Usai sarapan pagi sekitar pukul 07.30 kami sudah ditunggu oleh Fatma, tour guide yang cantik. Hidungnya mancung, rambutnya sedikit pirang, mirip artis Hollywood. Bahasa Inggrisnya juga fasih sehingga memudahkan komunikasi dengan kami. Tujuan kali ini menjelajah Selat Bosphorus dengan kapal. Kali ini kami berlima dijemput secara eksklusif, tidak ada turis lain.
Di seberang dermaga ada Mesjid Baru atau Yeni Çami. Yeni dalam bahasa Turki berarti baru. Jadi jangan heran kalau mendengar kata Yeni Camry, artinya New Camry. Di samping mesjid ada salah satu pasae tradisional terkenal di Istanbul yakni Spice Bazaar yang menjual berbagai bumbu kering dan oleh-oleh berupa makanan.
Sebagaimana biasa, tiket sudah dibeli oleh pihak travel sehingga kami tinggal duduk manis di ferry yang terdiri dari dua lantai ini. Kapasitasnya kutaksir mampu memuat 200 orang. Tak sampai menunggu 5 menit ferry pun membunyikan terompetnya yang menggelegar, tanda akan segera berangkat.
Di lantai bawah ruangan tertutup sehingga kita aman dari dingginnya hembusan angin laut. Di lantai bawah ini juga dijual berbagai minuman panas seperti çay atau teh manis dalam gelas imut. Ada juga roti dan sandwich.
Sementara di lantai atas ruangan terbuka. Kalau tidak membawa jaket, jangan coba-coba ke lantai atas. Anginnya luar biasa kencang dan dingin.
Fatma hanya menjelaskan sebentar di lantai bawah mengenai beberapa bangunan yang akan kami lewati. Setelah itu kami bebas mengeksplor segala sudut ferry. Tak lupa kami berfoto bersama Fatma.
Di atas sudah banyak turis lain. Grup turis Jepang sangat ramai. Aku menawarkan diri untuk mengambil foto mereka, dan mereka menerimanya dengan senang hati.
Tak lama ferry berjalan terlihat kapal pesiar mewah yang sedang bersandar. Kata Fatma, hampir setiap minggu ada kapal pesiar yang mampir di Istanbul selama sehari dua hari.
Selat Bosphorus tidaklah terlalu lebar. Taksiranku lebarnya antara 500-1.000 meter. Selat yang menghubungkan benua Eropa dan Asia ini memiliki dua jembatan. Karena tingginya sekitar 100 meter, tak ada masalah bagi kapal pesiar untuk berlayar di sini. Tentu saja, meskipun tidak lebar, selat Bosphorus cukup dalam untuk dilalui kapal besar.
Pelayaran berlangsung kurang lebih satu jam dengan tujuan akhir jembatan Sultan Mehmet yang dekat dengan Emirgan Park. Perginya ferry berlayar di pantai belahan Eropa, sementara pulangnya kapal berlayar menyusuri pantai benua Asia.
Indah sekali pemandangan dalam pelayaran ini. Hampir tidak terlihat sampah yang mengambang. Rupanya, di dekat Galata Bridge ada kapal khusus yang menarik sampah dari laut. Salah satu bangunan yang dapat disaksikan saat pergi adalah Istana Dolmabahce, salah satu istana yang dibangun di kekhalifahan Turki Usmani dan benteng peninggalan Usmani. Bentuk bentengnya mirip sekali dengan yang ada di permainan catur.
Setelah usai tour Fatma mempersilakan kami untuk belanja di Spice Bazaar, makan siang dan shalat di Yeni Cami. Di Spice Bazaar kami membeli Turkish Delight dan kopi Turki yang sebenarnya kurang enak. Setelah itu kami makan di bawah Galata Bridge. Katanya sih restoran seafood, tapi jangan berharap rasanya seperti di Indonesia. Udangnya kecil-kecil dan tidak mencerminkan kalau posisi restoran pas di atas laut. Ikannya juga imut, lebih besar sedikit dari ikan teri. Ikan inilah yang digoreng dengan tepung terigu. Rasanya tawar. Untuk memberi efek asam, disediakan saus lemon dalam botol plastik yang berwarna antara hijau dan kuning. Beres bersantap siang, kami bergegas ke Yeni Cami dan setelah itu naik ke mobil menuju bandara Ataturk dengan tujuan Izmir. Jalan menuju bandara ini (Kennedy Road) melewati garis pantai dalam kondisi ramai lancar. Terlihat kan betapa hubungan Turki dengan Amerika erat sekali. Bandingkan, adakah di Indonesia nama jalan yang meminjam nama presiden Amerika Serikat?
Sambil jalan, Fatma menelepon operator balon udara yang bakal kami naiki di Cappadocia. Saat itu diputuskan hanya 3 orang ladies yang naik balon. Adapun 2 gentlemen memutuskan tidak naik. Tak sampai satu jam, kami tiba di bandara Ataturk. Kami mengurus sendiri check in counter, sementara Fatma kembali ke kantor.
Kalau di Indonesia ada nama jalan yang menggunakan nama Presiden Amerika, bisa ribut tujuh turunan, Bro.. hehe.. 🙂
Paling tidak pas keturunan kedelapan sudah damai bro. He he…