Shinjuku merupakan stasiun yang paling ramai saat ini di Tokyo. Setiap hari lebih dari 3 juta penumpang keluar masuk melalui stasiun ini. Bayangkan betapa ramainya jika dibandingkan dengan penumpang seluruh KRL Commuter Line di Jabodetabek (Bekasi, Bogor, Tangerang, Rangkasbitung) yang belum mencapai 1 juta penumpang per hari. Dulu Shinjuku merupakan daerah pinggiran di Tokyo. Saat olimpiade Tokyo 1964 Shinjuku disulap menjadi daerah pertokoan dan perkantoran baru.
Saat membaca website dan blog mengenai Jepang saya mendapat informasi kalau newbie jangan coba2 melakukan interkoneksi atau pergantian moda di Shinjuku. Saran ini saya turuti. Saat pertama kali menginjak bandara Haneda, saya langsung naik monorel yang akan berganti ke kereta JR di stasiun Hamamatscho yang relatif lebih kecil dan tidak terlalu ramai. Lalu kami menyambung ke Keihintohoku Line dan berhenti di stasiun Nippori (berhenti di 9 stasiun). Selamatlah kami dari tersesat pada hari pertama di Jepang. Apalagi, hotel kami tidak terlalu jauh dari stasiun sehingga mudah mencari jejaknya.
Setelah check in mulailah kami mengkesplorasi Tokyo, dimulai dari stasiun Shinjuku yang jarak tempuhnya sekitar 40 menit dari Nippori. Dari sini rencananya kami akan ke Shinjuku Gyoen dan Tokyo Government Building. Namun apa daya, hujan di luar ternyata tak kunjung berhenti. Kami tak sanggup melanjutkan perjalanan dan memutuskan kembali saja ke hotel. Sebenarnya sudah ada rencana survei atau simulasi mencari kantor penukaran voucher paket Hakone. Tapi karena terlalu lelah kami memutuskan pulang ke hotel saja.
Untunglah pada hari kedua cuaca mulai bersahabat. Mentari meski malu2 mulai unjuk diri. Kami pun menuju Asakusa dengan bus dari Nippori Stasiun. Jadwal hari ini berjalan lancar. Kami menikmati kompleks Asakusa dengan berfoto ria dengan latar belakang kuil, sakura yang sedang mekar, juga Sky Tree Tower yang terlihat jelas.
Drama terjadi di hari ketiga tatkala kami mau menukar voucher paket Hakone yang sudah kami beli via internet. Dengan model voucher yang sudah diprint kami mencari alamat tempat penukaran. Tepatnya di West Exit yang dekat dengan stasiun Express Bus, Ground Floor.
Berulang kali kami sudah bertanya kepada petugas informasi di stasiun Shinjuku tapi kami tak menemukannya juga. Entah sudah berapa kali kami naik turun tangga, terkadang yang ada eskalator terkadang tangga biasa. Setiap ada antrian kami dekati, apalagi jika ada tulisan Odakyu, nama perusahaan yang menerbitkan voucher kami. Lalu kami bertanya ke petugasnya. Biasanya mereka mengarahkan kami untuk naik atau turun lantai. O, ya, nama Odakyu memang sangat banyak di stasiun Shinjuku. Hampir kami putus asa. Jika tak ketemu juga, maka hanguslah voucher tiket kereta, Hakone Pass dan tiket onsen senilai 2,3 juta lebih untuk berdua.
Setelah berputar2 lebih dari setengah jam, barulah kami berhasil menemukan kantor penukar voucher. Rupanya kami sudah berkali2 melewati tempat ini. Hanya saja, karena tidak ada penanda berupa billboard yang jelas akhirnya kami selalu melewatinya. Tulisan di sini JB, padahal yang kami tuju Odakyu Travel. Jauh sekali. Untung kami spare waktu hampir satu jam. Nafas kami serasa mau putus. Tak sampai 15 menit lagi Romance Car yang akan membawa kami ke Hakone tiba.
Setelah petugas menyerahkan tiket kepada kami maka legalah hati laksana leganya Hajar melihat air memancar dari kaki Ismail. Romance Car ini kereta cepat tapi dengan kecepatan terbatas, bukan secepat Shinkansen. Jarak Shinjuku-Hakone sekitar 84 km ditempuh dalam waktu 104 menit. Jadi nggak terlalu kencang kan? Kereta berhenti 6 kali, seringkali untuk berselisih karena relnya cuma satu. Berangkat pukul 08.56, kami tiba di Hakone Yumata station pukul 10.40.