Seoul minggu ini memang terus dilanda hujan, meski di musim kemarau. Kemana-mana warga Seoul terlihat membawa payung, tak terkecuali para pria. Mereka tidak takut kehilangan kemacoannya dengan payung panjang yang tidak dilipat.
Sore itu, usai kunjungan ke sebuah kantor pusat produsen skincare, saya dan istri dari hotel kami daerah Gangnam berniat ke sebuah pertokoan. Pulangnya baru kami makan di The Halal Guys. Karena hujan sudah reda dan posisi payung di kamar hotel juga tak jelas di mana, kami nekad keluar hotel tanpa payung.
Jarak dari hotel ke toko yang dituju hanya 5 halte. Oh ya, di Seoul bus kota berperan lebih besar sebagai penopang transportasi umum daripada kereta api. Setelah halte pertama lewat, hujan mulai turun kembali. Kali ini dengan intensitas lebih besar. Untunglah ketika kami turun di halte tujuan, hujan mereda, seolah mengerti kalau kami tidak membawa payung.
Setelah tiba di pusat perbelanjaan tujuan kami langsung mencari barang titipan. Setelah jalan-jalan sejenak kami pun segera menuju halte bis. Hujan mulai turun rintik-rintik, sementara emergency alert sudah dua kali masuk via sms. Saya menggunakan Google Translate untuk mencari tahu apa yang terjadi. Ternyata peringatan hujan deras dan waspada banjir dari BMKG Seoul.
Kami menyetop bus yang berwarna merah di Google. Rupanya ini bus jarak jauh sehingga hanya ada satu penumpang wanita di dalamnya. Jadi kami hanya bertiga. Ongkosnya rupanya lebih mahal dari bus biasa. Kalau bus biasa sekali naik dipotong KRW 1.200, nah naik bis ini dipotong KRW1.500.
Jarak dari pusat perbelanjaan ini ke Halal Guys hanya 4 halte. Baru satu halte terlewati hujan semakin deras dan diiringi oleh angin kencang. Mirip badai kecil. Kami mulai panik. Bagaimana nanti turun dari bus. Pasti kami akan basah kuyup.
Menjelang halte ketiga Pak Sopir menawarkan payungnya untuk kami gunakan. Kami ragu menerimanya karena mungkin beliau cuma basa-basi. Menjelang halte terakhir beliau sekali lagi menawarkan payung. Kali ini tanpa ragu kami menyambut tawarannya. Turun dari bus hujan semakin deras. Zebra cross tidak mampu lagi mengalirkan air ke selokan sehingga sepatu kami tenggelam sepenuhnya tatkala melewati genangan. Sepatu basah sebasah-basahnya. Yang pasti tidak bakal kering esok hari. Kami pun terdampar di The Halal Guys, resto cepat saji ala Turki asal New York.
Usai kami makan, hujan mulai mereda. Kami melanjutkan ke hotel berjarak dua halte dengan bus. Alhamdulillah tiba di hotel dalam keadaan bersyukur tidak kehujanan dan bingung harus kemana mengembalikan payung milik Pak Sopir. Semoga kebaikannya dibalas Dia Yang Maha Pemurah. Kami juga insya Allah diberi hidayah untuk meneruskan kebaikannya kepada mereka yang membutuhkan.
Wahh sopirnya baik ya….
Saya ke Seoul barengan teman-teman seangkatan di IPB jadi nggak sempat mencoba naik kendaraan umum.
Sebetulnya kata teman, kalau pergi ke Luar Negeri mesti naik kendaraan umum agar bisa menikmati bagaimana kelayakan transportasinya dan memahami budaya bangsa tersebut.
Iya, Bu. Kalau saya memang selalu nyobain transportasi umum biar bisa menyerap aura dan aktivitas warga setempat. He he…