Padahal dia sudah menunggu lebih dari setengah jam.

Saat itu halte sudah penuh sesak dengan penumpang sehingga suasana sangat gerah. Bau parfum yang sudah mulai luntur bercampur dengan bau ketek yang mengucur deras. Di saat seperti ini biasanya membuka peluang bagi copet untuk beraksi. Kemarin, kata istriku, ada satu copet yang tertangkap tangan.

Menurut petugas, bus belum datang juga karena sedang mengisi BBG. Walah, ngisi BBG kok di jam sibuk. Piye iki?

Pengisian BBG memang menjadi masalah yang serius bagi Bus Transjakarta karena “pom bensin” nya terbatas. Di jalan Pemuda, misalnya, antrian menuju SPBG ini sering sangat panjang sehingga mengganggu pengguna jalan lainnya. Tidak jarang 10 buah bus antri sekaligus.

Dengan kondisi seperti ini pengelola bus Transjakarta harus jeli menyiasatinya. Mereka harus mempunyai perhitungan yang detil tentang kapan waktu mengisi BBG yang tepat. Tentu saja lebih baik pengisian dilakukan di waktu-waktu selain jam pergi dan pulang kantor.
Jika masalah ini tidak dipecahkan, jarak antar bus yang cuma 5 menit seperti yang dijanjikan tidak akan mampu dipenuhi. Jika ini terjadi lama-lama penumpang akan malas naik bus ini. Akhirnya pemilik mobil pribadi yang sudah beralih ke bus ini akan kembali lagi ke mobil pribadinya. Tambah macetlah Jakarta.

Bus Khusus Perempuan

Yang cukup menggembirakan adalah rencana pengadaan bus khusus untuk perempuan. Di saat bus lagi penuh, bus khusus perempuan memang sangat relevan. Tidak jarang kaum eksibisionis menggunakan kesempatan ini untuk mengambil keuntungan syahwati pribadi.

Tentu saja, jika pergi bersama suami atau keluarganya, perempuan boleh naik ke bus suami. Tetapi, tidak sebaliknya. Jadi, bus perempuan hanya boleh dinaiki perempuan. Sebaliknya, bus laki-laki boleh dinaiki perempuan (opsional).

Kebijakan ini jangan dianggap sebagai pembatasan terhadap gerak perempuan, melainkan sebagai penghargaan terhadap mereka. Yang dibatasi sebenarnya laki-laki yang tidak boleh naik ke bus khusus perempuan.

Kembali kepada layanan yang diberikan bus Transjakarta, jika memang tarifnya akan dinaikkan, sebenarnya penumpang rela asalkan kualitas layanannya juga meningkat. Atau jika mungkin, dapat dibedakan dua kelas bus, bus ekonomi seperti saat ini dengan tarif Rp 3.500 dan bus eksekutif dengan tarif, misalnya Rp 6.000.

Kalau yang di eksekutif semua penumpang harus duduk, tidak boleh ada yang berdiri. Daya beli eks pengguna mobil pribadi pasti dapat menjangkaunya. Gimana Pak Busway, eh Pak Gubernur atau Pak Darmaningtyas? Bagaimana juga menurut Anda?

2 tanggapan untuk “Bus Lelet dan Bus Khusus Perempuan

  1. (*read*) stamp …
    Hmmm … aku tidak bisa berkomentar …
    Namun memang perlu diatur transportasi massal ini sedemikian rupa agar semuanya bisa nyaman …

    Salam Bang …

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s