Dalam sebuah buku terjemahan, saya mendapati kata-kata motivasi dari Madeleine Albright. Di sana tertulis jabatannya, ‘Mantan Sekretaris Negara AS’. Ada yang aneh? Tentu saja, karena yang saya kenal beliau adalah Menteri Luar Negeri seangkatan dengan Menlu Alwi Shihab. Lalu mengapa diterjemahkan menjadi Sekretaris Negara?
Penerjemah buku tersebut barangkali kurang paham bahwa di AS, semua menteri disebut Secretary, kecuali menteri Kehakiman yang disebut Attorney General. Akibatnya, Secretary of State diterjemahkan kata per kata menjadi Sekretaris Negara.
Jika kita menilik website tentang Susunan Kabinet AS, departemen atau kementerian tetap menggunakan kata Department. Jadi, kalau departemen luar negeri disebut Department of State.
Saya kurang paham benar mengapa AS lebih senang menggunakan kata Secretary daripada Minister. Mungkin ada di antara pembaca yang bisa memberikan pencerahan.
Yang saya garisbawahi barangkali bahwa menerjemahkan sebuah buku itu tidak gampang. Penerjemah harus memahami juga latar belakang budaya, sosial, politik, ekonomi sehingga dapat menerjemahkan suatu istilah dengan tepat.
Berbagai idiom yang berkembang dalam masyarakat seringkali belum terekam di kamus, sehingga sering menyulitkan penerjemah untuk mencari kata yang tepat. Idealnya, seorang penerjemah pernah tinggal di negara asal bahasa yang akan diterjemahkan atau paling tidak harus mempunyai pengetahuan yang mendalam tentang suatu negara. Kamus saja seringkali tidak cukup karena hanya bisa mengartikan kata per kata dan kehilangan konteksnya.
Anda pernah punya pengalaman dengan terjemahan di buku yang Anda baca? Silakan berbagi di sini…
hmmm karena saya juga berprofesi sebagai proof-reader/ editor maka sering sekali menemukan kesalahan dalam penerjemahan. nanti ya kalau ingat saya tuliskan…..
sama halnya saat saya membaca buku terjemahan tentang engineering. terjemahannya kadang bukan yang dimaksud.
begitulah kalau penerjemahnya dikejar deadline :p
kalo aku kebanyakan nemu di buku terjemahan, tapi yang terjemahin penerbit2 Jogja *maap bukannya chauvinisme lho* busyet aku ga mudeng blass isi bukunya, kata2nya pada ga nyambung *apa emang aku yg ga bsa bca ya?? ^_^* padahal pake bahasa Indonesia lho, tapi serasa baca buku teks pelajaran matematika a.k.a susah banget
nah, sekarang kalo beli buku saduran / terjemahan pasti kulihat dulu sapa penerbitnya *belagu banget ga seh diriku ini….*
Hmmm …
Buku terjemahan aku jarang membaca …
soalnya … ya gitu deh ada banyak idiom atau “mood” atau nuansa yang menjadi hilang jika diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia …
demikian ..
terima kasih ..
(halah jaim sangat yak )
hai Bang …
Ya itu.
Di kamus, nomor 1, bahasa jepangnya itu ichiban atau ichigou,
tapi ternyata dikoreksi sama emiko-san pas saya pake ichigou untuk pertamax… 😀
Maluw deh! *sembunyi*
haiyah ipk4… cuman begitu kok….
itu tidak menurunkan ipk mu menjadi 3,8 hihihi
salahnya kamusnya tidak ada contoh kalimat.
itu kelemahan dari banyak kamus jepang-indonesia yang ada.
Aku ga suka buku saduran Bang, suka yang orisinil ajah. Makanya koleksi-koleksi bacaanku karya anak negeri semua *negeri Indonesia, lho yaa.. * Kalopun ada yang buku terjemahan, biasanya emang lagi pingin banget baca buku itu tapi lagi males, les, les ‘kerja dua kali’.
…tapi ya itu tadi, kayak yang dibilang Ovy, aku juga sering merhatiin siapa penerbitnya.. kalo penerbitnya top, ya… okey deh… *jahat ga sih…. huhu*
memang utk menterjemah tidak mudah..gak cuma modal jago english doank..gak semua kata bisa/harus diterjemahkan sesuai kamus.
misalnya gini..kalo di dunia komputer ada “operating system : windows”
kalo diartikan per kata berarti “sistem operasi jendela” 😮 nah loh??!? 😆
Ngga bang, bukan tikus, kalau mouse komputer itu bahasa indonesianya tetikus; upload=unggah; download=unduh; di wordpress malah parah, e-mail diterjemahkan menjadi pos-el, ngarang ah!
memang sering kita jumpai penerjemahan yang salah dari satu kata / kalimat dari bahasa tertentu ke bahasa lain. Saya sepakat bahwa selain hanya menterjemahkan sesuai kata-perkata..penerjemah juga harus mengetahui sosial budaya atau bahkan “kebiasaan” dari si pengguna bahasa yang akan diterjemahkan.
mangkanya..di meja saya selalu ada kamus, khususnya kamus bahasa inggris dan juga kamus elektroniknya…karena terkadang saya tidak bisa langsung menerima terjemahan tanpa melihat beberapa padanan katanya terlebih dahulu di kamus (alasan aja kalau nggak ngerti english…hahaha…)