Seharian di Hakone

Seharian di Hakone

Hakone merupakan dataran tinggi dekat dengan kawasan Gunung Hakone. Hakone ini terkenal dengan pemandian air panasnya (onsen), udaranya yang segar, dan pemandangannya yang indah. Beberapa museum dan taman nasional dapat ditemukan di Hakone.

Dari Tokyo perjalanan ke Hakone bisa dilakukan dengan bus atau kereta api. Kebetulan kami mengambil paket Hakone Pass plus Romance Car. Jangan bayangkan Romance Car ini mobil ya, karena ternyata eh ternyata kendaraan ini ya dalam bentuk kereta api semi cepat.

Tiket dipesan sesuai dengan tempat duduk, sehingga kita tidak bisa duduk semaunya. Romance Car hanya bisa dinaiki dari stasiun Shinjuku. Karena kereta semi cepat jadi kereta bertenaga listrik ini tidaklah terlalu kencang. Terkadang kereta perlu bergantian jalan karena ada kereta dari arah berlawanan yang lebih dulu masuk. Rupanya rute ke Hakone ini masih menggunakan rel single track.

Kami berangkat pukul 09.00 dari Shinjuku dan tiba di stasiun Hakone pukul 10.30. Hampir tidak terasa lama karena sepanjang perjalanan banyak pemandangan menarik, dari mulai sungai, rumah warga Jepang yang mungil dan sesekali gunung yang diliputi salju.

Setiba di stasiun Hakone kita sudah ditunggu Trojan Train atau kereta tua yang masih menggunakan mesin diesel. Di Trojan Train ini kami harus berdiri karena banyaknya penumpang. Tampak emak-emak turis bule juga berdiri. Sebagian besar penumpang ya warga Jepang sendiri. Mungkin seperti warga Jakarta yang berlibur di Puncak.

Hakone Pass dimulai dari Hakone Station. Dengan Hakone Pass ini kita boleh menikmati segala jenis kendaraan yang ada di Hakone. Hakone Pass ada yang satu hari, ada juga yang dua hari. Kami mengambil yang satu hari.

Tozan Train yang kami naiki merambat memutar bukit dengan suara mesin yang menderu laksana mobil yang naik tanjakan dengan gigi satu. Yang unik, kereta ini perlu mundur dua kali di dua stasiun. Rupanya kereta tidak bisa berbelok terlalu ekstrem. Akibatnya, dibuatlah rel untuk mundur. Ini mirip kereta dari arah Cirebon menuju Bandung yang harus berjalan mundur setelah masuk stasiun Cikampek.

Di sepanjang rute ini kita masih bisa melihat sisa salju yang sedang mencair. Ada sekitar 5 stasiun sebelum kita tiba di stasiun akhir. Di dekat stasiun biasanya ada hotel atau onsen. Memang repot juga kalau kita membawa koper besar naik kereta ini. Museum Open Air juga dilewati kereta ini. Sayang kami bablas angine ke stasiun akhir di Gora.

Akhirnya kami mengunjungi Goreme National Park yang masih di-cover dengan Hakone Pass. Di taman ini sebenarnya tidak terlalu indah, tapi lumayanlah udaranya segar, meski kita agak ngos-ngosan karena jalurnya mendaki.

Tak lama di Goreme National Park kami kembali ke stasiun kereta Gora. Dari sini kami harus menyambung dengan Tozan Cable Car. Uniknya, jalur Cable Car ini lurus mendaki ke atas, tanpa belok. Terjalnya lumayan juga. Stasiun yang dilewati hanya sekitar 2-3 (saya lupa) dengan stasiun akhir Sounzan. Setelah itu berganti dengan ropeway atau kereta gantung seperti gondola di Ancol. Dari atas ropeway pemandangan begitu indahnya. Puncak gunung yang bersalju tipis terlihat dengan jelas. Stasiun akhir ropeway ini di Owakudani. Di stasiun ini kita keluar sejenak dan bisa berfoto dengan latar salju yang masih tersisa. Pemandangannya mirip dengan di Tangkubanperahu plus salju. Di sini ada patung telor hitam yang menjadi ikon Owakudani. Sebenarnya lokasi ini juga bisa dicapai dengan bus atau mobil pribadi karena ada jalan beraspal mulus cukup untuk dua mobil berselisih.

Tiba di Owakudani sudah agak siang, perut mulai bernyanyi. Di sini banyak penjual makanan, tapi tidak ada yang bertuliskan halal. Kami benar-benar bingung untuk memilih. Akhirnya setelah berfoto-foto kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan dengan ropeway. Perut lapar masih dapat ditahan sampai kami menemukan makanan halal.

