Umroh #3

Hery Azwan & Yuli Yulianti at Jabal Rahmah
Di Puncak Jabal Rahmah

Setelah tuntas melakukan ibadah umroh sebagaimana diuraikan pada postingan Umroh #2, jamaah boleh melepaskan pakaian ihram dan melakukan aktivitas yang tadinya dilarang.Nah, di sinilah nikmatnya kalau sekamar cuma berdua dengan istri. Kalau sekamar harus bertiga atau berempat dengan yang lain pasti tidak akan terjadi hal-hal yang diinginkan.

Awalnya, saat mendaftar ke pihak travel, istriku mengambil paket sekamar berempat agar bisa berkumpul dengan orangtuanya. Tetapi setelah melihat selisih harganya hanya USD 100 dan kami rasanya perlu privacy untuk ber-honeymoon ria, maka aku putuskan untuk mengambil paket sekamar berdua.

Ternyata keputusanku ini benar seratus persen sodara-sodara. Mungkin karena fokus ibadah dan tidak memikirkan pekerjaan, apalagi setelah tawaf dan sa’i yang melancarkan peredaran darah, ditambah mengkonsumsi rempah-rempah ala Arab, maka kondisi tubuh dan psikologis jadi lebih rileks. Efeknya, ya semakin “hangat” gitu loh. Tarik, Mang…..

Salat di Masjidil Haram

Salat fardu yang pertama kali kami lakukandi Mesjidil Haram adalah salat zuhur. Pukul 11.45.00 kami bergerak menuju masjid, padahal waktu zuhur di Mekkah pukul 12.30. Kalau terlambat, kita nggak kebagian tempat di depan.

Cuaca di Mekkah saat itu sangat terang benderang. Aku harus memakai kaca mata ray ban untuk menghalau sinar matahari yang sangat tajam. Jika tak pakai kaca mata pasti aku tak sanggup melihat dengan normal. Mata harus disipitkan untuk menghindari ekspose sinar matahari. Jadi, fungsi kacamata hitam di Mekkah benar-benar sebagai kebutuhan pokok, bukan untuk gaya semata.

Masjidil haram terdiri dari dua lantai. Kalau kita baru bergerak dari hotel saat azan berkumandang, lebih baik kita menuju lantai 2 karena lantai 1 pasti sudah penuh. Di beberapa bagian juga ada roof top atau lantai 3 yang menjadi bagian dari program perluasan masjidil haram.

Cleaning Service di Masjidil Haram bekerja dalam 3 shift. Beberapa ada yang berasal dari Indonesia. Menurut jamaah dari travel lain yang kebetulan bekerja sebagai pengerah tenaga kerja, biasanya mereka dikontrak 2 tahun dengan gaji sekitar SR800 atau Rp2.000.000. Gajinya memang relatif kecil untuk ukuran Saudi, tetapi mereka berharap memperoleh pahala karena menjadi pelayan Masjidil Haram, sekaligus bisa menunaikan ibadah haji dan umroh. Sesekali ada juga jamaah yang memberikan tips barang 1 sampai 5 riyal.

Setelah kontrak 2 tahun selesai biasanya mereka mencari peruntungan di tempat lain, misalnya menjadi sopir pribadi di Jeddah. Jika beruntung mendapat majikan yang baik, maka mereka bisa memperoleh gaji yang lebih besar dan bisa pulang setiap tahun ke Indonesia.

Karpet di Masjidil Haram terawat dengan baik. Tidak ada aroma tidak sedap seperti di masjid lain di Indonesia. Rupanya, setiap hari cleaning service membersihkannya dengan vacum cleaner.

Ada peristiwa yang cukup unik di Masjidil Haram, yaitu pembagian korma dan kopi pahit menjelang magrib. Rupanya ada warga Arab yang bersedekah. Sebelumnya plastik gulungan digelar di depan jamaah agar makanan dan minuman tidak mengotor karpet. Kormanya sangat unik, masih setengah matang sehingga rasanya sangat orisinil, beda dengan korma yang biasa kita makan.

