The Power of Brand

Kemarin malam saya baru menyaksikan betapa hebatnya nilai sebuah brand atau merk. Brand Carrefour ternyata memang jauh melampaui Alfa.

Peristiwa ini terjadi di perumahan Harapan Indah. Di sana sudah berdiri sejak lama Alfa Supermarket.

Sehari-hari super market ini sering kosongnya daripada ramai. Apalagi, setelah di sekitar kompleks ini dibuka Carrefour Cakung dan Giant. Maka, beralihlah sebagian pelanggan ke sana.

Beberapa waktu yang lalu Carrefour membeli Alfa. Setelah pembelian ini, Alfa Harapan Indah tetap tidak berubah. Mungkin mereka masih perlu waktu untuk berbenah.

Puncaknya minggu ini, Alfa berubah menjadi Carrefour. Semua penanda di seputar supermarket ini diganti.

Meskipun demikian, layout dan semua barang masih barang yang lama. Saya paham betul merchandise yang dijual di sini, terutama di seksi ikan basah dan daging-dagingan. Apa yang terjadi?

Ternyata pengunjung membludak. Kemarin malam, antrian bahkan lebih dari 5 trolly, dan dalam kondisi konsumen sepertinya memborong belanjaan. Saya yang sudah mengantri sekitar setengah jam akhirnya tak tahan juga melihat lambatnya proses pembayaran.

Karena lapar, saya putuskan untuk meninggalkan antrian dan keluar menuju tempat makan tujuan. Memang merasa bersalah juga sih. Tapi tindakan saya mendapat pembenaran dari diri saya yang lain. Ini kan akibat pihak pengelola tidak bisa memberikan pelayanan terbaik.

Dari pengamatan saya, banyak kasir yang tidak dipakai. Sampai-sampai ada pengumuman agar kasir yang sedang beristirahat kembali ke tempat tugasnya. Wah pada kemana tuh kasir?

Selain itu, banyak mesin kartu kredit yang lelet sehingga harus menunggu lama untuk memproses satu transaksi. Belum lagi, tidak semua kasir menyediakan mesin pemroses kartu kredit.

Tampaknya, petugas tidak siap mengantisipasi lonjakan pengunjung. Mereka tidak mengira Alfa yang sepi bisa berubah ramai dalam sekejap setelah berganti nama menjadi Carrefour.

Perubahan nama ini rupanya bukan hal sepele. Dengan barang yang sama ternyata Carrefour memang lebih memiliki brand image yang tinggi dibanding Alfa.

Hal ini barangkali sama halnya dengan Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia. Produknya identik, hanya berbeda merek, tetapi merk yang satu dipersepsikan lebih tinggi dari yang lain, sehingga harganya juga jauh lebih mahal.

“Ah, pengamatan Anda keliru”, kata pembaca postingan ini.

“Pengunjung membludak karena mau memborong barang sebelum harga naik akibat kenaikan BBM, bukan karena Alfa berganti nama menjadi Carrefour”, terus mereka. Lho?

5 tanggapan untuk “The Power of Brand

  1. Susah memang kalau sudah tergantung pada nama. Kalau harganya memang lebih murah ya tidak apa-apa. Tapi kalau beli nama hanya untuk fashion? Namanya bukan Agnes B atau Donna Karan tapi pakai papan nama itu di bajunya besar-besar….Kok mau keluarin duit untuk mempromosikan orang lain ya? Heran saya.

    Konsumen memang macam2 seleranya, Bu. Produsen hanya memetakan kebutuhan ini dan memenuhinya.

  2. Alfa dibeli Carefour ?
    Ah masak sih … Hmmm ini mungkin yang Supermarket nih …

    Yang jelas kalo di daerah saya … Berdirinya Carefour itu biasanya melibas Hero dan Makro … (di segment Hypermart dan Supermarket )

    Tapi yang segment Mini Market aku pikir Alfa masih berjaya …
    Nah kalo yang ini Alfa yang melibas Indomaret …

    Nilai suatu Brand a.k.a Brand Equity … ah ini menarik nih
    Sama kayak Krisdayanti vs. Tia AFI …
    Secara kualitas “barang” mungkin sama … (bahkan TIA mungkin lebih paten)
    Tetapi harga beda jauh …
    That’s the Power of Brand Equity … Konsumen mau membayar mahal untuk kualitas yang sama !!!

    Kayaknya hanya yang supermarket yang diganti, Bos. kalau yang Alfamart sepertinya nggak karena memang kapasitasnya belum ke sana. Saingannya kan memang Indomaret.
    Krisdayanti vs Tia Afi? Wah, contoh yang pas banget.
    Btw, albumnya Tia yang baru keluar laku nggak ya?

  3. “branding” agaknya memang merupakan salah satu upaya marketing untuk mendapatkan pencitraan tertentu kepada konsumen. sebelum memutuskan menggunakan “brand” tertentu, acapkali banyak jurus dan pertimbangan. *kok jadi sok tahu, padahal ndak mudheng, hehehehehe * namun, menurut hemat saya, “brand” juga merupakan hasil pencitraan oleh masyarakat setelah melihat mutu produknya.

    Personal brand Pak Sawali saat ini pelan-pelan akan meningkat di jagat sastra Indonesia setelah peluncuran kumcernya. Sebelumnya Bapak telah booming di jagad maya. Hmmm…Bakal seperti Carrefour? Semoga…

  4. saya jadi khawatir dengan masa depang pedagang2 kecil e Pak..
    kita lihat sendiri, setiap 500 meter bebas berdiri mart – mart yg beraneka ragam.. seharusnya ada peraturan yg melindungi orang kecil nih Pak..
    *makin pusing*

    Setuju bahwa nama bukan hal yg sepele…

    Memang, di satu sisi banyaknya hypermart seperti ini memanjakan konsumen. Tapi di sisi lain, pedagang2 kecil akan gulung tikar. Dari rumah saya saya saat ini sudah dikepung oleh 3 Carrefour dan 1 Giant. Jaraknya tidak sampai radius 5 km lho. Sampe bingung mau belanja ke mana.

  5. Kekuatan merk memang sangat efektif. Kekuatan ini tidak hadir begitu saja, melainkan melewati “sejarah” yang membuat merk ini bisa bertahan atau bahkan unggul dari yang lain. Kualitas yang baik, harga yang sesuai, service yang memuaskan, etc adalah komponen2 penunjang merk itu menjadi “kuat”. Kasus om Azwan diatas..terjadi karena berubahnya nama belum mengubah “kebiasaan lama” dari Alfa . Kita liat perkembangannya nanti…

    Tepat. Kebiasaan lama dari brand sebelumnya memang masih melekat. Diskrepansi ini jika tidak segera diatasi dapat membuat konsumen kapok.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s