Setelah tadi jalur ropeway mendaki, maka selepas stasiun Owakudani, jalur menurun menuju Togendai. Di sini kita sudah ditunggu kapal bertema bajak laut yang akan mengantar kita ke Hakonemachi. Perjalan dengan kapal sekitar 30 menit dengan suguhan pemandangan lereng bukit yang indah. Menurut informasi lereng gunung ini akan berganti warna sesuai dengan musim. Di musim dingin, lereng akan berwarna putih karena dipenuhi salju. Di musim semi lereng akan berwarna putih campur pink karena sakura sedang mekar. Di musim gugur lereng akan berwarna kuning kecoklatan karena dedaunan mulai meranggas. Di musim pana kira-kira lereng akan berwarna apa ya? Danau Ashi atau Ashinoko yang kita layari ini sebenarnya tidak begitu dalam, sekitar 50-60 meter dan tidak begitu luas. Danau ini masih merupakan salah satu dari kawah yang tercipta setelah letusan Gunung Hakone.

Setiba di dermaga Hakonemachi kami berupaya mencari makanan, akhirnya ketemau 7 Eleven. Di sini banyak kue kacang merah yang cukup mengenyangkan dan enak rasanya. Lumayan untuk mengganjal perut. Setelah berfoto-foto dengan background tumpukan salju kami melanjutkan perjalanan dengan bus ke Hakone Station. Sambil menunggu bus datang kami antri di tengah hujan. Payung kecil kami tidak mampu melindungi kami berdua dengan utuh.

Setelah tiba di Hakone Station kami baru ingat kalau dalam paket sudah ada tiket untuk menikmati onsen yang letaknya ternyata hampir 1 kilometer dari stasiun. Kalau jalan kaki pasti capek dan waktunya tidak terkejar. Begitu juga dengan naik bus yang entah kapan datangnya. Akhirnya, setelah bertanya dengan tourist information, kami disarankan naik taksi saja. Buka pintu argo taksi langsung lompat di angka 700 Yen atau sekitar 91.000 rupiah. Tak apalah. Tak sampai 5 menit kami tiba di onsen.
7AC48D1D-A062-4AED-AD89-A90368CC191F
Aku sengaja memilih onsen tipe family sehingga kami bisa bersama. Sementara pada umumnya onsen di Jepang memisahkan laki-laki dan perempuan. Yang gak kuatnya, kita hanya boleh menggunakan handuk kecil untuk menutupi barang paling berharga kita di pinggir kolam. Setelah masuk kolam handuk kecil tadi harus diletakkan di kepala. Alamaak. Tak sanggup awak melakukannya meskipun pemandangan di onsen tipe ini sangat indah karena lokasi di luar ruang.

Di onsen tipe family lokasinya tertutup. Di ruang seluas 4×4 meter ada bak mandi sekitar 2×2 meter. Di sinilah kita berendam air panas yang suhunya lumayan. Sebelum menceburkan diri di onsen kita terlebih dulu harus membasuh tubuh dengan shower, lalu disapu dengan sabun, baru kemudian dibersihkan kembali dengan air. Setelah itu baru badan kita boleh masuk ke dalam onsen. Tak sampai 15 menit tubuh kita mulai merasa lemas. Usai berendam kami memanfaatkan ruang kosong di samping onsen untuk sholat Zuhur-Ashar jamak qoshor. Selama wisata di luar negeri tempat sholat memang menjadi masalah besar. Jika di dalam kota Tokyo kami biasanya pulang dulu ke hotel untuk sholat Zuhur-Ashar, baru jalan lagi. Magrib-Isya tentu saja dilakukan di hotel setelah tiba di malam hari.

Usai sholat kami meminta ke resepsionis untuk dipesankan taksi. Sebagai tempat wisata di kota kecil, taksi memang tidak berkeliaran, tapi ngetem di tempat tertentu sehingga kita tidak bisa memesan langsung di jalan.

Sambil menunggu taksi kami masih sempat berfoto di depan onsen. Taksi membawa kami ke Hakone stasion. Karena jadwal kereta masih lama, kami mencari restoran untuk mengisi perut kembali. Sebuah toko roti menjadi penyelamat kami. Roti kacang merah tetap menjadi andalan. Pukul 19.00 Romance Car pun tiba dan membawa kami ke Shinjuku. Pengalaman di Hakone sangat berkesan. Jika ada rezeki, kami akan ke sini lagi, tapi harus menginap satu malam sehingga semua tempat wisata di Hakone bisa dikunjungi. Gotemba Outlet yang terkenal di Hakone belum sempat dikunjungi. Begitu juga Open Air Museum yang terkenal.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s