Korma istimewa yang dibagikan menjelang Magrib
Korma istimewa yang dibagikan menjelang Magrib

Adapun kopinya berwarna agak sedikit hijau. Rasanya seperti jamu, dan pahit karena tidak dikasih gula. Mungkin sengaja kopi ini tidak dicampur gula karena korma sudah manis. Jadi kopi sebagai penetralisir. Entah mengapa tetap dinamakan kopi, padahal menurutku tidak ada rasa kopinya sama sekali.

Saat menunggu salat di sisi Hijir Ismail, tak jarang jamaah perempuanTurki yang cantik berseliweran di depan kita. Mereka sedang mencari tempat salat sunah, ataupun mencari jalan keluar menuju tempat khsusus perempuan. Baju mereka biasanya hitam dalam bentuk abaya. Di bagian dalam abaya ini biasanya mereka mengenakan pakaian biasa, seperti celana panjang biasa plus blus, atau bahkan ada yang memakai jin. Kalau melihat cewek Turki jangan lama-lama ya. Cukup sekejap saja sambil berucap Subhanallah…

Menurut hadis yang diriwayatkan Ahmad dan Ibnu Majah, pahala salat di Mesjidil Haram 100.000 kali dari salat di masjid selainnya. Karena itu jangan heran jika jamaah berbondong-bondong pergi ke masjid saat waktu salat fardu datang. Semua aktivitas ekonomi dihentikan. Toko-toko di sekitar masjid ditutup. Pegawai toko biasanya salat di depan tokonya dengan menggelar sajadah.

O ya, aktivitas perdagangan juga mengikuti ramainya jamaah. Bahkan pukul 06.00 pagi, saat jamaah pulang dari salat Subuh, toko-toko di seputar masjid sudah dibuka. Di malam hari, sampai larut malam toko juga masih buka.

Ketika kami tawaf sekitar pukul 02.00 pagi, tak ada toko yang buka. Entah sampai pukul berapa mereka buka. Pada jam segini biasanya cleaning service membersihkan halaman hotel dan trotoar.

Saat ini, tawaf dan sai juga dapat dilakukan di lantai 2. Saat panas terik setelah zuhur menjelang ashar, adalah saat yang tepat untuk tawaf di lantai 2 karena lebih adem. Hanya saja jaraknya lebih jauh, bisa dua kali lipat. Saat kami tour di lantai 2, kebetulan ada jamaah yang sedang tawaf pake mobil listrik, berboncengan dengan istrinya. Sebagian lagi menggunakan kereta dorong. Memang tidak banyak yang tawaf di atas.

Begitu juga dengan sa’i yang bisa dilakukan di lantai 2. Saat kami berkunjung ke lantai 2 keadaan kosong. Menurut Pak Aam, lantai 2 hanya digunakan untuk sa’i saat musim haji. Kalau umroh, kapasitas lantai 1 masih sangat luas. Tidak ada desak-desakan seperti tawaf.

Pada salat subuh biasanya imam membacakan surah yang agak panjang seperti Surah Al Fajr. Begitu juga pada salat Isya. Adapun pada salat magrib imam biasanya membacakan surah-surah pendek. Bahkan pernah suatu kali imam membaca surah Al Falaq di rakaat pertama dan surah An Naas di rakaat kedua. Jarak antara azan dan iqomah biasanya relatif lama, antara 10-15 menit. Jadi, kalau azan subuh sekitar pukul 05.12, maka salat subuh baru dimulai sekitar pukul 05.30. Jadi, tidak heran, jika salat subuh selesai hampir pukul 06.00.

Setelah salat fardu biasanya selalu ada salat jenazah. Jangan lupa untuk mengerjakan salat yang terdiri dari empat takbir ini karena hukumnya fardu kifayah. Hukumnya tentu lebih utama daripada salat sunah rawatib. Jadi, setelah selesai salat fardu jangan salat ba’diyah dulu, tetapi tunggulah pengumuman untuk salat jenazah. Uniknya, pas kami di sana, jenzahnya sebagian besar terdiri dari anak-anak.

Azan dan salat di mesjidil haram biasanya dapat didengarkan di hotel. Salat ini juga disiarkan secara LIVE atau Mubasyir di TV Saudi. Di hotel tempat kami menginap di Mekkah, hanya dapat disaksikan 4 channel tv di kamar.

