Membaca Petualangan Agustinus Wibowo

Saya baru tamat membaca edisi teranyar (58)  “Berkelana ke Negeri-negeri Stan” tulisan Agustinus Wibowo di Kompas.com. Cerita ini akan terus berlanjut. Awalnya saya tidak “ngeh” dengan judul di atas. Tapi hari Sabtu kemarin, baru saya tahu kalau di dalamnya terdapat kisah menarik.

Negeri-negeri stan yang dimaksud adalah negara yang berakhiran stan seperti Afghanistan, Uzbekistan, Khazastan, Kyrgystan, Tajikistan, dsb. Selain Afghanistan, negeri-negeri tersebut adalah pecahan Uni Sovyet yang memerdekakan diri.

Sisa-sisa pengaruh Uni Sovyet masih terasa di negara mantan jajahan tsb. Yang lucunya, ada yang mengklaim negara dengan mayoritas muslim, ternyata rakyatnya banyak yang tidak bisa membaca tulisan “Allah” dan “Muhammad” dalam huruf Arab yang mereka jadikan suvenir (kalung, gelang). Tidak hanya itu, rakyatnya juga masih suka minum vodka dan makan sosis B2.

Pengalaman yang dituliskan Agus ini mengingatkan kita pada novel Edensor Andrea Hirata. Hanya saja, pada Edensor sudah bercampur fiksi atau imajinasi penulisnya.

Membaca cerita Agus ini membuat saya tidak bisa berhenti dari satu episode ke episode berikutnya. Pengetahuan Agus yang luas mengenai budaya dan bahasa setempat membuat tulisan ini semakin menarik. Korupsi petugas imigrasi dan penjaga lintasan perbatasan merupakan gejala umum yang terjadi di negara-negara tersebut.

Selanjutnya, dengan membaca cerita ini kita bisa lebih menghargai atau menyukuri kehidupan kita saat ini. Di salah satu negara stan, banyak orang yang lebih sengsara dari kita di Indonesia. Ada yang hidup hanya menghabiskan waktu dan menunggu mati saja. Tidak ada yang dapat dikerjakan.

Bahkan anak sekolah mayoritas bercita-cita menjadi sopir truk, karena hanya inilah pekerjaan yang dapat membawa mereka melihat negeri lain yang lebih maju. Sementara itu, lulusan perguruan tinggi hanya menjadi pengangguran. Mau berdagang di pasar, tidak ada yang mampu membeli.

Ternyata, menjadi negara merdeka tidaklah seperti yang dibayangkan. Mungkin sama halnya dengan Timor Timur yang melepaskan diri dari Indonesia. Bukannya rakyat tambah makmur, malah tambah sengsara.

Pokoknya baca aja sendiri deh. Kunjungi Kompas.com di rubrik Travel>Petualangan>. Baca dari episode 1. Sekarang sudah sampai episode 58.

7 tanggapan untuk “Membaca Petualangan Agustinus Wibowo

  1. Wah..saya masih ketinggalan euy..sekarang baru baca , “Knight of templar” dan Eksperimen Malaikat (JP)

    Nggak papa. Masih bisa dikejar…

  2. cari online nya deh….ada ngga ya?

    maaf ibu, saya lupa menegaskan bahwa cerita ini memang dalam versi on line. di versi cetak malah nggak ada. kunjungi kompas.com.
    setelah itu cari rubrik ‘Travel’.
    lalu klik lagi rubrik ‘Petualangan’.
    kalau mau berkunjung ke blognya juga bisa di http://avgustin.net
    selamat berburu

  3. Aaahhh aku lewat nih kali ini …
    blank

    Maksudnya “PASS” gak bisa komen ya Bos? Gapapa, Bos.
    Masih ada waktu untuk baca tuh petualangan (kalau suka lho!).
    Kalau memang tidak tertarik ya tidak usah dipaksakan.
    Tetapi sebagai traveler masa Bos tidak tertarik dengan cerita beginian?
    Ah yang bener?

  4. wah, menarik juga mas azwan kisah2 yang disajikan agustinus wibowo. sepertinya ada banyak sisi yang hendak disuguhkan oleh agustinus, terutama dari sisi kemanusiaan warga masyarakat negara sedang berkembang. *nyambung ndak yah?*

    pengalaman berkelana seperti agustinus ini pasti menempa dirinya menjadi orang yang lebih peka terhadap lingkungan, terbuka dan humanis. kalau kita yang membaca dari tulisannya, cukuplah memperoleh sekitar 40% dari apa yang diperoleh agus.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s