Menu lebaran di tiap keluarga pasti berbeda. Jangankan pada etnis atau daerah yang beda, di daerah yang sama pun menunya bisa bervariasi. Ini tergantung dari kebiasaan atau tradisi stempat dan pengaruh dari budaya lain, misalnya karena kawin campur atau karena faktor merantau.
Di rumah orangtua saya di Medan, menu utama lebaran identik dengan rendang. Entah kenapa, kami yang bukan orang Padang mewajibkan rendang. Sepertinya keluarga lain di seantero Medan pun demikian, tak peduli apa sukunya. Apapun makanan utamanya, rendang selalu ada.
Terkadang rendang dimakan dengan ketupat ketan. Cukup dicocol, tidak menggunakan sayur karena ketupatnya sudah gurih dari sononya. Gurih dari mana? Ya dari pengaruh santan kelapa saat perebusan.
Pada satu kesempatan, rendang juga bisa dimakan bersama lemang alias ketan yang dimasak di dalam bambu. Cara memasaknya dengan cara bambu dibakar setelah ketan terlebih dulu dimasukkan ke dalam bambu dan diberi santan. Entah kenapa orang Medan senang sekali memasak ketan dengan santan. Memang gurih, tapi tentu saja sebenarnya kurang baik buat kesehatan.
Rendang juga bisa dimakan sebagai lauk bersama lontong sayur. Set menu lontong sayur ini biasanya terdiri dari sambel tauco yang berisi cabai hijau, kembang tahu, udang kecil, serundeng, dan petai. Tak lupa emping melinjo sebagai penambah semarak. Wow, membayangkannya saja sudah membuatku meneteskan air liur. Tapi bukan tanpa risiko dalam menikmatinya.
Setiap kali makan lontong yang relatif pedas ini saya harus hati-hati. Tidak boleh memperturutkan hawa nafsu. Jika saya terlena, maka saya juga yang harus merasakan akibatnya, yaitu perut mules tak berkesudahan yang membuat saya harus sering-sering ke belakang. Perut yang selama sebulan sudah terlatih hidup sehat dengan puasa, tiba-tiba kok dipenuhi makanan di pagi hari tanpa perhitungan. Pasti dia memberontak.
Setelah pengalaman bertahun-tahun, saya selalu berbisik di dalam hati saat menikmati lontong sayur tadi,”Sabar, sabar, jangan terburu-buru. Jangan nambah. Perlambat mengunyah makanan. Nikmati dan resapi pelan-pelan. Jangan nafsu.”
Jika upaya ini berhasil, maka selamatlah saya dari penyakit tahunan ini. Jika tidak, maka acara silaturahmi ke rumah famili akan terganggu.
Di rumah famili pun, acara makan sering tidak terhindarkan. Jika sudah ditawari makan, lalu kita menolak, tuan rumah akan tersinggung. Maka terpaksalah kita mengikuti ajakan tuan rumah. Untuk itu, kita harus pintar-pintar mengambil porsi nasi. Cukup satu centong kecil. Meskipun menu di depan mata membuat goyang lidah, mulut tetap harus dikendalikan.
Salah satu penganan khas yang lain adalah manisan. Yang paling sering ditemukan adalah manisan kolang kaling. Ada yang berwarna putih, hijau dan merah. Seiring dengan kesadaran atas kesehatan, biasanya warna putih menjadi pilihan karena tidak tercemar zat pewarna. Kalau ketemu kolang-kaling yang lembut, nikmatnya luar biasa. Tapi kalau ketemu yang keras, ya, membuat gigi harus bekerja ekstra keras. Pilihan terbaik ya dibuang saja. Tapi diam-diam membuangnya. Jangan sampai ketahuna tuan rumah.
Bagi etnis Melau, tidak hanya kolang kaling yang dibuat manisan, bahkan semua buah bisa. Maka tak heran, kalau ada rukam, ciremai, kedondong, mangga, pepaya, asam glugur, pala, bahkan cabai pun bisa dibuat manisan. Di rumah warga Melayu Deli atau Langkat menu manisan yang aneh-aneh ini bisa kita temukan.
Demikianlah menu lebaran di rumah orangtua saya. Bagaimana menu lebaran di keluarga Anda?