Channel 1 berisi pembacaan Alquran dengan latar belakang kegiatan di Mesjidil Haram, biasanya kegiatan tawaf. Jika datang waktu salat, maka bacaan Alquran berhenti sejenak dan digantikan dengan azan dan siaran langsung salat.

Channel 2 berisi pembacaan hadits atau sunah dengan latar belakang masjid Nabawi. Terkadang ditambah dengan pemandangan dari sekitar masjid Nabawi seperti ma’la atau pekuburan kaum muslimin.

Channel 3 berisi acara berita yang disiarkan dari Riyadh. Penyiar wanita boleh tampil di sini, berbeda halnya dengan channel 1 dan channel 2.

Terakhir, channel 4 berisi siaran olah raga, terutama sepakbola. Penasaran juga aku melihat stadion sepakbola di Mekkah, tapi gak sempat waktunya euy….

Burung-burung yang berukuran relatif besar banyak berseliweran di atas Masjidil Haram. Selama salat di sini aku memang belum pernah melihat ada jamaah yang terkena kotorannya. Seandainya ada, cleaning service yang jumlahnya sangat banyak akan siap sedia membersihkannya dalam 24 jam sehari.

City Tour Mekkah

Pada hari kedua di Mekkah pihak travel mengagendakan acara City Tour Mekkah. Setelah sarapan pagi kami bergegas menuju bus SATCO yang sudah menunggu di depan hotel. Pada sarapan kali ini aku tidak lagi bereksperimen dengan makanan yang unik, tapi cukuplah dengan croissant, roti beroleskan butter, dan sebutir telur rebus. Minumnya, susu yang ditambahkan kopi.

Yang menarik, di Arab minuman default yang tersedia di dispenser adalah susu panas dan air putih panas. Ini berbeda dengan default di Indonesia, kopi dan teh manis. Jadi, kalau kita mau membuat kopi susu, tinggal mengambil susu panas dari dispenser, kemudian menambahkan kopi instan dan gula dalam kemasan. Menurutku, mengapa susu menjadi default menunjukkan betapa susu menjadi minuman kegemaran orang Arab. Hatta, dalam Alquran disebutkan bahwa nanti di surga ada kebun yang mengalir di bawahnya sungai madu dan sungai susu.

Bus pelan-pelan meninggalkan kota Mekkah. Semakin jauh dari Masjidil Haram, hotel semakin kurang bagus. Semakin jauh tidak ada lagi hotel, melainkan maktab atau penginapan. Di sinilah jamaah haji Indonesia menginap. Jaraknya ada yang sampai 5 km. Dengan jarak sejauh ini, biasanya sudah tersedia shuttle bus untuk mengantar jamaah ke masjidil haram.

Tak lama kemudian Tour Guide menjelaskan kalau kami telah melewati Goa Tsur, tempat nabi bersembunyi bersama sahabatnya Abu Bakar dalam perjalanan hijrah ke Medinah. Letak goa agak ke Tenggara Mekkah, untuk mengecoh kafir Quraiys yang mengejarnya. Sementara Mekkah ada di bagian Utara.

Saat itu, Nabi diselamatkan Allah dengan mengerahkan laba-laba yang membuat sarang di pintu goa dan burung merpati yang bertelur di atasnya. Kisah ini dapat dibaca dalam Alquran Surah Al Ahzab: La takhaf wa la takhzan, innallaha ma’ana.(Jangan takut dan jangan bersedih.Sesungguhnya Allah bersama kita).

Selanjutnya bus menuju Padang Arafah.Terlihat tulisan besar Arafat Starts Here dan di ujungnya Arafat Ends Here. Di sinilah setiap jamaah haji melakukan wukuf pada musim haji, tepatnya pada tanggal 9 Zulhijjah, dari waktu zuhur hingga magrib. Saat ini sudah mulai tumbuh pohon-pohon yang ditanam oleh pemerintah Saudi. Beberapa toilet juga kelihatan. Di luar musim haji, Padang Arafah sepi.

