Kategori: Diary

Bingung Mau Posting Apa…

Udah seminggu nggak posting nih…Mau posting lagi malah bingung. Topik apa yang kira-kira cukup bernilai untuk di-share kepada pembaca ya?

Mau nulis tentang sepak bola Indonesia, ehm…kayaknya berita sedih melulu deh. Udah ketuanya kagak ada yang berani mengganti, eh prestasinya juga selalu mengecewakan.

Hari Sabtu kemarin, udah senang tuh waktu Indonesia unggul lebih dulu 1-0 lewat gol bunuh diri pemain belakang Thailand. Setelah itu, kita dibombardir selama hampir sepanjang pertandingan sehingga kiper Markus Horison harus berjibaku menahan tendangan pemain Thailand. Akhirnya, kita kalah 2-1. Pupuslah harapan menuju final. Thailand akan bertemu dengan Vietnam untuk memperebutkan posisi terhormat. Lanjutkan membaca “Bingung Mau Posting Apa…”

Usia Bertambah (Berkurang?)

Hari ini, genap 17 tahun yang lalu aku lahir di sebuah klinik di Kebun Tanjung Keliling yang terletak di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Yang bener nih? Masa 17? Nggak ding. Nggak boleh boong ya? Ya deh, jujur. Tepatnya, 37 tahun yang lalu. Udah tua gue ya?

Aku mengucapkan syukur, Allah masih memberikan kesempatan kepadaku hidup di dunia fana ini hingga saat ini. Di sisi lain, terkadang terpikir juga, apa yang telah aku capai dalam usia setua ini. Apa yang sudah aku berikan untuk masyarakat, untuk bangsa, untuk manusia di seluruh dunia? Dzghhh… muluk-muluk banget ya… Lanjutkan membaca “Usia Bertambah (Berkurang?)”

Baca Doa dan Moderator

Minggu ini ada banyak hal yang harus aku lakukan. Di samping harus mempersiapkan stan Grafindo pada Indonesia Book Fair, aku juga dapat “order” untuk membaca doa pada pembukaan Indonesia Book Fair dan menjadi moderator pada seminar tentang Reproduction Right yang disponsori oleh WIPO. Dua kegiatan ini sebenarnya agak bertolak belakang, tapi bagiku, kalau orang percaya mengapa tidak aku terima.

Sehari sebelum pembukaan IBF 2008, panitia mengirim sms kepadaku untuk melakukan gladi resik. Aku pun datang, di tengah suasana assembly hall yang hiruk pikuk karena kontraktor sedang membangun stan masing-masing. Debu beterbangan dengan dahsyatnya. Bau cat menusuk hidung. Keringat pun bercucuran. Sedikit sekali pekerja yang memakai masker, termasuk panitia yang mempersiapkan acara pembukaan. Lanjutkan membaca “Baca Doa dan Moderator”

Gontor Sumbar

Hari Jumat minggu lalu, aku terlibat dalam sebuah proyek “akhirat”, mengutip pernyataan pemilik perusahaan tempat aku bekerja, Bapak Haji Syaifullah Sirin. Mengapa disebut proyek akhirat? Karena proyek ini bertujuan untuk mewujudkan berdirinya sebuah pondok pesantren di Sumatera Barat yang berafiliasi ke Pondok Modern Gontor. Jadi tidak ada janji profit sharing di proyek ini.

Proyek ini diinisiasi oleh Dewan Dakwah & Risalah (DDR) yang terdiri dari tokoh serantau yang berasal dari Sulit Air, sebuah nagari yang terletak di kabupaten Solok, Sumatera Barat. Dengan luas tanah lebih dari 10 hektar diharapkan pondok ini bisa menjadi pusat cahaya bagi pendidikan di Sumatera Barat. Lanjutkan membaca “Gontor Sumbar”