O, ya ngemeng-ngemeng, lebaran ini saya akan mudik ke rumah orangtua saya di Medan bareng istri tanggal 16 sore. Lalu pulang ke Jakarta tanggal 22 September malam. Cepat banget ya? Soalnya tanggal 23 September ada acara di keluarga besar bapk mertua saya di Cianjur. Di acara itu saya turut menjadi pengisi acara, ecek2nya menjadi qori, soalnya nggak ada yang bisa. Yo wis…
Melihat jadwal ini, saya berkepentingan agar lebaran jatuh pada hari Minggu, biar waktu untuk bersilaturahmi di Medan lebih panjang, dari yang semula 2 hari menjadi 3 hari. Pemerintah, mudah2an bisa bareng ya? Semoga tidak mendung yang menghalangi rukyatul hilal.
Abang …
Menu “tradisi” saya di rumah orang tuaku di Patal adalah :
* Ketupat, Rendang, Opor, Sambel Goreng Ati, Emping plus Bubuk Kedelai …
Menu “tradisi” di rumah saya adalah :
* Lontong yang di plastik, Gulai Taoco, Rendang, Emping dan Sambal Gorang Ati.
Dan ada satu kesamaan di kedua rumah itu … yaitu menu kue … Nastar, Salju, Castengel dan Biskuit Kalengan Monde … (hahahaha)(heran ndak bosen-bosen yak …)(itu terus dari tahun ke tahun …)
(bah jadi lapar aku …)
Eniwei selamat mudik Bang …
Take Care yah … Semoga Selamat sampai tujuan …
ternyata gak jauh beda ya,suasana lebaran gak jauh dari yang berkuah-kuah, ayam, opor.
my last post :Lezatnya Iga Bakar Depot Mary
kalau aku ikut makan aja deh Bang.
Tapi satu kali aku pernah pergi ke open house temennya Papa, ada satu yang amat sangat saya suka
yaitu…. TEKWAN…
yang lain tidak terjamah deh oleh saya. Soalnya kebanyakan masakan lebaran kan hampir sama. Istilahnya kalo di restoran itu Lontong cap gomeh hihihi
Selamat mudik ya Bang…hati-hati di jalan.
Biar singkat tapi semoga tetap berkesan.
Salam dari kami di Tokyo
Ucapan selamatnya nanti di hari H aja ya bang
EM
wah, wah sudah bicara panganan lebaran nih bang Hery. Kalau soal unik, kayaknya ga ada deh yang ngikuti selerah orang rumah. karena biasanya ibu di rumah bikin tradisi baru, opor tuna. sebagai ganti opor ayam yang biasa ada, hanya dagingnya pake ikan tuna. selebihnya sepertinya sama deh kayak rumah2 lain di Jakarta, ketupat! π
ketupat… kalo gak ketupat lontong, hueheuheu….
Wah, laper..
Menu di tempat saya ketupat (tapi makannya pas malem takbiran. Pas hari raya malah udah males dan makan nasi), sayur pepaya, dan semur ayam. Gak gitu banyak lauk karena ba’da dzuhur langsung berangkat ke rumah nenek yang pasti menyediakan ikan mas goreng dan sambel terasi yang mantap!
Kue-kue justru yang melimpah-limpah karena tradisi betawi nganter kue ke tetangga. Dan yang namanya tetangga buat orang betawi itu artinya satu RW! Malah lebih kali. Jadi bikin kue banyaaaaaak, ngirim bertoples-toples bagi-bagi rata, dapet juga bertoples-toples banyaaaak sejumlah tetangga. Jenisnya sama aja sebetulnya, bahkan rasanya sama aja. Lah iya orang ibu-ibu nya bikin kue rame-rame dari rumah ke rumah. Nah, kue-kue kiriman ini akan dikirim lagi ke sanak famili dan baru habis setelah syawal lewat.
setuju bgt tuh,,,
di medan mmg selalu saja ada rendang sebagai menu utama,,,
wkwkwk,,,
jadi gak sabaran nech mao menyambut datangnya lebaran,, hehhe…
menu lebaran dirumah mamaku :
1. coto makassar
2. Burasa (sejenis lontong yg tidak pake isian tengahnya)
3.Sambel goreng makassar (isinya kentang dan daging)
4.Kari ayam (seperti gulai ayam tapi lebih ENAK!!)