Bus kami berhenti di Jabal Rahmah, tempat bertemunya Adam dan Hawa setelah diturunkan dari surga.Kami mendaki sampai puncak bukitnya dengan menaiki batu-batu yang sudah disusun.Di atas bukit ada tugu, meskipun keadaannya sedikit kotor karena banyak sampah. Tidak sedikitpun pohon ada di bukit ini.

Hery Azwan
Di depan Jabal Rahmah, Arafah

Tempat ini terkenal dengan aktivitas berfoto dengan onta, banyak pedagang oleh2, penjual eskrim juga ada. Tentunya zaman dulu nggak ada penjual eskrim bermobil ini. Saat kami tiba di sini, ternyata sedang ada razia dari Satpol PP terhadap penyedia jasa onta. Sudah menjadi rahasia umum kalau penyedia jasa onta ini sering meresahkan jamaah karena mereka curang dalam mengambil foto. Seringkali foto diambil berulang-ulang tanpa persetujuan jamaah. Satu foto dihargai SR10, sehingga jika ada 10 foto, maka jamaah harus membayar SR100. Padahal adegannya sama.

Pada rute Mekkah-Arafah telah tersedia kereta commuter yang beroperasi hanya di musim haji. Rel kereta terletak di atas (rel layang). Kebayang investasinya karena hanya digunakan setahun sekali. Jadi pasti mahal sekali. Untuk sementara yang bisa menikmatinya hanya negara2 Arab. Diskriminatif banget ya.

Stasiun kereta Metro ini sangat futuristik. Stasiun di Muzdalifah bahkan sangat tinggi, sekitar 4 lantai jika dibandingkan dengan gedung. Dari atas, tersedia eskalator langsung menuju ke bawah sehingga terlihat sangat curam. Desainer stasiun ini orang Inggris, sementara kontraktornya orang Cina. Orang Indonesia konon gak pernah menang tender karena sudah tersohor mengurangi spek.

Di Arafah ada mesjid yang cukup besar bernama mesjid Namiroh. Mesjid ini tentu saja hanya ramai setahun sekali juga. Di hari biasa jarang sekali peziarah yang sengaja berkunjung ke mesjid ini.

Di Muzdalifah terlihat tenda-tenda kecil berwarna putih. Di sinilah jamaah haji bermalam dan mengambil batu kecil untuk melontar jumroh keesokan harinya di Mina.

Muzdalifah
Suasana Muzdalifah di luar musim haji

Terowongan dari Muzdalifah ke Mina yang bernama Muhaisyim sudah dibuat dua. Terowongan ini menembus gunung batu. Dulu saat ada tragedi Mina yang menewaskan banyak jamaah terowongan cuma satu. Karena itu pemerintah Saudi menambahnya sehingga tidak ada persilangan. Sampai kini, setelah ditambah, tidak ada lagi kecelakaan.

Kami juga melihat dari jauh Jamarat atau tempat melempar jumroh. Ada 3 jumroh yang harus dilempar oleh jamaah haji, yaitu jumroh ula (jumroh pertama), jumroh wustho (jumroh tengah), dan jumroh aqabah. Saat ini, tempat melempar jumroh sudah terdiri dari tiga lantai sehingga jamaah bisa memilih mana yang paling nyaman. Sayang, kami tidak sempat mendekat ke lokasi, hanya melihat dari jalan raya. Lokasi jumroh sudah seperti jalan layang.

Salah satu yang membedakan jamaah ONH Reguler dengan ONH Plus adalah saat menginap di Muzdalifah ini. Bagi jamaah ONH regular mereka harus menginap di alam terbuka, sementara bagi jamaah ONH Plus ada hotel di dekat sini.

Setelah selesai menapaki rute haji, kami kembali ke Mekkah. Dalam perjalanan mendekati kota Mekkah tour guide menjelaskan kalau di kanan bus ada gua Hira, tempat Nabi menerima wahyu pertama kali. Gue ini tingginya lebih dari 200 meter. Terbayang kembali bagaimana Khadijah harus mendaki gua yang terjal ini untuk mengantar bekal makanan Nabi yang sedang bertahannuts atau berkontemplasi menjauhkan diri dari hiruk pikuk dunia.

