Edmund Hillary

Saat menaklukkan puncak Mount Everest pada tahun 1953, Sir Edmund Hillary berumur 33 tahun. Dia, yang berkebangsaan Selandia Baru, tentu tidak sendiri ke sana, tapi dibantu oleh Sherpa yang terdiri dari warga setempat. Untuk menyeleksi tim ekspedisinya, dia hanya mensyaratkan dua kriteria, yaitu pernah juara (meski di proyek kecil atau lomba-lomba) dan humoris.

Mengapa? Menurutnya, orang yang pernah menangani proyek atau menang pada sebuah kejuaraan, dia pasti memiliki sebuah semangat pantang menyerah dan merasakan sebuah visi akan tujuan akhir. Mendaki gunung bukanlah pekerjaan mudah. Ketahanan fisik dan mental sangat dibutuhkan. Hanya orang yang sudah punya track record berhasil yang bisa tahan menanggung segala halangan dan rintangan.

Bersama dengan itu, orang yang humoris menurutnya mampu membangkitkan semangat tim di saat sedang kehilangan semangat dan berada dalam kelelahan yang tak terperikan. Dapat dibayangkan, bagaimana di saat kelelahan setelah mendaki gunung ribuan meter di tengah suhu di bawah nol derajat, eh… teman kita malah sewot, marah-marah tak karuan.

Menarik juga melihat kriteria yang ditetapkan oleh Sir Edmund. Sederhana, tapi mengena. Rasanya dua kriteria ini bisa juga diterapkan pada situasi yang lebih umum. Ah…ini sudah memasuki lahannya Bos Nh…

Di satu sisi, ini juga menunjukkan kepiawaian seorang pemimpin dalam mencari esensi sebuah kualitas tim. Dia tidak mensyaratkan begitu banyak kriteria yang muluk-muluk. Saya jadi teringat beberapa iklan lowongan kerja yang mensyaratkan begitu banyak kriteria, sehingga terkadang saya berpikir,”Apa ada ya orang seperti itu?”. Mungkin ada, tapi pasti bayarannya juga fantastis sehingga tidak sesuai dengan anggaran perusahaan.

Sekarang, mari kita bahas lebih dalam kriteria pertama dari Sir Edmund. Apakah sekedar juara makan kerupuk di acara tujuhbelasan sudah cukup? Bisa ya bisa tidak. Ya, karena dalam lomba makan kerupuk sekalipun diperlukan strategi. Biasanya, saat lomba, tali tempat kerupuk digantungkan, digoyang sehingga peserta harus mencari momen yang tepat untuk menangkap kerupuk dengan mulut. Tidak karena dalam lomba makan kerupuk, tingkat kompleksitasnya terlalu sederhana.

Jadi, menurut hemat saya, lombanya harus yang lebih kompleks. Olahraga yang dipertandingkan di PON seperti yang berlangsung di Kaltim saat ini bisa menjadi ukuran.

Lalu, bagaimana dengan humoris? Bisakah diterapkan untuk semua pekerjaan? Rasanya bisa semua deh….Salesman yang humoris pasti disukai pelanggan. Dokter yang humoris pasti disukai pasien. Guru yang humoris pasti disenangi murid. Penulis yang humoris pasti disukai pembaca. Ustadz yang humoris pasti disukai jamaahnya. Manager yang humoris pasti disukai anak buahnya. Trainer yang humoris pasti disukai peserta training.

Bagaimana tanggapan Anda dengan jaksa, hakim dan polisi yang humoris? Saya khawatir yang suka dengan jaksa yang humoris hanya Ayin a.k.a Artalyta Suryani saja. Kalau rakyat?

7 tanggapan untuk “Edmund Hillary

  1. HHmmm ..
    Ini ringan tapi berat …
    Pernah Juara –> itu artinya punya “Achievement orientation” yang tinggi
    Humor –> hhmmm … ini mungkin kombinasi antara “Adaptability”, “Flexibility”, “Communication”, “Able to work under pressure” and “Sincerity” …

    (begitu kah ??)
    (Trainer lagi mikir … keknya ini statement yang sok tau sangat deh …)

    Hehehe
    Hai Bang …

  2. Si Om itu ngomong apaan ya Bang???? Ra mudeng aku… hehehe…
    Eniwei,
    Justru syarat yang sederhana itu malah kompleks. Apa rumusan “Pernah menjadi Juara” dan Humoris?? Yang seperti apa? Karena sekedar humoris saja kadang bisa bikin bete kalo nggak tahu tempat… *eh, sapa tau ada salah satu anggota tim lagi PMS… hehehe*
    Eh tapi, tapi..
    soal syarat-syarat karyawan itu memang ribet ya? Sama seperti abang, aku juga mikir, emang ada ya makhluk begini? berani ngasih gaji berapa sih? 🙂

    Ah, saya minder nih kasih komen di bawahnya Om… abis dia kan pinter gitu.. liat aja bahasanya… Cihui sangat… wekekekeke

  3. hihihi untung aku tidak langsung di bawahnya si om…(kok aku jadi panggil mas trainer dengan om juga ya… om senang…)

    aku belum pernah juara tuh, ngga pernah ikut lomba sih
    but setelah diingat-ingat pernah tuh satu kali juara karaoke untuk orang asing.(ngga masuk itungan Sir Edmund kayaknya)
    hadiahnya tipi 14 inch… pertama dan mungkin terakhir tuh.
    Kenapa bisa menang? Karena aku pilih lagu yang mendayu yang cocok untuk manula, dan ternyata ketua jurinya kakek-kakek, presdir suatu pabrik elektronik. Padahal aku ngga tau sebelumnya info ini. Cuman untuk ngeramein aja…

    Tapi kayaknya Sir Edmund juga menetapkan syarat yang tidak mudah loh. Karena seorang juara, jarang humoris…apalagi di Jepang. Kaku bo….
    aku rasa amat sangat sedikit juarawan yang humoris deh. Kecuali dia juara lawak.

    Juarawan dan humoris?
    hmmm aku humoris ngga ya?

  4. Loh bukannya orang Jepang itu lucu2 Emiko-san. Selain itu, bukannya di Jepang banyak permainan kompetisi gitu? Morning Musume contohnya *hehehe…8x cuci mata liatin ABG Jepang*

    Kalau kata Bambang Sumanjaya (SMART FM), harus memiliki Adversity Quotient yang tinggi (jangan tanya saya penjelasannya, ga ngarti).

    Kalu ngomong ginian, suka terlintas guru favorit saya, Bang. “DOBRAK MITOS!”

  5. sir edmund hillary bisa mendaki gunung sebenarnya karena bantuan dari orang sherpa tersebut tenzing norgay. Itulah yang terpenting dari jadi pemimpin..mengelilingi diri dengan orang yang berkemampuan dan bisa diandalkan.

  6. bukan gunung yang saya taklukan
    melainkan diri sendiri….

    salam Bang Hery Azwan

    dari SiPencinta Lingkungan

    Salam, Uda Buyung.
    Terima kasih sudah berkunjung

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s