Kategori: Diary

Pantai Ancol

Di Jakarta, tampaknya hanya di Ancol kita dapat menemukan pantai yang tidak terlalu jauh. Kalau harus ke Pangandaran atau Anyer, wah udah capek di jalan duluan. Kalau ke Ancol, apalagi di Minggu pagi, dengan mengeluarkan uang Rp 6.000 kita sudah bisa menikmati jalan tol dalam kota dan tiba di pantai dalam hitungan menit (dengan catatan kalau rumahnya masih di dalam kawasan kota Jakarta).

Minggu kemarin, aku berkesempatan membawa tiga keponakan dari adikku yang di Bandung. Mereka kutawari, mau ke pantai atau berenang di kolam kompleks. Acal dan Miki memilih pantai, hanya Sasa memilih kolam. Maka, kuputuskan untuk ke pantai Ancol. Kami berangkat tanpa papa mereka yang sedang menguji di Purwacaraka Music School cabang Harapan Indah.

Lanjutkan membaca “Pantai Ancol”

Catatan Seputar Lebaran

Perayaan lebaran merupakan peristiwa tahunan yang melibatkan begitu banyak aspek, baik ritual maupun kultural. Di bawah ini beberapa catatan yang sempat saya perhatikan.

Keseragaman

Lebaran tahun ini kaum muslimin dapat merayakannya pada hari yang sama. Semua ormas yang merupakan mainstream seperti NU, Muhammadiyah dan Persis bersepakat dengan pemerintah yang merayakan lebaran pada tanggal 1 Oktober 2008. Sebuah pencapaian yang perlu dipelihara pada tahun mendatang.

Meskipun demikian, ada saja aliran yang berbeda dengan arus utama ini. Ada aliran yang merayakannya sebelum, bahkan sesudah tanggal yang ditetapkan pemerintah. Hizbut Tahrir Indonesia yang mengedepankan konsep khilafah berlebaran sehari sebelum pemerintah dengan pertimbangan negara-negara Timur Tengah sudah melihat hilal pada tanggal 29 September (29 Ramadan). Menurut mereka, hilal ini berlaku juga untuk seluruh dunia, tidak saja di negara setempat yang melihatnya. Lanjutkan membaca “Catatan Seputar Lebaran”

Dokter Ngantuk

Anda pernah melihat dokter ngantuk? Dokter kan juga manusia, pasti pernah lah. Iya, kalau ngantuknya di ruang tidur. Tapi ini ngantuknya saat menerima pasien. Masa sih?

Peristiwa ini terjadi tadi malam, Selasa 16 September 2008 di sebuah rumah sakit di daerah Jatinegara. Istriku Yuli memperoleh rekomendasi ke rumah sakti ini dari beberapa teman. Pertama, dari teman kantornya. Kedua, dari istri temanku saat kami berbuka puasa di rumah teman waktu sekolah di pesantren dulu.

Sudah banyak testimoni yang menyatakan kalau dokter ini sukses membuat ibu-ibu bisa hamil. Istriku yang mendengar success story dari beberapa orang ini langsung tertarik, dan menganggap ini sejenis law of attraction. Lanjutkan membaca “Dokter Ngantuk”

Menonton Syuting Kick Andy

Hari libur 30 Juli kemarin, aku dapat sms dari Bos untuk mewakili dia menghadiri syuting Kick Andy. Kebetulan buku penerbit grup kami ada yang masuk menjadi sponsor souvenir bagi penonton. Itung2 udah lama juga nggak main ke studio. Rindu aku merasakan aura studio yang sakral.

Terakhir kali main ke studio waktu nonton syuting Telkomania di Indosiar tahun 2000. Jauh sebelumnya aku tampil di Gita Remaja tahun 1992 (kalau ini serius.narsis.com). Lihat kembali postinganku “Masuk TV: Siapa Takut?”. Lanjutkan membaca “Menonton Syuting Kick Andy”