Setelah menerima wahyu dari Jibril, yakni 5 ayat pertama Surah Al Alaq, Nabi menceritakan hal ini kepada Khadijah, istrinya tercinta. Sebagai istri yang baik, Khadijah sangat memahami kondisi suaminya. Khadijah berupaya menenangkan Nabi dan mengatakan bahwa ada sesuatu yang istimewa telah terjadi dengan diri Nabi. Khadijah lalu menanyakan perihal ini kepada seorang pendeta kerabatnya. Pendeta tersebut mengkonfirmasi bahwa malaikat tersebut adalah malaikat sama yang telah membawa wahyu kepada nabi-nabi sebelumnya.

Tak lama bus pun semakin mendekati hotel kami. Tour guide menunjukkan sebuah kuburan, tempat Khadijah bersemayam selama-lamanya. Tempat tersebut sangat sederhana. Pemerintah Saudi tidak ingin tempat tersebut menjadi sarana musyrik. Begitu juga halnya dengan peninggalan bersejarah yang lain, tidak ada yang tersisa di Saudi. Yang paling lengkap justru terdapat di museum Istanbul. Di sana bahkan ada pedang Nabi, surat-surat Nabi untuk Negara tetangga, pecahan gigi Nabi saat perang Uhud, dsb. Sebagai mantan penguasa Islam selama 5 abad, Turki Ustmani atau Ottoman telah banyak berjasa menyelamatkan peninggalan bersejarah dari zaman Nabi.

Menjelang zuhur, kami mempersiapkan diri di kamar masing-masing. Setelah zuhur makan, kami bersegera ke restoran. Menu kali ini ada ikan kembung kecil yang dimasak kuning. Aha….Impor dari mana ikan seperti ini ya? Tak ketinggalan teri kacang goreng yang lumayan bisa membangkitkan selera makan. Terinya besar-besar, rapuh dan tidak asin. Sementara kacangnya besar-besar, lebih besar dari kacang tanah Indonesia. Tampaknya diimpor dari negara lain.

Setelah makan siang, aku dan istriku berjalan-jalan di seputar Bin Dawood, swalayan ala Arab. Di sini dijual segala barang keperluaan, mirip Carrefour atau Giant, hanya lebih kecil. Di sinilah aku pertama kali membeli susu onta dan buah plum. Ternyata susu onta ini lebih gurih dari susu sapi.

Susu Onta
Susu Onta Nan Gurih

Selain di Bin Dawood, di dekat Masjdil Haram juga ada pusat perbelanjaan di Zamzam Tower yang desainnya mirip Senayan City (masa sih?). Di sinilah terdapat gerai kopi internasional Starbuck.

Istriku tetap punya permintaan agar aku memotong rambut sampai plontos. Maka, aku muter-muter sekitar hotel mencari tukang pangkas. Akhirnya ketemu di sudut barber shop yang lebih murah, tapi tetap higienis. Mengapa higienis? Karena di sana aku melihat perangkat elektronik untuk mensterilkan alat cukur. Tarif potong rambut hanya SR10 atau Rp25.000. Tak sampai 5 menit, semua rambutkau telah hilang.

Setelah plontos, aku berjalan mencari-cari warung yang unik. Tiba-tiba angin berhembus di kepalaku dan terasa semriwing. Rupanya selama ini aku kurang merasakan fungsi rambut. Saat rambut telah hilang, barulah terasa fungsinya. Sama seperti kesehatan, saat sakitlah baru kita merasakan betapa indahnya sehat.

Sambil menuju hotel aku sempat membeli kebab seharga SR12 dan jus mangga seharga SR5. Kebabnya agak beda dengan kebab di Indonesia. Kalau di Indonesia ada mayones dan selada, sementara di Mekkah cuma dicocol dengan saus tomat.

Ajaibnya, di Mekkah tidak ada pohon mangga tapi jus mangga selalu tersedia, sementara di Indonesia, kalau bukan musimnya, kita tidak bakal menemukan jus mangga. Saat pulang ke Indonesia, terbukti di gerai-gerai penjual jus, aku tidak bisa menemukan jus mangga.