5.Tumbu (dari ketan bentunya bulat2 pipih, setiap pipohan dipisahkan dengan daun pisang)
6.Gogos (kalau di riau atau melayu namanya lemang, bentuknya seperti lontong sama2 dibakar)
intinya satu Mas…aku kangen semuanya tapi aku gak Mudik :((
curhat nih… π
kita senasib Ri, gak mudik… tapi, bukankah kita tinggal di udik, mau mudik kemana? hehehe….
Di Sumbar sendiri gak ada tuh yang makan rendang pake lemang… jadi penasaran seperti apa rasanya… π
Kalau di rumah ortuku, sudah pastilah segala masakan Minang. Tapi, satu yang paling istimewa adalah “pangek”, yakni masakan khas Kapau berupa ikan mas atau gurame yang direbus dengan sedikit air dan bumbu yang menggugah selera. Lebih enak lagi kalau digoreng setelah itu. Wuih… jadi kangen pulang nih, hehehe… π
Kalau di kampung istriku, Payakumbuh, ada satu panganan yang tidak bisa tidak ada, yaitu “bainai”, berupa makanan ringan yang dibentuk bulat-bulat kecil terbuat dari tepung beras ketan. Biasanya disuguhkan hangat-hangat setelah digoreng. Aih, lagi-lagi ini bikin kerinduan pulang semakin besar…
Anyway, selamat jalan Bro, semoga lancar perjalanan pulang pergi nya…
kalo di tempat mamah diajeng di jawa itu pasti ada ketupat, gulai kambing karena setiap lebaran potong 2 kambing, sambel goreng ati sama kentang, kerupuk udang, sambal tomat dan pasti ada bihun bakso (ni agak ga nyambung tapi malah di sukai)
Trus kue yg pasti ada adalah marmer cake,nastar, kacang bawang, lidah kucing, barongko (pisang kepok dihaluskan +telor + santan + gula —-> di kukus), kalo minumannya pasti sirop marjan cocopandan….:) duuuh jadi pingin cepet mudiiik…:)
met lebaran yach..mohon maaf lahir dan bathin π
Tradisi dirumahku saat Lebaran selalu ada Lontong dan atau Ketupat, Opor, Rendang, Sayur Buncis, Krupuk/Emping, Sambal Kacang kering.
Tapi Lebaran kali ini ini, kami mencoba variasi baru: Lontong Medan. Jadi ada, Rendang, + lontong sayur. Set menu lontong sayurnya lengkap dengan sambel tauco (yang berisi cabai hijau, tahu dan udang kecil), dan serundeng. Tak lupa + kerupuk udang kecil2 + Opor Ayam + Telor + Ayam Panggang + Es Buah + cake dan kueh2 kecil yang disiapkan Cindy istriku khususnya di hari kedua Lebaran kemarin saat biasanya pengurus Yayasan Fatimah Azzara dan beberapa anak (yg gak pulang kampung kerumah saudaranya) dan orang2 kantorku numplek dirumah, makan siang bareng..
Sesungguhnya ada kenikmatan lain selain makanan2 itu, yaitu suasana kebersamaan yang santai dan penuh canda ceria…
Selamat Idul Fitri 1430H Bang Hery dan semua sahabat. Mohon maaf lahir batn yaa… π
Kelihatan bang Hery ini jago masak, sampai hafal jenis dan bumbunya.
Baca tulisan disini dan tulisan di mbak Tutinonka, saya jadi pengin makan ketupat dari ketan dan sayur…sayang udah nggak ada yang jual lagi, mesti menunggu saat Lebaran Haji (Idul Adha).
Di rumahku biasanya ketupat dengan opor dan sambal goreng ati. Ada juga kerupuk udang, tapi banyak yang nggak suka. Kuenya? Pesen sama tetangga yang memang pintar masak kue….hehehe
Selamat Idul Fitri 1430H, maaf lahir batin ya Bang Hery, semoga Allah SWT menerima amal ibadah kita semua. Amin …
iya nih, tetangga dekat ku yang orang Padang juga ga ketinggalan rendangnya loh ^^ tapi pedesnya ituh yang mana tahan xixixixi…