Fast Food Mekkah
Fast Food Mekkah

Tawaf Sunnah dan Tawaf Wada

Mumpung masih di Mekkah, kami menyempatkan diri untuk tawaf sebanyak-banyaknya. Tentu saja harus mempertimbangkan aspek kesehatan dan ketahanan fisik. Ada beberapa momen tawaf sunnah yang kami lakukan di waktu berbeda, sekalian ingin mencari waktu yang kosong. Tawaf pada pukul 03.00 pagi pernah kami lakukan, begitu juga tawaf pada pukul 03.30. Yang pertama kami lakukan sebelum tahajud, dan yang kedua kami lakukan setelah tahajud. Ternyata tetap ramai. Hanya saja, udaranya sangat sejuk. Jadi tidak terasa capek.

Tawaf berikutnya kami lakukan menjelang subuh. Tetap saja ramai. Berikutnya setelah Ashar yang meskipun masih relatif panas ternyata lebih ramai dan relatif berat. Dan yang paling ramai terbukti setelah magrib, karena jamaah banyak yang melakukannya sambil menunggu waktu Isya datang.

Bagi sebagian jamaah ada juga yang melakukan umroh berkali-kali dengan berihram dari kota Tan’im, 7 km dari Mekkah. Sebagian ulama memang membolehkan hal ini, tapi sebagian lagi mengatakan hal ini tidak pernah dilakukan oleh Nabi. Dalam empat kali umroh yang dilakukan Nabi, biasanya Nabi pulang dulu ke Madinah sebagai tempat tinggalnya, baru melakukan umroh berikutnya, biasanya dalam ukuran tahun.

Sebelum meninggalkan Mekkah, kita disunnahkan melakukan tawaf Wada’ atau tawaf perpisahan. Tata caranya sama saja dengan tawaf biasa. Kita tidak perlu mundur seperti tradisi Kraton saat hendak pulang meninggalkan Sultan. Kita disunnahkan berdoa agar diberi rezeki dan umur untuk bisa kembali lagi ke tempat ini. (Masih Bersambung….)

7 tanggapan untuk “Umroh #3

  1. Paragraf awal ente bener-bener ‘hot’, bro.. Haha…
    Semoga membuahkan hasil yang gilang gemilang ya… 🙂

    Sepertinya, memelontoskan kepala bagi jamaah umroh yg pria, sudah mentradisi ya. Ini aku lagi di bandara, menunggu keberangkatan ke Bengkulu, dan di depanku, ada serombongan jamaah umroh, dan semua lelakinya pelontos, hehe.. 🙂

    insya Allah bro…. Doa ente selalu menyertai

  2. wah..penggambaran perjalanan umroh nya jelas bgt mas. saya sambil baca sambil berdoa smga saya sama orangtua saya juga bisa sampai ke tanah suci mekah. aminn

  3. klo ane jd cleaning service di msjdl harom trus nyambi jualan nasgor ati onta daging suwir ama sate kelinci minumnya es cincau atau jahe merah kira kira ada yang beli ga’ ya?apa ane malah di deportasi ya?

  4. Inspiratif bgt catatan perjalanannya mas, semoga doa disana di ijabahi aamiin..satu pertanyaanya mas kalo solat ke mesjidl haram bareng istri tips nya gmana biar. Setelah selese ibada ktenuannya lagi? Kan kalo di mesjid kitA disini Jemaah laki ϑαπ perempuan apa di bedain tempat solatnya, apakah disana sama ?

    Jawab:
    Tipsnya, janjian di tempat tertentu, misalnya di pintu satu. Tapi enaknya sih janjian di hotel aja. Tentu saja, istri harus ada yang menemani dari pihak perempuan juga. Selamat berumroh ya…

    1. siipp..makasih banayk mas..insya Allah februari 2013 berangkat kesana mohon doanya..setelah browsing ngalo ngidul ketemu catatan njenegan aja yang detil sangat, sampai sampai menceritakan bagiaman naruh sendal segala waktu di mesjidil haram..makasih banyak

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s